Pregnant
Langit masih gelap, Najla melihat mama dan kakak nya sudah berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan. Seusai sholat subuh semua sibuk dengan rutinitasnya masing-masing. Adam yang selalu rutin untuk jogging di kompleks perumahan seusai sholat berjamaah di masjid. Thariq yang selalu asyik membaca berita seputar bisnis di tabletnya. Sedangkan Najla yang tak begitu tertarik dengan kegiatan dapur yang digeluti para wanita, lebih memilih untuk menyirami tanaman di taman rumah.
Kini semua sudah rapi dengan setelan pakaian kantor. Duduk di kursi masing-masing untuk segera menyantap sarapan pagi. Seperti biasa Marisa selalu mengambilkan makanan untuk Adam, begitupun dengan Ayu kepada Thariq. Najla yang mandiri harus bisa mengambil makan sendiri tanpa harus merasa iri dan ingin melayani juga. Najla yang sedari tadi melihat Ayu tampak pucat, dengan perhatian menanyakan keadaan Kakak iparnya itu.
"Kak Ayu sakit ya? kok pucat gitu sih mukanya?" tanya Najla.
"Hm, perasaan biasanya juga gini, karna kakak nggak pake make up aja, jadi terlihat pucat," balas Ayu berkilah.
"Beneran sayang kamu nggak papa, bener loh kata Nana, kamu pucet gitu," tanya Thariq khawatir dengan keadaan istirnya.
"Nggak papa kok mas," jawabnya diakhiri senyuman.
Selesai sarapan, Papa dan Kakaknya segera berangkat ke kantor masing-masing. Marisa dan Ayu sama-sama mengantar suaminya sampai di teras. Najla satu-satunya jomblo di rumah itu harus sabar melihat hal yang seperti itu. Nasib jomblo, selesai makan beresin sisa makanan ke dapur dan lengkap dengan cuci piring.
Najla melihat Ayu jalan dari depan menuju ke kamar dengan jalan sedikit sempoyongan. Tanpa pikir panjang, dia segera menghampiri Ayu di kamarnya. Terdengar Ayu muntah-muntah di kamar mandi. Takut terjadi apa-apa, Najla mengetuk pintu kamar mandi, beberapa saat kemudian Ayu kelur dengan wajahnya yang semakin pucat.
"Kak, serius, kak Ayu sakit ya? Aku antar periksa ke dokter ya," ucap Najla khawatir dengan keadaan kakaknya.
"Udah nggak papa, cuma masuk angin biasa aja ini mah. Sama kepala sedikit pusing, buat istirahat juga pasti ilang," jawab Ayu.
"Udah nggak usah alasan, kak Ayu kayak gitu tadi karna takut kak Thariq khawatir kan? Kakak siap-siap, aku antar ke dokter aja," putus Najla kemudian meninggalkan kamar Ayu.
"Mau kemana Na?" tanya Ayu.
"Aku panasin mesin mobil dulu, setelah itu kita ke dokter," jawab Najla kemudian pergi.
Marisa yang melihat Najla memanaskan mesin mobil, langsung datang menghampiri putrinya itu. Najla bilang, hari ini dia ke kantor agak siangan, tapi mengapa sedari pagi sudah memanaskan mesin mobil.
"Mau kemana Na?" tanya Risa penasaran.
"Nana mau anterin kak Ayu ke dokter," balas Najla.
"Ayu kenapa? dia sakit?" tanya Marisa.
"Mama liat sendiri kan tadi waktu sarapan kak Ayu pucet gitu? tadi juga sempat muntah-muntah sama pusing. Dari pada kenapa-kenapa mending periksa ke dokter ajalah ma," jawab Najla.
"Mama liat Ayu dulu ya," balas Marisa kemudian segera masuk ke dalam kamar Ayu. Ia ingin memastikan keadaan Ayu, dan benar saja, Ayu terlihat seperti orang sakit, beberapa kali ia juga mual muntah ke toilet.
Sejuruh kemudian Najla dan Ayu sudah berada di rumah sakit terdekat dari rumah. Setelah mengambil nomor antrean, keduanya duduk di ruang tunggu. Baru setelah nama Ayu dipanggil, mereka masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
"Nyonya Ayunda Permatasari," panggil suster yang sedang berjaga.
"Ayo Na, temenin Kakak ke dalam ya," pinta Ayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Agamaku ✔ [TAMAT]
Spiritual[SELESAI || Romance - Spiritual - Travelling] Bandara, menjadi salah satu tempat bersejarah untuk seorang Najla Hilyah Mumtazah. Meski hampir tiap bulan sekali mengunjungi bandara, tapi untuk saat itu sangat berbeda. Dimana dipertemukanya dia dengan...