Tablet Kerja
Sesampainya di rumah, Najla langsung masuk ke kamar kemudian bersih-bersih diri. Setelah selesai, baru kemudian ia turun ke bawah untuk makan malam yang sudah sangat telat sekali. Mamanya sudah menyiapkan makan malam kesukaannya. Sebenarnya itu juga bukan hal baru karena setiap pulang dari pekerjaannya, Najla selalu disambut seperti itu.
"Ini di minum wedang jahenya," ucap Marissa sambal meletakkan segelas wedang jahe di meja depan Najla.
"Makasih, Mama sayang," balas Najla kemudian menyesap wedang jahe hangat buatan mamanya.
"Habis ini langsung istirahat ya, kalau masih ada pekerjaan yang belum selesai, udah dilajut besok aja," saran Marisa.
"Siap mama, yaudah Nana balik ke kamar, good night," ucap Najla kepada Mama dan Papanya.
Nana merupakan nama kecil sekaligus panggilan sayang di keluarganya. Selepas pamit untuk kembali ke kamar, tak lupa ia membawa segelas wedang jahe hangat untuk ia habiskan sebelum tidur. Najla merebahkan tubuhnya di kasur miliknya, sebelum bersiap untuk tidur, ia berselancar di dunia maya terlebih dahulu. Membuka akun media sosialnya, dan mengungah beberapa foto perjalanan terakhirnya.
Pesan masuk dari rekan kerjannya yang meminta beberapa hal direvisi dari tulisan yang ia buat. Merasa tak ingin menunda pekerjaan, ia langsung mengambil tas ranselnya. Najla langsung panik saat benda yang ia butuhkan dan sedang ia cari tidak ada di tempat seharusnya.
"Wait, tenang Najla," lirih Najla berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Setelah melihat ranselnya kosong, semua benda sudah ia keluarga dari dalam situ. Ia duduk kembali pinggir ranjangnya, kemudian mengingat-ingat kapan terakhir kali ia memegang tablet kerjanya, yang jelas tidak mungkin ketinggalan di hotel.
"Bandara," ucap Najla setelah berhasil mengingat.
Najla masih sempat mengerjakan laporannya sebelum akhirnya ia kirimkan ke kantor. Ia langsung turun ke bawah, menghampiri Mama dan Papanya yang masih ada di ruang keluarga.
"Pa," panggil Najla dengan panik.
"Kenapa Na?" tanya Marissa.
"Tablet kerja aku nggak ada," jawab Najla.
"Ketinggalan, dimana?" tanya Adam.
"Kayaknya bandara deh, Pa, tadi Nana masih sempet kirim laporan perjalanan," jawab Najla.
"Coba lacak pakai aplikasi, ini udah malem, udah lama juga kita ninggalin bandara, nggak tau kan udah ada yang nemuin atau belum, coba lacak dulu kalau bisa," saran Adam berusaha menenangkan Najla.
"Kalau hilang gimana dong," ucap Najla sambil melakukan perintah Papanya.
"Yaudah kalau hilang, nanti diganti lagi kan bisa," ucap Marissa.
"Ini bukan masalah tabletnya, tapi isinya, semua pekerjaan Nana disitu semua," balas Najla kemudian memilih meninggalkan ruangan tersebut dan kembali masuk ke dalam kamar.
Najla masih panik karena pencariannya tak kunjung berhasil, belum lagi ia merasa tabletnya juga kemungkinan habis baterai. Ia mencoba menghubungi kakaknya, teman-teman kantornya, barangkali mereka bisa membantunya.
"Halo, kok bisa sih dek, gimana ceritanya?" tanya Thariq melalui sambungan telepon.
"Ya ini buktinya bisa, udah deh jangan banyak tanya, bantu cariin, semua pekerjaan Nana ada disitu semua loh kak, bantuin," rengek Najla pada kakaknya.
"Kamu tuh ya, yaudah sekarang istirahat dulu aja, nanti biar kakak coba cari solusinya," ucap Thariq kemudian mematikan panggilannya.
Najla merasa kesal dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa ia ceroboh sampai kehilangan barang berharga dalam pekerjaannya. Semua data base perkerjaannya ada disitu, dan banyak yang belum ia cadangkan. Pusing, satu kata yang menggambarkan Najla saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Agamaku ✔ [TAMAT]
Spiritual[SELESAI || Romance - Spiritual - Travelling] Bandara, menjadi salah satu tempat bersejarah untuk seorang Najla Hilyah Mumtazah. Meski hampir tiap bulan sekali mengunjungi bandara, tapi untuk saat itu sangat berbeda. Dimana dipertemukanya dia dengan...