Part 4

2.2K 259 6
                                    

Gulf berlari menggiring bola, dia melewati beberapa pemain lawan. Tapi, sesekali ia melirik ke arah bangku penonton. Hanya saja,  seseorang yang dia tunggu belum juga ada disana. "Gulf, oper kesini." Teriak Techno rekan satu timnya. Gulf menendang bola kearah Techno, namun sayang pemain lawan dapat merebut bola dari kaki Techno dan membawa bola kearah gawang tim Gulf, membuat tim lawan mencetak skor. Gulf menggaruk kepalanya frustasi. "Tak apa, coba lebih berkonsentrasi lagi nanti di paruh ke dua." Ucap Champ, Kapten Tim.

Mew setengah berlari, dan mencari tempat kosong di deratan bangku penoton. Ia melepaskan jasnya, dan menggulung kemejanya hingga siku. Rata-rata yang menonton adalah gadis remaja, banyak dari mereka menggunakan seragam yang sama dengan seragam sekolah Gulf. Mew melihat papan skor, 1-0 untuk kemenangan tim lawan. Tak berapa lama Mew duduk. terdengar suara peluit wasit berbunyi menandakan pertandingan paruh kedua dimulai. Saat para pemain memasuki lapangan, para gadis remaja yang duduk berdekatan dengan Mew seketika berteriak. "Waaaaaa, Gulf, itu Gulf. kau lihat tidak ?" Ucap seorang gadis yang duduk didepan Mew. Mew melihat kearah lapangan, disaat yang bersamaan Gulf pun melihat kearahnya dan tersenyum. Mew membalas senyumannya, tapi gadis dihadapannya ikut berteriak histeris. "Ya Tuhan, dia melihat kearah ku. dia tersenyum pada ku." Ujarnya heboh. Mew berpikir, gadis mana yang tak menyukai Gulf, anak itu tampan, tinggi, jago olahraga. Tipe high school sweet heart. Benar ucapannya, saat dia bermain bola dia menjadi jauh lebih tampan, dan menurut Mew yang tidak begitu paham sepak bola, Gulf bermain sangat baik. walau Tim mereka harus mengakui keunggulan tim lawan. Tapi menurut Mew, Gulf sudah bermain dengan baik.

"Kenapa kau telat datang ?" Ucap Gulf, begitu mereka bertemu setelah pertandingan berakhir. "Aku banyak kerjaan." Ucap Mew. "Oh iya, aku lupa kau kan pengacara terkenal. Mana sudi datang melihat pertandingan tak penting begini." Ucap Gulf. Mew terdiam sesaat mendengar ucapannya, sebelum akhirnya bertanya. "Kau kenapa ?" Tanya Mew. Gulf tak menjawab, hanya diam. tapi sorot matanya menunjukan kekecewaan. "Hey Nong, jawab aku. kau kenapa ?" Ujar Mew lagi. Bukannya mejawab Gulf malah pergi meninggalkan Mew sambil mengumpat "Brengsek, brengsek, brengsek." Ujarnya sambil menendang apapun yang ada dihadapannya.

"Mohon maafkan dia  Phi. dia selalu begitu jika tim kita kalah." Ucap anak laki-laki yang berpakaian tim serupa yang Gulf pakai. "Sepertinya juga dia menunggu seseorang, dari tadi dia hanya melihat ke bangku penonton." mendengar ucapan rekan setim Gulf, Mew merasa bersalah. "Apa anak itu menunggu ku?" tanyanya dalam hati. Sepeninggal rekan se tim Gulf tadi, Mew memilih duduk untuk menunggu Gulf selesai berganti pakaian. Tak berapa lama, Gulf keluar dari ruang ganti bersama dengan rekan timnya yang lain. 

Gulf tampak kaget melihat Mew masih menunggunya. "Kalian duluan saja, nanti aku menyusul." Ujar Gulf  pada teman-temannya. "Kenapa kau masih disini ?" Ucap Gulf. "Aku menunggu mu." Balas Mew. "Kenapa kau datang ?" tanya Gulf masih dengan nada yang sama. "Kau meminta ku datang, maka aku datang." Ucap Mew. Gulf  tak mengerti, kenapa dia harus uring-uringan seperti ini. Dia menunggu Mew sepanjang pertandingan, dan begitu dia melihat yang ditunggunya datang, timnya malah kalah. Gulf hanya malu mungkin. "Harusnya tak usah datang sekalian." Ucap Gulf sambil memainkan kakinya, menendang-nendang kecil batu dihadapannya. "Kau kenapa ?" Tanya Mew lagi. Gulf tak juga menjawab. "Hey Kid, kalah atau menang dalam sebuah pertandingan itu hal biasa. Lagipula menurut ku, kau sudah bermain dengan baik." Ucap Mew. Gulf mengangkat kepalanya untuk menatap Mew. "Yang penting kau sudah berusaha kan ?" Ucap Mew lagi. "Kau menunggu ku ya ? Maaf, hari ini aku banyak sekali kerjaan." Ujar Mew. "Aku tidak menunggu mu." bantah Gulf, namun wajahnya berubah memerah. Sesungguhnya ia senang Mew datang menonton pertandingannya ditengah kesibukannya bekerja, tapi disaat yang bersamaan Gulf kesal kenapa disaat Mew datang untuk menotonnya dia malah kalah.

 "Aku malu Phi." Ucap Gulf setengah berbisik. "Dengarkan aku Nong, menurutku kau sudah bermain baik. Sangat baik malah. Kau sudah berusaha, hanya saja ternyata lawan mu lebih jago. Itu saja." Ucap Mew sambil tertawa. "Sialan." Maki Gulf.  "Ayo." Ucap Mew sambil berjalan meninggalkan Gulf. "Mau kemana ?" Tanya Gulf walau tetap berjalan mengikuti Mew. "Ku sudah bilang kan, dirumahku tidak ada apa-apa. Temani aku berbelanja." Ucap Mew. "Kau pikir aku pelayanan mu apa, untungnya apa buat ku jika aku ikut kau berbelanja ?" Ucap Gulf sambil berdiri didepan pintu mobil. "Masuk dulu, jangan cerewet." Ujar Mew.

Gulf duduk terdiam, sambil sesekali melirik sekilas ke arah Mew yang sedang fokus menyetir. tak bisa ia pungkiri bahwa Mew dan dirinya bagaikan bumi dan langit. Mew yang mapan, kaya dan dewasa. Berbanding terbalik dengan dirinya yang hanya anak sekolah biasa, remaja labil dan tentunya tidak kaya. "Kenapa diam ?" Ucap Mew tiba-tiba menyadarkan Gulf dari lamunannya. "Phi, kenapa kau mau berteman dengan ku ?" Tanya Gulf. "Hah ? pertanyaan macam apa itu." ujar Mew masih tetap fokus menyetir. "Jawab saja, kebiasaan sekali selalu menjawab pertanyaan ku dengan pertanyaan lagi." Ujar Gulf. "Lalu, kenapa kau mau berteman dengan "paman" seperti ku?" Tanya Mew sedikit menggoda. "Phi, sudah kubilang jangan jawab pertanyaan ku dengan pertanyaan. dasar pengacara." cerocos Gulf diakhiri dengan mengkerucutnya bibir. Cemberut. "You know Nong, friends is chosen family. Untuk keluarga, kita tak perlu punya alasan kan." Ucap Mew sambil menatap lurus ke depan. Mew tak sadar bahwa jawabannya barusan memberika debaran lain di hati Gulf. "Kau membuat ku tertawa ditengah penatnya keseharian ku." Ucap Mew. "Aku senang bersama dengan mu." Ucap Mew tulus. Gulf memalingkan wajahnya menatap jendela, wajahnya sudah panas dan memerah. "Sial, kenapa aku ini?" Tanya Gulf dalam hati.


TBC

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang