Part 11

2K 263 7
                                    

Mew membereskan berkas yang berserakan diatas meja kerjanya, sekilas ia melirik jam di dinding ruang kerjanya. Jam 10 malam. Mew menghela nafasnya panjang. Dan seolah semuanya serba otomatis, saat dia terdiam tak melakukan apapun seperti saat ini, pikirannya hanya tertuju pada satu orang. Gulf.

Mew menstater mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Namun sialnya hari ini, Kota Bangkok sedang tidak bersahabat dengannya. Sudah nyaris 15 menit mobilnya tidak bergetak, tertahan ditengah kemacetan. Mew melihat jam yang melingkar ditangan kirinya. Jam 11 malam. Tanpa pikir panjang, ia memakirkan mobilnya di area parkir umum untuk akhirnya ia memutuskan untuk berjalan kaki. "Sudah tidak terlalu jauh." Pikirnya dalam hati.

Mew mondar-mandir di area Lobby sebuah apartemen bertuliskan "ASATHON". Mew menggasak surainya frustasi. Dia hanya pernah mengantar Gulf sekali, tapi itu hanya sampai lobby. Dia tidak tau Gulf tinggal di unit berapa. "Bodoh, bodoh,bodoh." Makinya. "Mencari siapa ?" Tanya sebuah suara. Mew mendongak untuk menatap sumber suara. Lelaki, kira-kira seumuran dengannya mengenakan pakaian seragam Laundry dengan nametag bertuliskan "Pete". "Hem, saya mencari Gulf." Ujar Mew akhirnya. "Oh, Gulf. Kenapa ? dia buat masalah ?" tanya Pete lagi. "Tidak, tidak. saya hanya ada beberapa urusan dengannya. Anda kenal Gulf ?" Tanya Mew lagi. "Tau, dia langganan ku di laundry." Ujar Pete sambil tersenyum. "Kalau begitu, anda tau Gulf tinggal di unit berapa?" tanya Mew lagi. "Di Unit 1541, lantai 15." Ujar Pete. "Mau ku antar ? Ujar Pete lagi. "Tidak usah, tidak apa-apa. Khopunkap." Ujar Mew sambil berjalan kearah lift.

Mew berdiri mematung di depan pintu yang bertuliskan "1541". Harusnya anak itu sudah pulang, ini sudah hampir tengah malam. Mew menimbang-nimbang, pantas atau tidak dia bertamu tengah malam begini. Tapi, logikanya terkalahkan oleh apa yang ia rasakan. Ia harus bertemu dengan Gulf saat ini juga. Harus.

Mew mengetuk perlahan intu bercat putih tersebut, satu ketukan, dua ketukan. Tak berapa lama pintu terbuka, dan seorang pria dewasa dengan mulut berbau alkolhol muncul dihadapannya. "Ada perlu apa?" Ujarnya sambil menyenderkan tubuhnya di ambang pintu. "Aku belum selesai." Ujarnya lagi. Mew berpikir sejenak, untuk akhirnya mengerti apa maksud pria dihapannya. "Bukan, bukan itu. Saya mencari Gulf. Apa dia ada ?" Tanya Mew lagi. Dalam hati Mew berpikir, apa kondisi seperti ini yang harus selalu Gulf hadapi setiap hari. Pria didepannya memperhatikan Mew dari kepala hingga ujung kaki. "Kenapa, Anak itu membuat masalah ?" Tanyanya. "Tidak. Aku hanya ada beberapa urusan dengannya." Ujar Mew lagi. "Dia tidak ada." Ujar Pria itu sambil membanting pintu dihadapan Mew. Mew menarik nafasnya panjang untuk sekali lagi ia mengetuk pintu bercat putih tersebut. Dan orang yang sama yang kembali membuka pintu. "Sudah kubilang, dia tidak ada. Dia tidak pulang selama beberapa hari ini." Ujarnya sambil kembali membanting pintu.

Mew melangkah pelahan menuju lift, Gulf sudah tidak pulang untuk beberapa hari ini. Pikirannya kacau membayangkan kemana anak itu pergi, dulu sudah dapat dipastikan jika Gulf akan mengetuk pintu apartemennya dan memberikan cengiran khasnya sambil berkata. "Aku boleh menginap?". Yang sudah pasti tidak dapat Mew tolak. 

Mew mengeluarkan handphone dari kantung celananya, kemudian menscroll untuk mencari nama "Gulf" disana. Namun nihil, panggilannya hanya dibalas oleh pesan kotak suara. "Kau dimana ?" Ujuarnya lirih. Mew melangkah gontai kearah tempat mobilnya ia parkirkan tadi. Pikirannya kacau. Ia tidak tahu Gulf ada dimana, ia datang ke lapangan sepak bola, Gulf tidak ada disana. Mew sempat datang kesekolahnya, tapi hari itu gurunya bilang Gulf izin tidak masuk sekolah. Mew menyalahkan dirinya, kenapa dia harus bertindak sepengecut ini. Kenapa saat itu tidak ia ucapkan saja apa yang sebenarnya ia rasakan.


.................................

Gulf mengayuh sepedanya, hari ini ia meminta pulang lebih awal dari tempatnya bekerja. Tadi, ia habis bekerja di sebuah pom bensin 24 jam, biasanya ia baru akan pulang pagi hari sebelum berangkat ke sekolah. Belakangan ini, ia pulang ke rumah hanya untuk berganti pakaian dan mengambil beberapa buku untuk ia sekolah di hari itu. 

Kayuhan sepedanya terhenti saat ia melihat sosok yang sangat familiar untuknya. Sosok yang ia rindu hingga nyaris mati. "Phi." Ujarnya begitu berada dihadapan Mew. Mew menatapanya, matanya berkaca-kaca. Nyaris menangis. "Kau dari mana ?" Ujarnya dengan suara yang serak. "Aku, bukan urusan mu." Ujar Gulf lagi. Sambil berjalan hendak melewati Mew. Langkahnya terhenti saat tiba-tiba Mew memeluknya. "Aku minta maaf." Ujar Mew tepat ditelinga Gulf. Gulf mehanan debaran jantungnya, seketika aroma Mew melingkupi seluruh tubuhnya. Kakinya melemas bagai jelly, untung Mew dapat menahannya. "Kau brengsek phi." Ucap Gulf. "Aku tau, aku tau aku brengsek." Ujar Mew sambil mengeratkan pelukannya. "Aku minta maaf." Ujar Mew lagi. "Tapi, aku punya alasan sendiri." Ujar Mew lagi. Gulf membalikan tubuhnya  untuk berdiri berhadapan dengan Mew. "Jelaskan. agar aku mengerti." Ujar Gulf lagi. "Oke, tapi katakan dulu kau dari mana." Ujar Mew sambil menyentuh lembut wajah Gulf.


................................


TBC


It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang