Mew merapikan kemeja yang dikenakannya. Hendak berangkat kerja. Disaat yang bersamaan, indra penciumannya menangkap aroma kopi. "Bocah itu membuat kopi." Pikirnya.
"Ini, sesuai selera mu. Kopi dengan 2 sendok teh gula" Ujar Gulf. "Jika kau suka manis, harusnya tidak usah minum kopi." Lanjutnya sambil mencibir. Mew hanya tertawa melihat tingkahnya. "Bisa tidak, tidak usah cerewet pagi-pagi." Ujar Mew sambil menyesap kopinya. "Ini Enak, terimakasih." Ujar Mew lagi sambil menggasak surai kelam Gulf. Sentuhan Mew di pucuk kepalanya seolah memberikan sengatan listrik di sekujur tubuh Gulf. Gulf menahan nafasnya akan afeksi yang Mew berikan.
"Kau sekolah kan hari ini ?" Ujar Mew lagi. "Tidak tahu. Aku tidak membawa seragam." Jawab Gulf sambil menunjuk baju yang dia kenakan. Mew mengeluarkan black card dari dompetnya. "Kau harus tetap kesekolah, gunakan ini untuk membeli seragam mu yang baru, atau membeli apapun yang kau suka. Usahakan untuk tidak melebihi limit hariannya." Ujar Mew sambil menyodorkan black card tersebut kehadapan Gulf. "Kau seperti sugar daddy Phi." ujar Gulf sambil tertawa. "Terserah apa kata mu, tapi kau tetap harus sekolah." Ujar Mew.
"Mau ku antar ?" Ujarnya lagi. "Tidak usah, mobil Audy mu terlalu mencolok. aku tidak mau menjadi bahan gosip disekolah." Ujar Gulf. "Oke, ingat kau harus ke sekolah." Ucap Mew sambil berlalu, Mew hendak menyentuh pucuk kepala Gulf, namun urung. "Hati-hati dijalan Nong." Ujarnya lagi.
Sepanjang perjalanan menuju kantor, pikiran Mew hanya berisikan bocah 18 tahun itu. Mew tidak menyangka bahwa Gulf akan ingat soal kopi yang ia sukai. Dan ternyata anak itu mengingatnya. Dikebanyakan waktu, Gulf akan tampak seperti orang dewasa tetapi diwaktu yang bersamaan jiwa kekanakannya pun akan muncul. Mew kadang dibuat terkejut oleh kelakuannya. tapi, entah kenapa hatinya menghangat saat mengingat semua tingkah laku Gulf. "Tuhan, bolehkah aku jatuh cinta lagi?" Ujar Mew dalam hati.
.........
10 tahun yang lalu
Mew menatap pantulan dirinya di cermin. ia merapikan seragam yang ia kenakan. Ini adalah hari pertamanya masuk SMA. Mew bersemangat akan hari ini, karena untuk masuk ke sekolah yang sekarang, Mew susah payah belajar. dan mengorbankan kegemarannya bermain game dan menoton anime.
"Tuan, mobil sudah siap." Ucap supir keluarganya begitu Mew keluar dari kamar. "Ayah dan ibu dimana ?" Tanya Mew karena tidak melihat kehadiran kedua orang tuanya. "Tuan dan Nyonya masih dibandara, mereka akan datang terlambat. Mereka berpesan untuk berangkat ke sekolah terlebih dahulu." Ucap Supirnya. Mew hanya menghela nafas panjang, lagi dan lagi. Selalu seperti ini, orang tuanya tidak pernah ada di saat terpenting hidupnya. Dan dengan bodohnya Mew lagi dan lagi berharap bahwa orang tuanya akan ada disaat hari pertama dia masuk sekolah.
Semuanya berjalan dengan baik dihari pertamanya disekolah, Mew yang memang sudah pintar ditambah dengan dirinya yang ramah dan tentu saja dengan tampilan yang diatas rata-rata pasti mudah baginya untuk mendapatkan teman.
Tanpa terasa sekolah sudah berjalan 1 semester, untuk pertama kalinya dia sadar bahwa dirinya "berbeda", begitu banyak anak perempuan yang medekatinya, baik teman angkatannya maupun senironya. namun, tak sedikitpun Mew tertarik. Mew hanya menganggap mereka sebagi teman. Tak lebih. Tapi, rasanya berbeda saat kakak seniornya. P'San mendekatinya. Mew merasakan perasaan yang lain, perasaan yang untuk pertama kalinya ia rasakan. Ia jatuh cinta.
P'San yang dewasa, yang selalu ada untuk Mew disaat terburuk harinya. Saat orang tuanya tidak datang untuk acara penghargaan nilai terbaik disekolah, P'San ada disana. memberinya ucapan selamat dan sebuah pelukan hangat yang jarang Mew dapatkan dari kedua orang taunya. Mew jatuh cinta lagi dan lagi.
Hingga disuatu waktu, P'San mengajakanya untuk datang kerumahnya."Aku ada kejutan untuk mu." Katanya. Saat sampai, P'San memberinya cake dengan tulisan "Selamat atas nilai-nilai mu." Mew tersenyum lebar dan menerima cakenya dengan perasaan bahagia. "Ini satu lagi." Ujar P'San sambil menyerahkan sebuah kotak berwarna hijau dengan pita silver diatasnya. "Buka saja." Ucap P'San sambil tersenyum. Mew membuka kotaknya perlahan, dan ternyata di dalamnya terdapat beberapa kotak kondom dan lubricant gel. "Aku ingin melakukannya dengan mu, kau mau kan ?" Bisik P'San tepat di telinga Mew. Mew yang terlalu jatuh cinta, tak dapat berkata apa-apa selain mengangguk. Tanpa Mew sadari, bencana apa yang akan menimpanya.
Mew baru saja pulang dari sekolah ketika pintu kamarnya diketuk dari luar. "Masuk." Ujar Mew. Pelayannya masuk sambil sedikit membungkuk. "Ada apa?" Ujar Mew sambil melepaskan dasi hitam yang dia pakai untuk kesekolah. "Tuan, Tuan besar ingin bertemu." Ucapnya. "Oke, aku ganti baju dulu." Ujar Mew. Mew berjalan menyusuri lorong rumahnya yang berhiaskan lukisan-lukisan besar dengan ornamen kayu. Ruang kerjanya ayahnya ada dijung koridor. Mew mengetuk pintu kayu dihadapannya. "Masuk." Suara berat Ayahnya terdengar dari dalam. Mew membuka pintu ruang kerja tersebut, dan melihat Ibunya juga ada disana. "Duduk." Ucap Ayahnya dingin. Mew sudah biasa sebenarnya dengan perlakuann dingin orang tuanya, namun entah kenapa kali ini terasa berbeda. "Kau bisa jelaskan apa maksudnya ini ?" Ujar Ayahnya sambil membalik laptop , dan memperlihatkan layarnya ke arah Mew. Mew terkejut, disana ada dirinya dan kekasihnya P'san sedang melakukan hubungan sex. Mew tak sanggup berkata-kata. Jantungnya berdegup kencang, tangannya mulai bergetar. "Ku tanyakan sekali lagi, apa maksudnya ini ???" Ujar Ayahnya sambil menggebrak meja dihadapannya. "Kau gay ?" Tanya ibunya. Dari semua yang bisa Ibunya tanyakan, justru kalimat itu yang muncul pertama kali. "Ayah dapat dari mana ?" Ucap Mew sambil berusaha menahan air matanya. "Ada yang mengirimnya ke kantor. Ku ulangi sekali lagi ke KANTOR. kau membuat ku malu." Ujar Ayahnya marah. "Jika ini sampai tersebar luas, habis sudah karir ku." Ucap Ayahnya. Ada perasaan sakit dihati Mew, yang orang tuanya khawatirkan bukan dirinya, bukan perasaannya. Tapi karir mereka berdua. "Mulai besok, kau tidak usah datang ke sekolah." Ujar Ibunya. "Kau sudah kami daftarkan untuk sekolah di Belanda. kau akan tinggal disana bersama dengan nenek mu." Ucap Ibunya lagi. " Tapi aku tidak mau, kenapa tidak bertanya pada ku dulu ?" Ujar Mew. "Jangan membantah, kau tak punya hak untuk bicara. apalagi dengan semua kelakuan memalukan mu ini." Ujar Ayahnya. Mew menahan nafasnya. "Kalian kemana saja salama ini ? kalian selalu membiarkan ku sendirian. Sekarang, kalian baru bertindak seolah kalian orang tua ku. Dan lagi, ini bukan demi aku. Ini demi kalian. Kalian tidak mau karir kalian rusak karena ulah ku yang memalukan. Aku tanya sekali lagi, kalian kemana saat aku butuh kalian???" Ucap Mew marah, bukan jawaban yang Mew dapatkan, melainkan sebuah tamparan keras di pipinya. "Jangan melawan, dan segera kemasi barang-barang mu. Kau akan berangkat besok pagi." Ujar Ayahnya murka. Mew bangkit dari tempatnya duduk, dan berlari meninggalkan ruang kerja Ayahnya. Mew menyambar kunci mobilnya, dan segera melarikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Saat ini diotaknya hanya ingin bertemu dengan kekasihnya.
Mew berjalan setengah berlari menuju apartemen P'San. Ia menekan angka 15 di tombol lift. Ia keluar dengan tergesa dari lift, saat ia hendak mengetuk pintu apartemen kekasihnya, ternyata pintu tidak tertutup dengan sempurna. Mew masuk dengan perlahan karena ia melihat ada sepatu wanita disana. Mew berdiri dibalik partisi yang memisahkan pintu masuk dengan ruang tamu. Betapa terkejutnya Mew saat dia melihat kekasihnya disana sedang bermesraan dengan wanita. Mew menahan nafasnya, dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Kau jangan pulang malam ini ya, ku merindukan mu setengah mati." Ujar P'San sambil menatap mesra wanita dipelukannya. "Kau kan kemarin sibuk dengan adik kelas mu itu." Ucap sang wanita sambil memaikan jarinya diatas dada P'San. "Sudah tidak akan lagi, kau tau aku merinding setengah mati saat akan melakukan hubungan sex dengannya. jangan ingatkan aku lagi." Ucap P'San sambil mencium kening wanita dipelukannya. "Kau ini, ini kan ide mu sendiri." ucap wanita itu. Mew berusaha sekuat tenaganya untuk tidak mengeluarkan suara, walaupun hatinya luar biasa sakit. Ia seolah sudah tidak berpijak ditanah, seoalah melayang. dia berharap bahwa semuanya hanya mimpi. "Kau akan kaget berapa uang yang ku dapatkan dari orang tua bocah gay itu, 3 juta bath." Ucap P'San sambil menunjukan angka 3 dengan jarinya. "Tidak sia-sia selama ini aku bersikap so manis pada anak itu." Ucap P'San. Setelahnya Mew tidak tahu lagi, ia sudah pergi meninggalkan apartemen P"san. Ia tak sanggup lagi mendengar semuanya. Ia tak sanggup lagi medengar bahwa selama ini ia hanya di bodohi, bahwa selama ini ia hanya jatuh cinta sendirian. Mew jatuh terduduk disebelah mobilnya, badannya lemas seketika. Ia menangis sejadinya, menangisi hidupnya yang seolah tidak pernah beruntung, menangisi kebodohonnya yang begitu saja percaya pada P'San.
Mew menatap keluar jendela. Pesawat yang ditumpanginya akan membawanya ke Belanda. Mew memilih pergi, meninggalkan luka hatinya. Mew berjanji dalam hati, Bahwa ia tidak akan jatuh cinta lagi.
Namun, semesta selalu memiliki caranya sendiri untuk menertawakan kita kan.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/211169143-288-k677823.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
Fanfiction- Mew Suppasit - Pengacara muda, terkenal, sukses, tampan. Tapi, tak semua orang tau bahwa dia menyimpan trauma masa lalu. - Gulf Kanawut - Remaja tanggung berusia 18 tahun. masih dengan jiwa bocahnya, egois dan ingin menangnya sendiri.