Chapter 36

1 1 0
                                    

Move on?

Kemana semua niat yang beberapa hari ini aku tegakkan?

Faktanya aku hanya mampu bertahan beberapa hari untuk tidak memperhatikan, karena di hari berikutnya, aku malah membiarkan diriku kembali tenggelam dalam pandangan seseorang.

Dan itu yang kini hatiku rasakan, tapi tetap saja... Aku masih mengikuti kata otakku dibanding kata hatiku yang gila.

Aku bahkan tak mengarahkan sedikitpun pandangan ke depan, atau kemanapun ia berada.

Kalian tak perlu bayangkan ini adalah perpustakaan yang besar, karena ruangan ini bahkan besarnya sama dengan kelas yang lainnya. Hanya lebih luas. Jadi karena itu, semua orang bisa terlihat. Kecuali jika sedang berada di rak buku, mereka pasti akan tertutup sedikit.

Aku hanya dapat mendengar suara langkah kaki yang berjalan, dan suara buku yang di pegang.

Semua terasa aneh, aku merasa seolah telingaku fokus kesuara pria itu dan temannya, dibanding suara peserta olimpiade lainnya yang sedang belajar.

Karena tak sanggup dengan segala tekanan ini, aku mengarahkan pandanganku ke depan.

Dan tepat disana, seorang pria yang sedari tadi berhasil mengambil alih atensiku, ternyata sedang berdiri bersama salah satu abang osis ku kelas 11.

Aku tak melihat ke arahnya, karena aku malah melihat ke arah abang osis ku itu, ia juga sedang melihat ke arahku, dan tersenyum-- Aneh?

Mungkin menyapa?

Atau ia tahu tentang beritaku yang menyebar itu? Tapi... ku rasa tidak.
Lagian itukan sudah lama.

Atau malah pria itu yang menceritakannya kepada abang osis ku itu?

Nah yang ini baru mustahil.

ASTAGA AKU GILA!
ITU TIDAK MUNGKIN, BUKAN?

Baiklah, sepertinya mulai sekarang aku harus berlatih berfikir positif.

Kembali ke topik awal.

Apa kalian tahu siapa pria yang menemani pujaan hatiku tadi?
Huft... Dia adalah orang yang sebelumnya pernah kuceritakan, teman lelaki yang pernah menatapku aneh.

Dia kini melewati sedikit celah di meja sampingku, untuk menuju rak ujung. Aku sedang berada di tengah meja panjang ini, jadi ketika ia melewati celah, ia akan lebih berkemungkinan untuk dekat dengan kawanku.

Seperti yang ku katakan tadi, aku akan berfikir positif!

Tapi tetap saja, sekali lagi otak dan hati tak bisa diajak bersinkronisasi.

Apalagi saat melewati meja kami, pria itu sedikit berdehem dan aku tak tahu kenapa.

Karena aku tipe orang yang suka refleks melakukan sesuatu, aku juga refleks melihat ke depan tempat dimana pria pujaan hatiku masih berada bersama abang osis ketika mendengar suara dehemannya.

Dan sekali lagi, setelah lama tidak melihat mata hitamnya.
Aku kembali tenggelam dalam pandangan matanya.









.
.
.





Apa drama perpus ini sudah selesai?

Aku rasa sudah, karena tak lama setelah mendapatkan apa yang mereka cari, mereka langsung pergi keluar dan membuatku merasa sedikit lega, karena akhirnya aku terbebas dari segala atmosfer canggung yang menyelimutiku.

Ntahlah ini adalah hari keberuntunganku atau tidak, tapi sepertinya hari ini pandangan mata itu berhasil kuraih untuk beberapa masa.







*****

HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang