Part 10

2.1K 257 31
                                    

Mew terdiam mendengar pertanyaan Gulf barusan. Untuk beberapa saat, ia pun ingin menjawab pertanyaan Gulf dengan jawaban "Boleh, karena aku pun merasakan hal yang sama." Namun urung, bukan itu yang keluar dari mulut Mew. Mew mencoba menetralkan debar jantungnya, sambil berdehem. " Kau bercanda kan ?" Ujar Mew sambil menggasak surai kelam Gulf sambil hendak berdiri meninggalkan meja makan. Langkahnya terhenti, saat Gulf menahan pergelangan tangannya. "Aku tidak bercanda." Ujar Gulf mantap, untuk pertama kalinya Mew melihat Gulf seserius itu. Tangannya basah oleh keringat, Mew sadar bahwa bukan hanya dia yang gugup, tapi Gulf juga.

" The first time i met you, it wasn't love at first sight. My love for you formed gradually. Your personality, your voice, your hair, your eyes, your warmed, the way you looked away and smiled, gradually it all came clear to me you were exactly what i was looking for." Ujar Gulf lancar. "Aku tidak pernah jatuh cinta Phi, belum sekalipun." Ucap Gulf lagi, Mew hanya terdiam mendengarkan semua pengakuan bocah yang saat ini berada dihadapannya. "Tapi, aku tidak bodoh untuk bilang bahwa kali ini aku jatuh cinta. Kau bilang kan, tidak masalah jika aku jatuh cinta pada laki-laki atau perempuan. Dan ya, aku jatuh cinta pada mu." Ujar Gulf lagi. Mew menatap Gulf lembut, "Coba pikirkan baik-baik, mungkin kau hanya terbawa suasana. Karena, dibeberapa waktu terburuk mu ada aku disana." Ujar Mew, Mew menahan sakit dihatinya saat mengatakan itu. Tapi, Mew tidak siap jika harus terluka lagi. 

Bukan, bukan ini yang Gulf harapkan. Bukan jawaban seperti itu yang Gulf harapakan. Dia orang yang apaadanya, apa yang dia rasakan dia utarakan. Semua yang Gulf ucapakan barusan adalah apa yang sebenar-benarnya dia rasakan. Hampir 3 bulan Gulf mengenal Mew, selama itu pula otaknya hanya berisikan pria dewasa itu. Gulf menjadi sangat terbiasa dengan sikap lembut Mew, Gulf terbiasa di perlakukan dengan baik, Gulf terbiasa dengan Mew ada disetiap harinya. Dan, bukan ini jawaban yang dia inginkan. "Sudah ku bilang, aku tidak bercanda. Dan aku bersungguh-sungguh dengan apa yang bilang." Ujar Gulf lagi. "Kau masih muda Nong, kau akan bertemu lebih banyak orang lagi kedepannya. Mungkin ini hanya perasaan sesaat saja." Ujar Mew sambil menarik nafasnya dalam. Demi Tuhan, hatinya sakit bukan main saat mengatakan itu pada Gulf. Gulf beranjak dari kursinya, mengenakan sneaker nya dan pergi dari apartemen Mew.

...........................


Sudah 1 bulan sejak pernyataan cinta Gulf, dan sejak saat itu Gulf tidak pernah datang sekalipun ke apertemen Mew atau hanya sekadar mengirim pesan atau video call seperti apa yang sering mereka lakukan sebelumnya. Mew merindukan bocahnya setengah mati, dibeberapa waktu disela-sela pekerjaannya ia akan makan siang disebelah lapangan sepak bola dimana tempat ia pertama kali bertemu dengan Gulf. Tapi, Gulf tak pernah terlihat disana. Gulf seolah menghilang setelah ia pergi dari apartemen Mew malam itu.

Gulf beberapa kali datang ke apartemen Mew, tapi tidak pernah punya cukup keberanian untuk mengetuk pintu bertuliskan angka "482" tersebut. Dia merindukan Mew setengah mati. Semenjak malam itu, Gulf mencoba mencari sendiri apa yang sebenarnya ia rasakan. Ia melakukan persis seperti apa yang Mew bilang. (Pikirkan baik-baik dan dia akan bertemu dengan banyak orang.) Tapi, nyatanya Mew mengisi sebagian besar hatinya. Sebulan ini, Gulf seperti kehilangan arah. Berkali-kali ia pulang kerumahnya dengan badan dan wajah babak belur, ia tidak peduli Ibunya ada atau tidak, dengan pria yang mana lagi, ia tidak peduli. Ternyata, kehadiaran Mew membawa pengaruh besar dihidupnya. "Phi, aku sudah melakukan seperti kata mu. dan rasanya tetap sama. aku harus bagaimana ?" ratap Gulf di suatu malam dengan tangan penuh luka.


......................

Mew kembali memenangkan kasus yang ia tangani, kali ini kasus tuntutan terhadap pencemaran lingkungan oleh limbah pabrik farmasi. Atasannya sangat bangga dengan hasil kerja Mew tersebut. Karena itu juga nama Law Firm tempatnya bekerja menjadi semakin terkenal. Hampir 2 bulan sejak hari itu, Mew selalu menyibukan dirinya dengan pekerjaan. Pulang hampir tengah malam setiap hari,dan pergi pagi-pagi sekali keesokan harinya. Ternyata penolakannya terhadap Gulf sama saja dengan mematikan sebagian dirinya. Mew bertindak bagai robot.

" Phi, beberapa bulan terakhir ini ada apa dengan mu ?" Ujar Thorn begitu melihat Mew duduk bersender di kursi kerjanya dengan beberapa dokumen berserakan diatas meja kerjanya. "Memangnya aku kenapa ?" Ujar Mew dengan mata tertuju pada dokumen yang kini sudah berada ditangannya. " Kau bekerja seolah tidak ada hari esok Phi." Ucap Thorn lagi. "Banyak kasus yang harus ku selesaikan." Ujar Mew singkat. "Tapi, kau tetap harus istirahat. kau pulang selalu larut dan sudah datang pagi-pagi sekali. Kau bisa sakit." Ujar Thorn penuh kekhawatiran. "Kau tenang saja, aku baik-baik saja." Ujar Mew.

 Mew memandang keluar jendela, ia melihat lapangan bola yang selalu Gulf gunakan untuk bertanding atau sekedar latihan. beberapa kali Mew kesana, entah siang hari, sore, bahkan malam hari. Tapi Gulf tak pernah ada disana. Sial, dia sungguh merindukan senyuman secerah matahari bocahnya itu.


.........................

Gulf mengambil upahnya dari kerja sambilan yang dia lakukan beberapa waktu ini, Ia tak mau manjadi beban Ibunya. Karena itu, ia memutuskan untuk mengambil beberapa kerja sambilan sekaligus. Dia mencoba bertemu dengan banyak orang (Mengikuti apa yang Mew katakan), dia mengambil 2-3 kerja sambilan sekaligus dalam satu hari. Tapi, tak ada yang bisa membuatnya merasakan apa yang ia rasakan terhadap Mew. Hari-harinya berlalu begitu saja. Sepulang sekolah ia akan kerja di minimarket hingga matahari terbenam, setelahnya ia akan bekerja di pom bensin 24 jam, sebelum ke sekolah ia akan mengantarkan koran.

Di suatu pagi, halaman pertama koran yang akan ia antarkan membuat jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Wajah Mew terpampang disana. Mew memenangkan lagi kasus yang ia tangani. Gulf memandang foto itu lama. " Kalau kau memang berniat menolak ku, cobalah hidup dengan baik. kau terlihat sangat kurus Phi." Ujar Gulf, yang setelahnya tanpa sadar air matanya membasahi pipinya. 


........................

Kita berjalan di dua sisi yang berlainan. Tanpa kusadari, entah kenapa semua langkah ku selalu tertuju lagi pada mu. Kamu dengan semua kehangatan dan lembut sikap mu, mengajarkan ku apa itu cinta, apa itu jatuh cinta. tapi, jika ternyata jatuh cinta pada mu sesakit ini.  Aku harus apa ? -Gulf-


..........................

Kau datang di tengah ketidakpastian hari ku, hari ku yang selalu hitam dan putih menjadi lebih berwarna dengan ada nya kamu. Tapi, aku terlalu pengecut hanya untuk sekedar menyambut uluran tangan mu. Hey, bolehkah ku meminta mu datang sekali lagi di hari ku ? Kali ini, ku tak akan lagi membiarkan kamu pergi. -Mew-


............... TBC ..................


It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang