15. lost brain

59 11 0
                                    



🔛⚠⚠

W🅰®Π⚠🆖❗❗

Bacaan ini mungkin dapat menimbulkan rasa jengah, bosan , jijik, dan sebagainya.

°
°
°
°
°
°
°


....

"Udah , Tae?"

"Hm."

Jawabku dan langsung menjatuhkan tubuh ke kasur setelah menutup pintu kamar, di sisi Hobi yang lagi baca buku.

Sebenarnya, tadi, aku habis bantu beresin meja makan sama beberapa temen. Cuman lap meja doank sih, soalnya emang dari baby sampe sekarang, aku ga pernah beres-beres rumah. Semua yang kerjain maid, yang pagi datang sore pulang.

"Capek banget, ya?
Sampai ngos-ngosan gitu."

"Hah! Mana ada? Orang aku agak ga biasa ngelakuin itu."

"Kamu jarang fitness, Tae. Jadi gampang capek."

"Maybe."

Suasana sunyi sesaat. Hobi lanjut baca lagi, dan aku memandangi langit-langit kamar. Sesekali meliriknya yang tampak fokus pada bacaannya.

"Hobi,"

"Hm?"

"Pria yang jemput kamu pulang sekolah, siapa?"

"Umh, itu, kakak aku."

"Yang benar?"

"Oh."

Tanpa sadar , aku menghela nafas lega. Hobi menoleh padaku dengan mata bulatnya, heran.

"Kok , kamu kayak seneng gitu?"
"A-apa?! Gak tuh."
"Kok gugup gitu? Kamu suka aku, ya?"
"Eng-enggak tuh!"

Wajahku terasa terbakar. Hobi mendekat padaku , dengan perlahan, sampai wajahnya hanya berjarak satu senti dari wajahku. Perlahan ia memejamkan matanya, dengen bibir yang sedikit mengerucut ke arah bibirku. Jantungku berdebar keras, dengan keringat dingin. Hingga aku ikut menutup mataku. Beberapa waktu, namun belum terjadi apa-apa padaku.

Fuhh

Namun malah tiupan angin menerpa wajahku , dan aku sekejap langsung membuka mata. Wajah Hobi yang di atas ku, terlihat sedang menahan tawanya. Aku merasa kesal dipermainkan, kutarik lehernya hingga tubuhnya jatuh diatas tubuhku, seketika bibir kami menyatu, ku lumat perlahan, lalu kujilati bibirnya.

Tubuhnya menegang dalam pelukanku, lalu setelah hampir dua menit ku jilati bibirnya, ia memberontak ingin melepaskan diri, namun ku tahan kuat kuat.

"Tae,... , lepasin,... ,please..."

Matanya berkaca-kaca ,hendak menangis. Otak jahilku, terlintas ingin lebih mengodanya. Lidahku masuk kedalam mulutnya, menekan lidahnya, lalu ku emut lidah itu.

"Eenghhh...!"

Hobi menggerang , nafasnya terputus putus, kesulitan. Dorongan tangan pada bahuku melemah. Lalu kulepas tautan bibirku dari bibirnya. Nafas kami terengah-engah, namun dia lebih parah.

love line (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang