Chapter 33

1 1 0
                                    

Kini kami sudah berada di depan kelas 12 Mipa 4, berbincang bersama kakak bendahara kelas.

Dan ya.. Jangan lupakan bahwa tak jauh di samping kami, segerombolan pria dan wanita sedang berkumpul di sana.

Sebaik mungkin aku menutupi keberadaanku, tapi tak mungkin.
Tetap saja, tiang tak dapat menutupiku sepenuhnya.

Apalagi yang bisa kulakukan jika tidak berdoa agar kakak-kakak ini tak membuatku semakin berada di posisi yang semakin terpojokan.

Apalagi saat aku dengar, ketika kami mendekat ke kelas itu, gerombolan teman pria yang kusukai sedikit menggodanya dengan meneriaki namanya dengan nada lain.

Yang paling membuatku tertohok, adalah ketika DIA menyuruh mereka diam dan seketika mereka semua diam.

Aku tak melihat sedikitpun ke arah mereka, aku bahkan tak tahu bagaimana ekspresi godaan mereka atau bagaimana ekspresi kesal pria yang kusuka, karena ia berhasil mendiamkan massa dalam sekejap mata.

Dan itu membuatku semakin merasa bersalah. Dan rasa bersalahku sudah menumpuk dan bisa meledak kapanpun.

Tapi sayangnya lagi!

Kakak-kakak dan teman osis ku tak paham posisiku, karena kini mereka malah memutuskan untuk lewat di depan kelas pria itu, karena tujuan kami selanjutnya adalah kelas di sebelahnya.

Kau tak tahu bagaimana perasaanku saat itu... Malu, takut, merasa tak enak atau bahkan gugup?
Semua bergabung menjadi satu di kepalaku.

Aku hanya diam, bahkan aku sudah memutuskan untuk lewat jalan yang lain, tapi mereka masih saja terus berusaha menggodaku.

AKU BENAR-BENAR TAK SANGGUP BERADA DI POSISI INI!

Aku tau ini bukanlah posisi yang berlebihan, bahkan masih ada yang lebih dari ini.

Tapi tetap saja, bagiku... Ini berbeda.

Jika bisa memilih, saat itu aku lebih baik berada didepan presiden dari pada didepan gerombolan senior yang kini heboh menertawakan sesuatu.

Berfikir positif, aku menganggap bahwa mereka tidak menertawakanku.

Aku tak sadar kapan aku bersikap se lebay ini, tapi aku benar-benar bingung akan perasaanku hingga aku malah berkaca-kaca.

AKU LEBAY! BENAR-BENAR LEBAY! DAN ITU MENYEBALKAN!

Sepertinya kakak-kakak dan temanku melihat ekspresiku, karena mereka akhirnya memutuskan untuk berhenti menggodaku dan segera pergi dari atmosfir canggung ini.

Tapi satu hal yang membuat perasaanku sekali lagi tak beraturan.

Saat tak sengaja mengarahkan pandangan mataku ke mata pria yang ku sukai, dia juga sedang menatapku.

Dengan pandangan yang sekali lagi tak bisa kuartikan.




*****

HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang