ke-depalanbelas

7.6K 1.3K 66
                                    

"Shaman Na terbunuh?!" syok Renjun ketika dayang Yeo datang membawa kabar tak menyenangkan disaat dirinya tengah khawatir pada keadaan Jisung yang agak tidak enak badan.

"ye Mama" pelahan dayang Yeo mengeluarkan seseuatu dari balik chimanya. Sebuah perkamen yang langsung disodorkan pada sang Ratu.

"apa ini?"

"pesan dari Pangeran Guanlin, Mama"

Renjun tambah syok, bukankah Jeno dan Guanlin tengah terlibat perseteruan?

Ya ampun, perasan baru beberapa hari ia sibuk melakukan penelitian kecil-kecilan guna membuktikan praduganya mengenai Jeno yang juga dari masa depan, eh malah sudah ketinggalan informasi sepenting itu.

Ck, Renjun jadi bingung mau memfokuskan diri ke yang mana dulu kalau begini ceritanya. Terlebih dia tidak punya 'kaki tangan' guna melakukan pekerjaannya.

Heyyy.. jangan salah. Renjun itu tau semua yang terjadi didalam istana hanya berbekal mata dan telinganya saja.

"apakah Jeonha sudah membacanya?"

Dayang Yeo mengangguk penuh hormat. Mendapati respon tersebut, membuat Renjun makin penasaran.

"aighoo.. uri Sungie tenang sebentar ne. Oemma mau membaca perkamennya dulu" pinta Renjun agar Jisung berhenti mengusakkan wajah pada dadanya yang terasa lebih nyeri dari biasanya. Itu terjadi karena Jisung yang enggan minum ASI karena tak enak badan.

"aku harus menemui Jeonha" kata Renjun setelah membaca keseluruhan isi perkamen. Banyak kata janggal didalamnya, membuat Renjun curiga jika pangeran Guanlin mengetahui rencana kudeta yang akan dilakukan Ibu Suri. Dari analisis singkatnya sih, Guanlian berniat membocorkan rencana itu pada Jeno.

Yah, tanpa dijelaskan pun Renjun tau alasan Guanlin melakukannya. Apalagi kalau bukan untuk melindunginya.

Bukannya sombong tapi memang begitu adanya. Duh, senangnya punya dua bucin penguasa.

Tapi sial, tidak ada indikasi yang merujuk pada kapan rencana kudeta itu dilakukan.

Dayang Yeo menggeleng. "tapi tuan Lee memberikan ini pada saya" abidi setia Ratu itu pun menyodorkan sepucuk surat yang tanpa ragu langsung dibuka oleh Renjun.

Mohon maaf atas kelancangan hamba, Junjeon Mama. saya menyampaikan pesan terakhir mendiang shaman Na yang ditujukan untuk Anda.

'lima belas hari setelah petang, yang datang harus pergi dan yang pergi harus kembali. Takdir telah terjalin, tidak ada yang terpisah kecuali ingatan yang tersimpan. Won Kunhang, Dong Sicheng, dan Qian Kun.. akan mengawal Junjeon Mama kembali"

.

Jeno menatap tiga orang didepannya satu persatu, bergantian, menelisik tanpa melewatkan satu pun detil yang ada.

Tiga orang itu adalah orang-orang kepercayaan Guanlin, yang sengaja pangeran kekaisaran Qin itu kirim untuk menjaga Renjun pada saat kudeta terjadi.

"bersumpahlah!" titah Jeno pada ketiganya.

Dengan lantang mereka pun mengikrarkan sumpah, menyerahkan kesetiaan hingga nyawa mereka bagi sang Ratu dan Putera mahkota kerjaan Joseon. Pun hingga mereka terlahir kembali.

"ku mohon, jaga belahan jiwaku selama aku tak ada disisinya" Jeno tak perduli lagi dengan posisinya sebagai Raja, karena semua itu tak akan berguna saat hari perpecahan itu tiba dan hanya mereka yang bisa ia percaya.

Magical Gate (Noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang