Chapter 24

1 1 0
                                    

Pada bab sebelumnya aku katakan bahwa aku akan mengikuti wisuda tahfiz dan aku di karantina, bukan?

Yap! Wisuda kini telah terlaksana.

Semua berjalan aman, biasa saja, dan membahagiakan? Mungkin...

Akan kuceritakan pengalamanku selama berada di masa gladi wisuda.

Saat gladi, aku duduk di sekitaran orang yang kukenal dan dekat denganku. Apalagi yang tidak ku bahas jika bukan tentang suamiku?

Iya, sang pria bersenyum manis atau sang mantan ketua osis.

Aku menambah kenalan baru, ada kakak kelas lain yang kukenal dan mengetahui kisah bucinku.

Aku malu? Tidak.
Karena I love my self and i really do.

Ada banyak teman baru lagi, dan tidak bisa kuhitung berapa.

Mungkin sekitaran sepuluh?

Akan ku ceritakan sedikit tentang bagaimana takdir mulai mempermainkan ku. Tentang seorang wanita yang duduk di sebelahku,  Kakak kelas.

Dia tidak datang gladi resik di hari pertama dan hari kedua, jadi aku tak terlalu mengenalnya.

Karena kursi di sebelah ku kosong, dan deretan bangku diisi oleh teman-temanku. Jadi aku tanpa canggung sering mengatakan tentang bagaimana lucu dan tampannya suamiku.

Aku terlalu biasa mengatakan itu, hingga hari dimana sang kakak kelas di sampingku datang. Aku tentu saja langsung dekat dengannya.

Sudah ku katakan, bahwa aku menjadi orang kesayangan.

Easy Going dan Humble.

Aku tak pilih-pilih siapa yang dekat denganku, asal dia baik dan tidak macam-macam padaku, pasti akan ku jadikan teman baru.

Aku juga banyak cerita kepada dua kakak kelas yang ada di depanku, satunya adalah kakak panitia di masa MOS ku, jadi dia sudah tahu bagaimana sikap ku.

Dan satu lagi, adalah kakak cantik. Aku baru kenal di gladi resik, tapi aku jadi dekat dengannya.

Kakak-kakak di sekitarku sudah mulai tahu tentang aku yang menyukai sang pujaan hati.

Mereka tidak jijik, mereka hanya tertawa.

Menertawakanku? Ntahlah, tapi itu hal yang wajar di lakukan, lagian aku juga tak berlebihan.

Hingga satu fakta menamparku keras!

Tepat saat hari ke 4 gladi resik.
Hari dimana kakak kelas yang tahu ceritaku dan duduk di sampingku itu datang terlambat. Dia datang bersama teman-teman kelasnya.

Dan satu hal yang membuatku sedikit menyesal akan sikapku yang kelewat bocor adalah ketika aku tahu bahwa,

Ternyata dia satu kelas dengan sang pria bersenyum manis yang ku ceritakan.






*****

HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang