Dreamland
Bali merupakan salah satu tempat indah di Indonesia, tak hanya diakui oleh wisatawan lokal melainkan juga diakui oleh dunia. Dreamland Pecatu menjadi tempat singgah Najla di Bali kali ini. Pasir putihnya yang khas menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Tak hanya itu, batu karang yang menjulang tinggi juga menjadi pilihan yang tepat jika ingin meihat keindahan Dreamland Pecatu ini dari atas.
Bagi Najla, tidak ada yang lebih menyenangkan dari sekedar duduk di tepi pantai menikmati deburan ombak, dan suasana pantai. Ini adalah hari terakhir Najla di Bali. Weekend ini Dreamland cukup ramai wisatawan. Mengingat Najla sudah terlalu lama bersantai menikmati pantai. Dia segera bergegas meninggalkan pantai untuk kembali ke penginapannya. Siang ini Najla akan mendaki tebing-tebing untuk menikmati keindahan Dreamland dari atas. Entah mengapa, rasanya Najla ingin segera menyelesaikan perjalanannya dan kembali ke Jakarta.
Sesampainya di hotel, terlihat orang yang sangat familiar untuknya duduk disalah satu kursi lobby. Salah satu pelayan hotel menghampiri Najla, memberitahukan bahwa ada seseorang yang tengah menunggunya. Najla segera mengikuti langkah pelayan menuju tempat Nafis. Najla memang tak salah lihat kalau yang duduk disana adalah Nafis Algibran Narendra.
"Ngapain kamu ada disini? ada kerjaan disini?" tanya Najla dan dibalas gelengan oleh Nafis. Justru Nafis mendekat ke arahnya.
"Aku rindu sama kamu," bisik Nafis didekat telinga Najla yang kini berada di depannya sontak membuat Najla langsung mudur.
Suara lembut Nafis membuat jantung Najla bekerja lebih cepat. Najla berusaha mengontrol dirinya, dan sadar dengan apa yang ingin ditanyakan.
"Gombalan ABG banget tuh ya, serius deh, kamu kesini buat apa?" ulang Najla.
"Aku kangen sama kamu, mau nemenin kamu juga," balas Nafis.
"Fis, nggak usah aneh-aneh deh, aku masih banyak kerjaan disini, maaf aku nggak bisa nemenin kamu," kata Najla.
"Aku kesini bukan untuk minta ditemenin, tapi mau nemenin kamu," balas Nafis.
"Apaan sih, Fis?"
"Kamu tuh kenapa sih, suka banget jalan sendiri, bikin orang khawatir tau, mending sekarang aku temenin," jawab Najla.
"Udah ya, aku harus segera siap-siap," tambah Najla
"Aku tunggu sini," balas Nafis.
"Okey," kata Najla menyerah dan segera meninggalkan Nafis.
Najla nggak tau harus senang atau kesal karena ada Nafis yang ikut bersamanya. Keberadaan Nafis sebenarnya tidak begitu merepotkan Najla, hanya saja kurang baik untuk kesehatan jantungnya. Siang ini, keduanya sedang mendaki tebing yang memang diizinkan untuk diakses oleh wisatawan. Keberadaan Nafis disini sangat membantu Najla yang sedikit kesulitan untuk naik ke atas sana. Nafis beberapa kali mengulurkan tangannya untuk membantu Najla naik ke atas.
"Bisa?" tanya Nafis dan Najla mengangguk sambal tersenyum.
Sebenarnya Najla bisa saja melakukannya sendiri, tapi kenapa ketika ada Nafis disana membuatnya selalu ingin dibantu. Keduanya sudah sampai di atas bukit, duduk di atas batu dan menatap langit biru. Dari atasa sana, tampak jelas keindahan pantai Dreamland. Berdasarkan info dari pengelola, asal usul nama Dreamland ini dikarenakan dulu di area tersebut sempat terdapat sebuah proyek perumahan dan objek wisata. Namun proyek tersebut terhambat dan terbengkalai. Sedangkan para penduduk Desa Pecatu yang dulunya hidup sebagai petani sangat berharap proyek selesai dan mereka bisa menekuni bisnis lain di bidang pariwisata. Karena itulah lahan disekitar pantai disebut dengan Dreamland (tanah impian).
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Agamaku ✔ [TAMAT]
Spiritual[SELESAI || Romance - Spiritual - Travelling] Bandara, menjadi salah satu tempat bersejarah untuk seorang Najla Hilyah Mumtazah. Meski hampir tiap bulan sekali mengunjungi bandara, tapi untuk saat itu sangat berbeda. Dimana dipertemukanya dia dengan...