Part 15

2.1K 226 16
                                    

"Real Love doesn't meet you at your best. It meets you in your mess."



"Ibu." Ujar Mew begitu membuka pintu apartemen. 

Gulf terpaku bagai patung. Wanita yang Mew sebut Ibu barusan menatapnya tajam, memperhatikan dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Nong, kau berangkat duluan saja. Sampai jumpa nanti sore." Ujar Mew sambil tersenyum menatap Gulf membuyarkan lamunannya. Harum parfum mahal menyeruak ke indra penciuman Gulf saat wanita itu lewat dihadapannya. Gulf hanya mengangguk menanggapi permintaan Mew barusan.

"Ada apa Ibu kesini ?" Ujar Mew begitu Ibunya memasuki apartemennya dengan pandangan menilai dan tetap selalu merendahkan. Sabagaimana berhasilnya Mew di pekerjaannya, itu tidak akan pernah cukup untuk orang tuanya. Tidak akan pernah. "Ternyata hidup mu lumayan juga." Ujar Ibunya sambil menjatuhkan diri di sofa apartemen Mew. "Ada apa Ibu kesini ?" Ujar Mew lagi. "Aku sudah terlambat untuk berangkat ke kantor." Ujar Mew sambil beranjak hendak mengambil tas kerjanya. "Ini, cobalah bertemu dengannya. Ia anak kolega ku." Ucap Ibunya sambil menyerahkan foto seorang wanita dan secarik kertas bertuliskan nama sebuah hotel bintang lima di Kota Bangkok. Mew menatap sekilas foto dan secarik kertas yang Ibunya berikan padanya untuk selanjutnya mengambil dan membuangnya ke tempat sampah.

"Apa yang kau lakukan ?" Murka Ibunya. "Itu juga pertanyaan ku untuk mu, apa yang Ibu lakukan ?" Ujar Mew lagi. "Setelah selama 10 tahun menganggap ku seolah tak pernah ada, lalu kau datang dengan omong kosong seperti ini." Ujar Mew. "Apa gara-gara anak laki-laki barusan?" Ujar Ibunya. "Ini tak ada hubungannya dengan dia. Aku tak akan bisa memenuhi ekspektasi kalian. Sekeras apapun aku berusaha." Ujar Mew sambil mengeratkan genggaman tangannya. "Karena itu, ikuti apa kata ku. Lalu aku akan menganggap seolah tak terjadi apa-apa." Ucap Ibunya sambil kembali menyimpan secarik kertas beriskan nama hotel yang sama. "Sudah sejak lama aku tak mau lagi berusaha untuk memenuhi ekspektasi kalian. Karena itu, berhenti mencampuri urusan ku." Ucap Mew. "Kau masih saja anak yang tidak berguna." Ujar Ibunya. Mew menahan rasa sakit dihatinya saat mendengar Ibunya mengucapkan hal itu dengan mudahnya. Dan setelah itu pergi meninggalkan partemen Mew dengan angkuhnya.

....................................

Gulf berdiri dengan tangan gemetar di depan pintu apartemen. (Gulf memutuskan untuk tidak berangkat sekolah dan tanpa sengaja menguping pembicaraan Mew dengan Ibunya melalui celah pintu yang sedikit terbuka.) 

Ibu Mew berjalan melewatinya tanpa menoleh sama sekali. "Bisa kita bicara sebentar." Ujar Gulf dengan mengumpulkan segenap keberaniannya. Langkah Nyonya Rin berhenti, dan menoleh kearah Gulf. "Maaf jika terkesan lancang." Ucap Gulf lagi. Nyonya Rin tak berkata apapun, hanya diam dan menunggu Gulf untuk melanjutkan kata-katanya. "Aku rasa, apa yang anda katakan didalam sangat tidak pantas, Phi adalah orang sekaligus laki-laki paling baik yang saya kenal. Terlepas dari apa orientasi seksualnya. Anda sebagai Ibunya menurut saya seharusnya bisa lebih memahami dirinya dibanding siapapun. Tapi, ternyata anda tidak bisa melakukannya. Bukan Phi yang anak tidak berguna. Tapi anda Ibu yang tidak berguna." Ujar Gulf dengan sedikit gemetar, tapi tanpa rasa gentar. "Apa kau bilang ?" Ujar Nyonya Rin sambil melayangkan tamparannya ke arah Gulf. Gulf menyentuh pipinya yag memerah. "Pikirkan baik-baik kata-kata saya barusan. Jika begitu, saya permisi." Ujar Gulf sambil sedikit membungkuk dan pergi meninggalkan Nyonya Rin yang telah diselimuti rasa marah.


......................................

Gulf masuk kedalam apartemen dan mendapati Mew yang sedang duduk di ujung sofa dengan kepala menunduk serta bahu yang sedikit bergetar. Gulf berjongkok untuk dapat mensejajarkan dirinya dengan Mew. "Phi." Ujar Gulf sambil menyentuh bahu gemetar Mew. Mew mengangkat wajahnya dan memaksakan dirinya tersenyum walau Gulf tau, hatinya terluka parah karena ucapan Ibunya barusan. "Jangan memaksakan tersenyum, menangis saja jika ingin." Ujar Gulf sambil membawa Mew kepelukannya. Pertahan Mew seolah runtuh seketika saat berada didalam dekapan bocah-nya. Gulf membelai lembut punggung Mew. "Lepaskan saja semuanya, supaya kau lega." Ujar Gulf lagi sambil mengeratkan pelukannya.

Gulf membuat secangkir kopi favourite Mew dengan dua sendok gula. "Kau tidak sekolah ?" Tanya Mew begitu Gulf menyimpan secangkir kopi dihadapannya. "Bagaimana bisa aku meninggalkan bayi besar ku ini." Ujar Gulf menggoda Mew. Mew tersenyum dibuatnya. Sebenarnya, Mew berterimaksih karena Gulf ada disisinya saat ini.

"Omong-omong, dia cantik juga." Ujar Gulf lagi. "Hah ? Apa ?" Ucap Mew tidak mengerti. "Ini." Katanya sambil menyerahkan selembar foto yang yang dibawa oleh Ibu Mew barusan. "Kau dapat darimana ?" Tanya Mew lagi. "Aku menemukan di tempat sampah tadi, saat akan membuang bungkus kopi." Ujar Gulf sambil memperhatikan foto yang saat ini berada ditangannya. "Cantik Phi." Ujar Gulf lagi "Tapi tak sebanding dengan ku si." Ujar Gulf kemudian sambil kembali membuang foto tersebut ke tempat sampah. Mew tertawa terbahak mendengar statement  Gulf barusan. "Percaya diri sekali." Ujar Mew sambil membawa Gulf kedalam pelukannya. "Terimakasih kau disini hari ini." Ujar Mew sambil mengecup singkat pucuk kepala Gulf. "Kau tahu, kau bisa bersikap seperti anak kecil jika kau mau, dihadapan ku kau tak harus selalu menjadi dewasa. Aku tak mau hanya melihat sisi terbaik mu saja." Ujar Gulf lagi "Aku lupa baca dimana, tapi ada kata-kata yang ku ingat real love doesn't meet you at your best, it meets you in your mess." Ucap Gulf sambil menatap Mew. "Real love ?" Ujar Mew, "So, you love me huh?" Goda Mew. "Hahaha, jangan menyebalkan." Ujar Gulf, padahal jantungnya sudah berdegup kencang tak karuan. "Aduh, aku berkata apa si." Rutuknya dalam hati. "Muka merah kau tahu." Ujar Mew sambil tersenyum.

...........................................

Mew membuka laptopnya, Thorn mengamuk ketika tau meminta cuti secara tiba-tiba kemarin. "Bisa tidak jangan dadakan? aku harus bilang apa pada klien yang sudah terlanjur datang?" Amuknya kemarin ketika Mew menghubunginya untuk bilang bahwa ia tidak masuk kerja hari itu.

"Ini perkerjaan kemarin dan untuk hari ini." Ujar Thorn sambil membawa setumpuk berkas kehadapan Mew. "Hey, aku minta maaf soal kemarin. tapi, aku benar-benar tidak bisa masuk kemarin." Ujar Mew begitu Thorn menyerahkan schedule nya hari ini. "Lain kali jangan seperti itu, aku bingung mengatur ulang semua jadwal mu." Ujar Thorn. "Oke, kemarin yang pertama dan terakhir." Ujar Mew.

Mew melihat berkas-berkas yang Thorn berikan padanya, dan salah satu berkas menarik perhatiannya. "Nana Plaza". Kalau tidak salah Gulf sempat bilang jika ibunya bekerja disalah satu Pub disana. Mew berfikir sejenak, lalu ia menyambar kunci mobilnya. "Aku keluar sebentar." Ujar Mew. "Kau mau kemana lagi?" Ujar Thorn hendak protes, namun Mew lebih dulu menghilang dari pandanganya.

...........................................

TBC

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang