Separuh Agamaku - 20

4.6K 265 11
                                    

Suara Perempuan

Beberapa hari ini Nafis sangat sibuk di kantor, berangkat pagi dan pulang malam, selalu. Jam di dinding belum menunjukkan pukul setengah enam, namun ponsel Nafis sudah beberapa kali ada yang menghubungi. Meski keduanya sepakat untuk tidak memberikan privasi pada ponsel masing-masing, tapi Najla merasa tidak nyaman jika harus mengangkat panggilan di ponsel suaminya.

Ponsel Nafis berdering lagi, Najla sangat bingung antara mengangkat panggilannya atau tidak. Nafis masih berada di kamar mandi, karena Najla merasa takut ada hal penting, akhirnya Najla pun mengangkat panggilan tersebut. Nomor tidak dikenal, membuat Najla kembali ragu antara menerima atau membiarkan panggilan tersebut terlewat. Pada akhirnya panggilan tersebut terlewatkan. Najla kemudian kembali menyiapkan pakaian kantor suaminya.

Ponsel Nafis kembali berdering, saat Najla lihat ada panggilan masuk dari nomor itu lagi. Pada akhirnya ia memutuskan untuk menerima panggilan tersebut. Najla kaget mendengar suara orang diseberang sana.

"......"

"Maaf ini dengan siapa ya?"

Najla tidak mendapat jawaban dari orang diseberang sana, justru panggilan tersebut diakhiri. Seketika pikiran Najla kemana-mana karena panggilan tersebut. Nafis masuk ke dalam kamar membuat Najla langsung mengembalikan benda tersebut.

"Kenapa sayang?" tanya Nafis.

"Nggak papa, tadi ada panggilan masuk, cuma udah lewat," jawab Najla.

Najla kemudian memilih untuk merapikan dasi suaminya. Momen seperti itu, akhri-akhir ini jarang terjadi karena kesibukan masing-masing. Nafis pagi ini harus lebih dulu pergi ke kantor karena ada meeting penting. Najla tidak masalah jika harus berangkat ke kantor sendiri. Belum selesai Najla merapikan kemeja dan dasi suaminya, Nafis justru menarik Najla ke dalam pelukannya.

"Kangen banget," ucap Nafis.

"Gimana bisa kangen, orang tiap hari ketemu," balas Najla.

"Seharian di kantor, itu udah bikin aku kangen banget sama kamu," ucap Nafis.

Najla justru mencebikkan bibirnya seolah tidak percaya dengan ucapan suaminya barusan. "Apaan sih," balas Najla berusaha keluar dari pelukan suaminya.

"Serius tau, sayang," ucap Nafis berusaha membuat istrinya percaya.

"Sayang, ini udah siang, ntar kamu telat lagi," balas Najla saat Nafis semakin mengeratkan pelukannya.

"Lima menit aja," kata Nafis.

"Hari ini aku nggak ngantor deh," lanjut Nafis membuat Najla mengerutkan dahinya penuh tanya.

"Pengen gini aja terus," tambahnya.

Mendengar ucapan Nafis barusan membuat Najla dengan paksa keluar dari kepadan suaminya itu. Jika terus dibiarkan, mereka bisa saja menghabiskan waktu berjam-jam untuk itu. Najla segera mengambilkan jas sekaligus tas kerja milik suaminya. Ia tidak mau Nafis terlambat untuk menghadiri rapat penting bersama klien nya.

"Udah ya, udah telat ini nanti," ucap Najla.

"Kamu nggak papa, berangkat ke kantor sendiri?" tanya Nafis, pasalnya supir di rumahnya juga sedang izin pulang kampung.

"Tenang sayang, dulu aku juga biasa berangkat ke kantor sendiri kan," jawab Najla sambil berjalan menuruni anak tangga, mengantar suaminya turun ke bawah.

Nafis pamit kerja terlebih dahulu, setelah mobilnya meninggalkan halam rumah, Najla kembali masuk ke dalam. Ia juga harus siap-siap pergi ke kantor juga. Masuk ke dalam kamar membuat ia mengingat panggilan masuk di ponsel suaminya tadi pagi. Suara perempuan itu, dengan panggilan sayang kepada suaminya membuat hati Najla menjadi gelisah. Ia berusaha untuk tidak berpikir buruk kepada suaminya, mungkin saja orang salah sambung.

Separuh Agamaku ✔ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang