Part 9

2K 258 15
                                    

Mew membuat secangkir coklat panas di dapur apartemennya, (semenjak Gulf sering datang ke apartemennya, Mew berinisiatif untuk memenuhi lemari dapurnya. Agar anak itu tak banyak protes.). " Ini minum dulu." Ujar Mew sambil menyerahkan secangkir coklat panas kehadapan Gulf. "Phi, memang orang dewasa suka bertindak semaunya ya ?" Ujar Gulf begitu Mew duduk dihadapannya. "Tidak semua begitu, tapi kebanyakan orang dewasa punya alasannya sendiri untuk bertindak sesuai apa yang mereka pikirkan." Ujar Mew. "Kau Kenapa ?" Tanya Mew lagi. "Ibu ku Phi, aku ingin dia berhenti bekerja. Tapi, aku tadi sepertinya sudah menyakiti hatinya dengan sikap ku yang kurang ajar." Ujar Gulf dengan mata yang berkaca-kaca, nyaris menangis lagi. Mew menghampiri Gulf dan membawa tubuh bocah itu kedalam pelukannya. "Menangis lagi saja jika ingin, aku ada disini." Ujar Mew sambil membelai surai kelam milik Gulf lembut.

" Selamat pagi." Ujar Mew begitu melihat Gulf keluar dari kamarnya. "Pagi." Ucap Gulf canggung. "Duduk, ku sudah siapkan sarapan." Ujar Mew sambil menyiapkan beberapa helai roti panggang beserta telur kehadapan Gulf. "Jika kau tidak mau sekolah, tak apa. Tunggu aku pulang kerja saja dirumah. Jangan kemana-mana." Ujar Mew sambil menyantap sarapannya. "Aku boleh menunggu mu disini ?" Ujar Gulf sambil menatap Mew dengan pandangan berbinar. " Itu jauh lebih baik dari pada kau berkeliaran." Ujar Mew. "Kemarin aku memalukan sekali ya." Ujar Gulf lagi. "Tidak ada yang memalukan dari mengutarakan apa yang kau rasakan, menangis bisa menjadi obat. Jadi, jika memang kau ingin menangis, menangis saja. Menangis tak akan mengurangi nilai mu sebagai laki-laki." Ujar Mew sambil menatap Gulf lembut. Gulf yang ditatap begitu merasakan panas diwajahnya, dia sadar betul bahwa saat ini wajahnya pasti sudah memerah seperti kepiting rebus.

Gulf duduk di sofa di ruang tv dengan remote ditangan kanananya, mencoba mencari-cari siaran televisi yang menarik untuk di tonton. Mew berjanji akan pulang kerja tepat pukul 6 sore, ini masih jam 4 jadi kurang lebih masih ada 2 jam lagi sebelum Mew pulang. Gulf bosan hanya dengan duduk-duduk saja, akhirnya ia beranjak menuju dapur, berinisiatif untuk membuat makan malam. Ia membuka kulkas dan takjub melihat isinya, semua ada disana. Mulai dari telur, daging ham, tofu, tomyam paste, beberapa sayuran segar, sosis (Oke, walau kebanyakan makanan instan, tapi ini tetap jauh lebih baik daripada sebelumnya.) Ini tidak seperti pertama kali ia kemari, dulu Kulkas Mew hanya berisikan air mineral dan beberapa kaleng sprite. Saat ini isi kulkasnya jauh lebih baik. Gulf sebenarnya tidak pintar memasak, oh Bukan tidak pintar tapi tidak bisa masak. ia hanya bisa membuat mie instan, karena jika ibunya pulang larut atau bahkan tidak pulang semua makanan untuknya sudah ibunya siapkan. Hati Gulf kembali terasa nyeri  jika ingat Ibunya, ia tau Ibunya selalu memberikan yang terbaik untuknya. tapi, ia tidak mau jika karena dia juga Ibunya memilih pekerjaan hina tersebut.

Gulf memilih bahan-bahan yang familiar dengan dirinya, "Oke, tomyum saja. Sepertinya tidak terlalu sulit."  Pikirnya.

Mew membuka pintu apartemennya dengan beberapa kantong makanan di tangannya. ia sengaja mampir di restoran favouritenya untuk membeli 2 porsi pad thai  dan 2 porsi khao tom goong untuk ia makan bersama dengan Gulf. Tapi langkahnya terhenti saat ia melihat asap mengepul dari dapurnya. "Nong, apa yang terjadi ? Apa terjadi kebakaran?" Ujarnya, dan langkahnya terhenti melihat Gulf mengenakan celemek sedang serius dengan apa yang ia kerjakan, sehingga ia tidak sadar jika Mew sudah pulang. Mew membuka kotak sampah secara perlahan dan membuang makanan yang ia bawa kedalamnya. "Kau memasak ?" Ujar Mew begitu berada tepat dibelakang Gulf, wajahnya kacau sekali. Surai kelamnya acak-acakan dengan beberapa bahan bertebaran dilantai. "Dia memasak atau sedang berperang." Ujar Mew dalam hati sambil menahan tawanya. "Bukan untuk mu, ini untuk ku." Ujar Gulf. Mew menggambil sendok untuk mencoba masakan Gulf. "Jangan coba-coba, jika kau tidak mau mati." Ujar Gulf lagi. Mew hanya tersenyum simpul sambil menyendokan masakan Gulf kedalam mulutnya. "Aku sudah memperingatkan ya, jangan salahkan aku kalau kau sakit perut." Ujar Gulf lagi. "Tidak peduli enak atau tidak, yang penting untuk ku adalah usaha mu dalam membuatnya." Ujar Mew tepat disamping telinga Gulf. " Ayo makan." Ujar Mew. Sedangkan Gulf masih terdiam bagai patung semenjak ulah Mew barusan. Terpaan nafas hangat Mew masih terasa di telinganya.

Semenjak kejadian tadi Gulf tidak bisa berpikir dengan benar, karena tadi bibir Mew menyentuh daun telinganya dan itu membuatnya merinding sampai sekarang. "Kenapa diam ?" Ujar Mew begitu melihat Gulf hanya duduk diam seperti patung. "Phi, aku mau bertanya." Ujar Gulf lagi. "Hahaha, sangat tidak seperti kau sekali. Biasanya kau selalu asal jika bertanya." Ujar Mew sambil mengambil masakan Gulf untuk dia masukan kedalam mulutnya. (Mew serius, walau tampilan masakannya sedikit mengerikan, dan sesuguhnya Mew tidak tahu jika Gulf memasak apa tapi rsanya cukup lumayan.) "Apa orang seperti ku boleh jatuh cinta ?" Ujar Gulf sambil memandang lurus ke arah Mew. " Orang seperti mu itu, yang seperti apa ? jangan kau bilang jika kau itu anak dari maaf seorang pelacur maka kau merasa jika kau tidak pantas jatuh cinta. Hey, jatuh cinta itu tidak memandang status sosial, tidak melihat kau orang jahat atau orang baik, bahkan jatuh cinta itu tidak melihat gender, tak peduli jika kau mencintai laki-laki atau perempuan, setiap orang dimuka bumi pantas jatuh cinta. Pantas untuk mencintai dan dicintai." Ujar Mew lagi. " Jadi, aku boleh jatuh cinta pada mu?" Ujar Gulf.


TBC

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang