Part 5

2.1K 257 6
                                    

Mew bangun dari tidurnya dengan baju yang basah oleh keringat. "Mimpi itu lagi." ucapnya. Mew berjalan keluar kamarnya menuju dapur untuk mengambil segelas air. Mew melihat jam di dinding ruang tvnya menunjukan pukul jam 12.00 dini hari. Mew mendudukan dirinya di kursi dapur dengan gelas ditangannya. "Sampai kapan mimpi sialan itu akan muncul." Keluh Mew dalam hati. Semenjak  kejadian yang menimpanya beberapa tahun lau, hampir setiap malam Mew selalu terbangun dikarenakan mimpi buruknya. Mew terdiam lama, sampai bunyi bel apartemennya menyadarkannya dari lamunan. "Siapa yang datang jam segini." ujar Mew dalam hati.

"Ini kemeja mu." Ujar Gulf sambil menyerahkan kantong kertas kehadapan Mew. Mew terdiam sambil mengambil bungkusan kertas dari tangan Gulf. Gulf datang dengan mengenakan hoodie hitam dan celana jeans yang membalut kakinya dengan sempurna. "Masuk." Ucap Mew, walau masih kaget dengan kedatangan Gulf yang tiba-tiba."Kau tahu ini jam berapa ?" Tanya Mew begitu Gulf masuk kedalam apartemennya. Gulf hanya mengangguk, wajahnya tertutup hoodie besar yang menutupi hampir seluruh kepalanya dan semenjak tadi Gulf hanya menunduk. Mew merasa ada yang aneh dengan bocah dihadapanya. "Ada apa kau malam-malam ?" Ujar Mew lagi. "Mengembalikan kemeja." Ucap Gulf singkat. "Aku lupa meminta nomer mu, bodoh ya." Ujar Gulf lagi. Mew mendengus kecil, ia juga lupa dari semenjak pertemuannya dengan Gulf beberapa waktu lalu tak satupun dari mereka bertanya nomer kontak masing-masing. Mew melihat ada lebam biru di sudut bibir Gulf saat Gulf berbicara tadi, Mew langsung menarik hoodie  yang menutupi sebagian wajah Gulf. "Kau habis bertengkar ?" Tanya Mew, setelah membuka hoodie Gulf. Gulf menarik kembali hoodie nya. "Aku pergi saja." ucapnya sambil bangkit, dan berjalan terburu-buru. Mew menahan pergelangan tangan Gulf, "Oke, aku tidak akan banyak bertanya. Tapi, biar aku obati luka mu dulu. Itu bisa berbekas." Ucap Mew.

Gulf merasa harinya begitu buruk. Diawali dengan dia di hukum lari keliling lapangan ditengah teriknya matahari oleh Guru BK-nya karena ketahuan membolos mata pelajaran matematika. Pelajaran yang Gulf benci setengah mati. Begitu akan pulang, rantai sepedanya putus. Alhasil dia harus mendorong sepedanya dari sekolah sampai kerumah. Gulf ingat, dia masih belum mengambil kemeja Mew yang ia cuci di Laundry, karenanya dia mampir dulu ke Laundry P'Pete. Selesai dari Laundry, Gulf berniat akan pulang sambil tetap mendorong sepedanya, sebelum sampai dirumah Gulf ditahan oleh beberapa anak sekolah lain yang pernah dikalahkan olehnya saat bermain bola beberapa waktu lalu. "Berhenti kau." Ucap Anak laki-laki berbadan tinggi kurus dengan nametag bertuliskan "Tum". Gulf menghentikan sepedanya. "Ada perlu apa ?" Tanya Gulf. "Jangan sok jagoan, kau hanya sendirian sekarang." Ucap temannya yang lain sambil mendorong tubuh Gulf hingga menyentuh tembok. "Ku bertanya sekali lagi, ada perlu apa ?" Tanya Gulf dengan wajah yang tenang. "Jangan pura-pura bodoh, kau merebut pacar ku." Ucap Tum sambil menarik kerah kemeja sekolah Gulf. "Kau bilang apa ? Pacar mu ? Siapa ?" Ucap Gulf bingung. "Jangan berlagak bodoh." ucap Tum sambil melayangkan tinjunya ke arah rahang Gulf. Alhasil Gulf jatuh tersungkur. Dan Tum mengeluarkan handphone dari saku seragam sekolahnya. "Ini." katanya sambil menunjukan foto yang terdapat di handphone nya. Gulf memperhatikan foto dilayar handphone yang Tum pegang. Itu memang dirinya sedang duduk dengan seorang anak perempuan di depannya yang menyodorkan botol minuman dan seperti hendak menyentuh wajahnya. Akhirnya Gulf ingat, itu kejadian beberapa waktu lalu saat ia sedang latihan sepak bola dan ada seorang gadis mendekatinya mengajaknya berkenalan dan memberikan botol minuman serta hendak menyentuh wajahnya guna membersihkan peluh di wajah Gulf saat itu. Tapi, Gulf menepis tangannya dan berlalu meninggalkan gadis tersebut tanpa tahu namanya. "Lebih baik kau tanyakan pada pacar mu apa yang sebenarnya terjadi, jangan lampiaskan amarah mu pada ku. Dasar brengsek." Ucap Gulf sambil mengayunkan tinjunya ke arah Tum. "Dan jangan pernah mengganggu ku lagi." Ujar Gulf setelah membereskan teman-teman Tum yang lain.

Gulf membersihkan lukanya dengan obat seadanya. Hari ini tak ada satupun yang baik yang terjadi di hidupnya. Gulf tiba-tiba teringat akan sosok Mew, yang entah kenapa selalu bisa membuat Gulf merasa aman dan nyaman tanpa banyak cara yang dia lakukan. Gulf merasa selalu di dengar dan merasa selalu di akui jika ia berada di dekat Mew. Tanpa Gulf sadari, dia tersenyum mengingat pertemuan pertamanya dengan Mew. 

"Ibu, kau sudah pulang ?" Ucap Gulf begitu mendengar suara pintu apartemennya terbuka. "Ya Tuhan, apa yang terjadi pada wajah mu ?" Ucap Ibunya melihat luka disudut bibir Gulf. "Bukan apa-apa." Jawab Gulf. "Kau hanya bisa menyusahkan Ibu mu." Ucap pria yang kali ini dibawa pulang oleh ibunya. "Kau bilang apa barusan ?" Ucap Gulf geram. "Justru kau yang menyusahkan, dasar brengsek." Ujar Gulf meledak. Selama ini dia hanya diam melihat Ibunya dan pria itu, yang entah siapa namanya. Gulf tidak peduli. "Sudah kalian, cukup." Teriak Ibunya. "Ibu, sampai kapan akan begini ? hampir setiap minggu membawa pria yang berbeda pulang ke rumah ? Cukup Bu, kau tahu aku sudah tidak sanggup lagi melihatnya." Ujar Gulf menatap marah ke arah Ibunya, dan tanpa aba-aba sebuah tamparan di terima Gulf. Ibunya menamparnya. "Kau tahu, semua kulakukan untuk mu. Untuk menghidupi mu." Ucap Ibunya dengan tangan bergetar. "Kalau untuk menghidupi ku kau harus melakukan semua ini. lebih baik aku tidak pernah lahir." Ujar Gulf, sambil menyambar hoodie nya. Dan berlari sekuatnya meninggalkan rumah dan ibunya. 

Tanpa sadar, kakinya membawanya ke apartemen Mew. Gulf melirik jam ditangan kirinya, jam menunjukan pukul 12.00 tengah malam. Gulf berdiri lama di depan pintu Apartemen dengan angka "482" di depannya. Gulf ragu untuk menekan belnya, tapi sungguh dia tidak tahu harus kemana. Gulf hendak pergi, ketika dia mendengar suara langkah dari dalam apartemen Mew. "Phi masih bangun." Pikirnya, lalu dengan sedikit keberanian dia menekan bel apartemen Mew.

Mew membawa kotak P3K ditangannya, Mew tidak banyak bicara, dia mengeluarkan beberapa obat dan dia oleskan diatas luka-luka di wajah Gulf. "Kalau luka ini berbekas, kau yang rugi. Kau tahu tidak." Ucap Mew sambil terus mengobati Gulf. Dari jarak sedekat ini, Gulf bisa melihat jelas Wajah Mew. Mata hitam, rambut coklat bergelombang, dan kulit putih seputih susu. Berbanding terbalik dengan kulitnya yang kecoklatan karena sering terkena sinar matahari. "Kau tampan Phi." Ucap Gulf setengah berbissik. Mew bukan tidak mendengar apa yang Gulf ucapkan, hanya saja dia mencoba abai. "Diam." Ucap Mew sambil sedikit menekan obat di sudut bibir Gulf. "Aww, sakit." Ujar Gulf. "Jangan cengeng, kau berani bertengkar. kau juga harus bisa menahan sakit lukanya." Ucap Mew. " Aku boleh menginap lagi disini Phi ?" Tanya Gulf. "Kau pikir apartemen ku hotel." Ucap Mew sambil memasukan kembali obat-obat yang sudah digunakan kedalam kotak P3K. "Sekali ini lagi saja Phi, na ? na ? na ?" Ujar Gulf sambil mendorong-dorong kepalanya ke arah bahu Mew. "Memang aku punya pilihan lain ?" Ujar Mew. "Kau bisa gunakan kamar tamu, jangan tidur di sofa. nanti sofa ku rusak." Ucap Mew sambil meninggalkan Gulf. Gulf tersenyum menatap punggung Mew yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu kamarnya. "Khopunkap Phi." Ujar Gulf. "Terimakasih karena tidak pernah bertanya kenapa." Ucap Gulf, sambil berdiri dihadapan kamar Mew sebelum menuju kamar tamu yang berada tepat di sebrang kamar Mew.

Yang Gulf tidak tahu, Mew dapat mendengar semua yang Gulf ucapkan. "Aku yang terimakasih, berkat mu. Aku tak menjalani malam yang mengerikan ini sendirian. Good Night Nong." Ucap Mew sambil beranjak menuju ranjangnya.

TBC

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang