Chapter 22

1 1 0
                                    

Mungkin cerita ini akan sedikit panjang.

Tentang masa karantinaku. Aku sudah berikan previewnya sedikit pada kalian.

Aku akan ceritakan beberapa hal konyol yang di lakukan temanku.
Hal yang membuatku sedikit malu.

Hari itu, saat aku dan yang lainnya sedang berkumpul di depan rumah orang yang berada di depan masjid tempat kami karantina, untuk menghafal sekaligus bercerita.

Salah satu temanku, memancing agar aku membahas tentang DIA.

Awalnya aku tak ingin membuka suara, tapi setelahnya... Aku kalah dan mereka berhasil memaksa.

Semua cerita biasa saja, tak jauh dari aku yang terlena lalu mengatakan hal yang biasa ku lakukan.

Seperti.... Yaampun, suamiku ganteng banget. Yaampun, dia liatin loh.
Kayaknya dia suka deh sama aku.

Kira kira begitulah, aku juga tak terlalu ingat.

Tapi ada satu hal, satu hal yang membuatku saat itu rasanya ingin menceburkan diri ke sungai amazon.

Salah satu temanku, tanpa sadar menyebut nama pria yang ku ceritakan selama ini --dengan sangat kuat.

Dan tepat setelahnya, tiba-tiba dia datang melewati tempat kami duduk bercengkrama. Dia terlihat sedikit kaget, apalagi aku.. Aku bahkan hanya mampu menenggalamkan kepalaku ke lutut dan berdoa semoga tak terjadi apa-apa.

Dan untungnya, sang pria hanya lewat saja. Tapi senyum miliknya tercetak jelas di mataku. Dan selanjutnya dia malah menggelengkan kepala.

MEREKA SANGAT MENYEBALKAN!

Ntah bagaimana imageku di depan sang pria pujaan. Bukannya berusaha bersikap menjadi wanita idaman, aku malah memutuskan bersikap layaknya apa yang biasa kulakukan.

Ok, Next! Cerita selanjutnya.

Kejadian yang membuatku semakin menyesal karena percaya pada teman.
Kau tahu, apa yang temanku lakukan lagi kali ini?

Saat hari dimana hafalan kami selama karantina di uji. Temanku yang sama -pada hari saat itu dia kelewat membesarkan suara ketika menyebutkan nama sang pelaku yang sedang kami jadikan bahan bicara-, dia... mengetikkan sesuatu pada pria itu.

Tidak, bukan satu pria saja, tapi pada dua pria!

Dua loh! Bayangin deh!

Ku kira, dia hanya bercanda dengan mengatakan bahwa dia akan melakukan itu.

Dan aku dengan santai nya berkata, Lakukan saja, aku tak takut.

Hanya beberapa kata saja. Tapi itu mampu membuaku menyesal mengatakannya.

Tepat setelah mengatakan itu, temanku benar-benar melakukan tindakannya.

Dia.. Mengirimkan sesuatu pada suami pertama dan suami kedua ku.
Melewati aplikasi whatsapp di hp ku!

Jangan tanyakan di mana aku mendapat nomor mereka. Nomor mereka ada di grup karantina.
Jadi, tinggal cari dan ada.

Mudah saja.

Dia hanya mengirimkan 2 kata, tapi mampu membuat jantungku tak berdetak tiba-tiba.

Tahu itu apa?

Assalamualaikum bang.





*****

HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang