Separuh Agamaku - 17

4.9K 335 7
                                    

Quality Time

Enam bulan pernikahan Nafis dan Najla, setengah tahun sudah mereka menjalani kehidupan pernikahan. Perjalanan pernikahan yang berjalan tak mulus-mulus saja. Ada berbagai hal ketidaksamaan yang terkadang menimbulkan pertengkaran kecil. Sesederhana Nafis lupa atau mungkin sudah terbiasa meletakkan handuk basah di atas tempat tidur. Waktu awal menikah, Najla memaklumi hal tersebut, mungkin salah satu pahala yang akan ia dapatkan dari sebuah handuk basah tersebut. Tapi sekarang, Najla selalu kesal dengan kebiasaan buruk itu.

Najla duduk di sofa depan meja riasnya, menunggu kedatangan Nafis kembali dari walk in closet. Ia hanya ingin tau, apakah suaminya itu akan mengambil handuk tersebut dan meletakkan di tempatnya, atau masa bodoh dengan perilakunya itu. Saat Nafis masuk ke dalam kamar, bukannya mengakui kesalahannya, ia justru meminta Najla untuk mencari dimana kemeja yang ia butuhkan.

"Saya, dari aku yang warna biru dimana ya?" tanya Nafis sambil merapikan kancing kemejanya.

"Di tempat biasa," jawab Najla datar.

"Bantu cariin dong sayang, udah siang." Najla langsung berdiri dari tempatnya, mengambilkan benda yang dibutuhkan oleh suaminya itu.

Najla kembali dari walk in closet dengan membawa benda yang dibutuhkan oleh suaminya. Bukannya memberikan langsung kepada Nafis yang berdiri di depan cermin. Najla justru meletakkan dasi itu di atas handuk basah, berharap suaminya paham. Ternyata dugaan Najla salah, Nafis mengambil dasi tersebut dan membiarkan handuknya tetap disana membuat Najla semakin kesal.

"Itu handuk mau dibiarin disitu sampai kapan?" tanya Najla dengan emosi yang harus ia luapkan, kalau tidak bisa stress sendiri dirinya.

"Tolong dong sayang," jawab Nafis membuat Najla semakin kesal.

Najla membiarkan benda itu tetap ditempatnya, kemudian ia memilih untuk turun ke bawah. Najla ikut bergabung di dapur bersama mbak yang sibuk menyiapkan sarapan. Amalia ternyata juga berada di dapur untuk membuat teh kesukaannya. Ia menanyakan keadaan menantunya yang turun ke bawah dengan wajah kesal.

"Kenapa, Na?" tanya Amalia.

"Nggak papa kok ma," jawab Najla, namun Amalia tidak puas dengan jawaban menantunya tersebut.

"Kenapa, sayang?" tanya Amalia lagi.

"Nana lagi datang bulan aja, terus Nafis ngeselin banget, masa ubah berapa bulan juga nikah, tapi tetep aja, handuk basah dibiarin di tempat tidur, Najla kan kesel ma," jawab Najla membuat Amalia tersenyum. Ia bisa mengerti perasaan menantunya itu, apalagi Najla sudah disclaimer di awal bahwa dirinya sedang datang bulan.

"Yaudah nanti biar diberesin sama Bi Inah ya," balas Amalia.

"Bukan soal itu, Ma. Nana juga bisa beresin sendiri, kebiasaan buruk itu loh yang nggak tau kenapa nggak bisa di ubah," keluh Najla.

"Yaudah nanti biar mama yang bilang," balas Amalia penuh sayang.

Najla bersyukur sekali memiliki mertua sebaik dan sesabar Amalia. Paradigma di luaran sana yang mengatakan ibu mertua itu jahat, tidak berlaku bagi Najla. Hubungannya dengan Amalia sudah seperti antara ibu dan anak kandung. Ia bisa nyaman curhat kepada Amalia seperti ia curhat kepada Mama nya.

Nafis turun dari kamar menuju ruang makan. Ia meletakkan tas kerjannya di atas meja. Tidak lupa ia menyapa Mama nya yang berada di sana. Najla memilih masuk ke dapur membantu Bi Inah menyiapkan piring dan makanan lainnya. Ia sangat malas bertemu dengan Nafis.

"Bi, sarapannya belum selesai, saya harus berangkat pagi, nih" ucap Nafis membuat Bi Inah segera mengeluarkan makanan pagi ini.

Amalia duduk di kursi biasanya, begitupun dengan Nafis. Ia mencoba ngobrol dengan Nafis mengenai keresahan Najla yang disampaikan kepadanya. Amalia sangat senang mendengar keluhan Nafis yang Najla sampaikan kepadanya, berharap Najla hanya menceritakan itu kepadanya, tidak ke Marisa. Karena dirinya lah yang akan membantu Najla memberitahu Nafis, dan ia akan lebih memaklumi kesalahnya.

Separuh Agamaku ✔ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang