Mereka berdua berakhir berada di apartemen Mew dengan sebelumnya menaruh sepada Gulf di basement apartemen Gulf. "Hot Chocolate ?" Tanya Mew begitu Gulf duduk di sofa ruang TV apartemennya. Gulf hanya mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Mew barusan. Ada perasaan yang tak bisa Mew jelaskan melihat Gulf kembali berada di sekitarnya.
Tak berapa lama Mew membawa sebuah mug dengan asap yang masih sedikit mengepul dan menarunya di hadapan Gulf. "Oke, jadi katakan pada ku, kau kemana belakangan ini ?" Ujar Mew begitu mendudukan dirinya di sofa di hadapan Gulf. Guf mengambil mug yang Mew berikan, dan meniup pelan isinya. "Hemm, aku bekerja." Ujar Gulf singkat. Mew menunggu Gulf untuk mendengar kelanjutannya, tapi anak itu tak bicara apa-apa lagi. "Lalu sekolah mu ?" Tanya Mew lagi. "Semuana baik-baik saja, aku masih sekolah seperti biasa. Aku bekerja sepulang sekolah dan sebelum pergi sekolah." Ujar Gulf lagi. "Aku ingin Ibuku berhenti bekerja, oleh karena itu aku tak mau menjadi beban untuknya." Ujar Gulf lagi sambil kembali menyesap coklat panasnya. Seketika Mew mengingat kembali ketika ia berada di apartemen Gulf beberapa waktu tadi, hatinya sakit mengingat hal yang tak seharusnya Gulf lihat hampir setiap hari itu. "Aku minta maaf." Ujar Mew. "Untuk apa?" Tanya Gulf. "Untuk menjadi pengecut." Ujar Mew. "Kau berhutang penjelasan pada ku Phi." Ujar Gulf sambil menyimpan Mugnya di atas meja.
Mew menyederkan punggungnya di sofa, lalu mengehela nafas. "Dulu, aku pernah jatuh cinta. yang pertama, dan membuat ku mati rasa setelahnya." Ujar Mew sambil menatap Gulf lembut. "Apa yang terjadi ?" tanya Gulf lagi. Mew menceritakan kisah masa lalunya yang berhubungan dengan orang tuanya dan P'San. Ketika mengingat semuanya, masih saja ada rasa sakit dihatinya. Sampai, Gulf menarik tubuh Mew kedalam pelukanya. "Sudah cukup Phi, Aku tak ingin dengar lagi." Ujar Gulf sambil mengeratkan pelukannya. "Jangan sampai aku bertemu dengan cinta pertama mu itu." Ujar Gulf lagi. "Memangnya kenapa ?" Tanya Mew setelah Gulf melepaskan pelukannya. "Aku akan membunuhnya." Ujar Gulf penuh emosi. Mew tertawa mendengar jawaban polos dari mulut Gulf. "Oke, kalau begitu aku berharap kau bertemu dengannya. Tolong lakukan itu untuk ku." Ujar Mew sambil mengusap lembut pipi Gulf. Gulf menahan nafasnya saat Mew melakukan itu. "Aku minta maaf karena menjadi pengecut, aku hanya takut terluka lagi, aku takut terlalu cepat mengambil keputusan. Tapi, nyatanya hampir 3 bulan ini kau tidak ada, tidak lagi muncul di depan pintu apartemen ku, atau hanya pesan-pesan tak penting dari mu di beberapa waktu, aku merindukan mu. Hampir mati rasanya." Ujar Mew lagi sambil tetap mengusap lembut pipi Gulf. Wajah Gulf memerah hingga ketelinga, rasanya jantungnya hampir melompat keluar dari tulang rusuknya.
"Aku minta maaf, Hemm." Ujar Mew sambil menatap lekat Gulf. "Aku mengerti Phi." Uja Gulf lagi, sambil mengedarkan pandangannya kearah lain. "Tuhan gugup sekali." Ujar Gulf dalam hati. "Hey Nong, tatap aku." Ujar Mew. Gulf hanya sepersekian detik menatap Mew lalu kembali mengedarkan pandangannya ke arah lain. Dan seketika Mew menangkup kedua pipi Gulf, dan membawanya untuk menatapnya. Gulf menunudukan kepalanya. "Kemana bocah tadi yang tiba-tiba memeluk ku." ujar Mew menggoda Gulf. "Diam Phi, jangan brengsek. Aku malu." Ujar Gulf lagi. Mew tertawa. Gulf suka sekali suara Mew tertawa. Hatinya menghangat hanya dengan mendengar suara tertawa Mew. Gulf menggenggam tangan Mew yang masih berada di pipinya. "Aku juga merindukan mu, sangat. Kau tahu, aku mencoba mengikuti kata mu. Untuk bertemu dengan banyak orang dan ku juga mencoba mencerna kembali apa yang aku rasakan. Apa hanya sebuah kebiasaan karena kau baik pada ku, atau karena kau selalu berada di banyak waktu terburuk ku. Tapi, nyatanya pikiran ku hanya berisikan dirimu seorang. Aku lelah Phi. Lelah memikirkan mu saja. Beberapa kali aku datang ke apartemen mu, namun tak punya cukup nyali hanya untuk sekedar mengetuk pintunya." Ujar Gulf lagi, hatinya sudah berdegup dengan kencang. Gulf yakin Mew dapat mendengar suara debaran jantungnya. "Jadi, jangan pernah lagi menyuruh ku pergi, atau sekedar omong kosong menyuruhku bertemu dengan orang lain. Setelah hari ini, aku tidak akan mau pergi barang sedikit pun, kau tahu." Ujar Gul mantap, walau tangannya berkeringat karena gugup.
"Setelah ini pun, aku tak akan membiarkan mu pergi, walau hanya sejangkal saja." Ujar New sambil mendekatkan kan wajahnya ke arah Gulf, Gulf menelan ludahnya gugup. Sedetik berikutnya, Gulf merasakan lembut bibir Mew diatas bibirnya. Gulf memejamkan matanyanya, seperti ada berjuta kupu-kupu berterbangan di perutnya, tanpa sadar bibirnya terbuka sedikit untuk menerima ciuman Mew diatas bibirnya.
Mew merasakan manis coklat dari bibir Gulf. Mew pikir, semua yang berada di diri Gulf sudah menjadi candu untuknya. Lembut bibirnya, manis ciumannya, hangat pelukannya, sifatnya yang kadang meledak-meladak, kelam rambutnya, teduh tatapannya, cemerlangnya kedua bola mata Gulf. Semuanya. Dan Mew sadar, bahwa ini beda seperti dulu dulu yang ia rasakan. Dengan Gulf semuanya terasa benar, dengan Gulf dia merasakan semuanya akan selalu baik-baik saja.
Mew melepaskan ciumannya, untuk menatap Gulf yang masih terpejam dihadapannya. Mew menyetuh lembut bibir Gulf dengan jemari, Mata Gulf terbuka perlahan. Betapa Mew ingin tertawa melihat Gulf, wajahnya sudah memerah dan panas. Saat Gulf membuka matanya, keduanya kembali bertatapan. "I Love you, Nong" Bisik Mew di telinga Gulf.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
Fanfiction- Mew Suppasit - Pengacara muda, terkenal, sukses, tampan. Tapi, tak semua orang tau bahwa dia menyimpan trauma masa lalu. - Gulf Kanawut - Remaja tanggung berusia 18 tahun. masih dengan jiwa bocahnya, egois dan ingin menangnya sendiri.