Part 18

2.3K 240 28
                                    

Bertemu dengan mu, di persimpangan hidup ku. Dengan mu yang selalu mengisi hari ku. Tanpa ku sadari, ku begitu terbiasa dengan hadir mu. kamu selalu ada disana saat ku menoleh ke belakang, menyambut ku dengan senyum sehangat mentari pagi. Ku mohon tetaplah begini, tetaplah bersama ku meski ku tau, ini tak akan pernah mudah kedepannya. hanya saja, ku tau juga dengan mu bersama ku. Tak ada yang tidak mungkin.


3 Bulan kemudian ..

Mew mengantar Gulf ke sekeolah, hari ini hari terakhir ujian akhir sekolah. Semenjak masalah hutang sudah selesai, Ibu Gulf atau Nyonya May memutuskan untuk menjual apartemen mereka di Bangkok dan pindah ke kampung halamannya di Pangan dan memulai bisnis disana. sedangkan Gulf memilih untuk tetap menetap di Bangkok dan tetap tinggal bersama Mew. Selain karena ujian akhir sudah semakin dekat dan selain itu pula Gulf memang berniat untuk melanjutkan kuliahnya di salah satu universitas di Bangkok.

"Kerjakan ujian dengan baik hem, setelah upacara kelulusan nanti aku ada kejutan untuk mu." Ucap Mew begitu mereka sampai di depan sekolah Gulf. Gulf memiringkan kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya. "Kejutan apa ?" Tanyanya polos. "Jika ku katakan sekarang, bukan kejutan namanya. Dasar bodoh." Ujar Mew sambil mengusap lembut surai kelam Gulf. "Cih, so misterius." Ujap Gulf sambil mengambil ranselnya di jok belakang. "Phi.." Ucapan Gulf terhenti karena Mew lebih dulu menempelkan bibirnya di atas bibir Gulf. "Selamat ujian sayang, sampai bertemu nanti sore. Sudah sana turun." Ujar Mew sambil membuka kunci pintu mobil, disertai dengan sebuah senyum secerah mentari paginya. Gulf hanya terdiam sambil memegang bibirnya. "Phiiiiiiiiiiii, ini di sekolah. Jika ada yang lihat habislah aku." Ujar Gulf berteriak, sebenarnya bukan itu yang ia takutkan. Bagaimana ia bisa mengerjakan ujian dengan benar jika saat ini isi otaknya hanya Mew dan bibirnya barusan. "Sialan." Rutuknya dalam hati.


....................................................


Hari ini Mew lebih banyak menghabiskan pekerjaanya di luar kantor, selain ada 2 persidangan ia juga harus bertemu dengan beberapa kliennya. Alhasil ia baru kembali ke kantor menjelang sore hari.

"Phi, ada tamu yang menunggu mu." Ujar Thorn begitu Mew memasuki ruang kerjanya. "Siapa ?" Tanya Mew sambil mengambil berkas yang Thorn berikan padanya. "Namanya Nyonya...." Belum sempat Thorn menyelesaikan kalimatnya, Mew lebih dulu membuka pintu ruang tamu kantornya. Mew terdiam sesaat melihat siapa tamu yang Thorn maksud barusan. Ibu Gulf atau Nyonya May berada di ruang tamu kantornya. "Swadhekhup Bibi." Ujar Mew sambil menunduk memberi salam yang dibalas senyum dan anggukan oleh May. "Silahkan duduk, Bibi." Ucap Mew. Ini kali pertama ia berhadapan langsung dengan Nyonya May, dan ia tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. "Maaf, datang secara tiba-tiba." Ujar May begitu mereka berdua duduk berhadap-hadapan. "Tidak, tidak masalah Bi." Ujar Mew gelagapan. "Sebelumnya, jangan panggil Bibi. Panggil Ibu saja." Ucap May sambil tersenyum hangat. Mew menghela nafasnya, entah kenapa ada perasaan lega dihatinya saat Nyonya May memintanya untuk memanggilnya Ibu. 

"Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin menemui mu, tapi sekali lagi maaf jika saya baru datang hari ini dan mengganggu waktu sibuk mu." Ujar May dengan tatapan khawatir. "Tidak apa-apa Bu, sunguh. jangan sungkan begitu." Ujar Mew lagi. "Maksud kedatangan saya kesini adalah untuk berterima kasih atas apa yang telah kau lakukan pada kami. Itu sangat membantu. Sungguh." Ucap May sambil berusaha menahan air matanya. "Tidak bu, itu bukan masalah, dan Ibu tidak perlu berterima kasih. Saya berjanji pada Nong untuk menyelesaikan masalah Ibunya,saya hanya berusaha memenuhi janji saya." Ujar Mew lagi. May menatap lembut Mew, hanya dengan melihat sekilas May tau bahwa Mew benar menyayangi Gulf, dan itu membuat hatinya tenang.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang