Part 13

2.2K 247 6
                                    


" We don't meet people by accident, They are meant to cross our path for a reason."

Mew menatap wajah damai Gulf yang terlelap disebelahnya. Lelah katanya, karena hari ini ia bekerja di tiga tempat sekaligus. Mew menyisir lembut surai sekelam jelaga milik Gulf. Semua hal yang terjadi di hidupnya kembali berputar di otaknya. Seolah semuanya baru saja terjadi kemarin. Yang berbeda, tak ada lagi rasa sakit dihatinya saat mengingat semuanya, tak ada lagi rasa perih yang ia rasakan saat ia mengingat orang tuanya dan P'San. Saat ini, Mew bersyukur, bahwa semua kejadian dimasa lalunya membawanya untuk menjadi dirinya hari ini. Dirinya yang siap untuk mencintai lagi. Dirinya yang jauh lebih dewasa lagi.

Gulf menggeliat perlahan dari tidurnya, dan membuka matanya menyadari bahwa Mew masih duduk disampingnya dengan kepala disandarkan ke headboard tempat tidur dengan kacamata bertengger sempurna di batang hidungnya yang mancung serta laptop  di atas pangkuannya. "Aku tidak tahu jika kau menggunakan kacamata." Ujar Gulf parau, suara khas bangun tidur. "Oh ini, aku menggunakannya hanya ketika bekerja. Kenapa bangun ?" Ujar Mew sambil melepas kacamatanya. "Jangan dilepas." Ucap Gulf sambil menahan tangan Mew. "Kenapa ?" tanya Mew penasaran. "Aku suka melihatnya." Ujar Gulf sambil bangkit dari tidurnya dan mendudukan dirinya disamping Mew. Mew tertawa samar mendengar ucapan Gulf barusan. "Kenapa bangun?" Tanya Mew lagi. "Hemm, aku haus." Ujar Gulf lagi. "Mau ku ambilkan air ?" tanya Mew. "Tidak usah, aku bisa sendiri. aku bukan anak kecil yang harus selalu kau urus tau." Ujar Gulf sambil beranjak dari tempat tidur. Langkahnya terhenti, karena Mew menahan pergelangan tangannya. "Nong, kau mau tinggal disini bersama ku?" Tanya Mew sambil menatap dalam Gulf.

.................................................

Gulf duduk di dalam ruang kelasnya, sambil pandangannya ia arahkan ke luar jendela. Ia belum memberikan jawaban atas pertanyaan Mew semalam. Dia terlalu kaget dengan ajakan tiba-tiba Mew semalam. Ia hanya berkata bahwa ia akan memikirkan permintaan Mew. Mereka baru saja resmi berpacaran kemarin, dan Mew sudah memintanya untuk tinggal bersama, Gulf bukan tidak suka, bukan itu. Hanya saja, semuanya terlalu cepat. Ia hanya butuh waktu untuk berpikir sebentar lagi.

 "Hey, kau sedang memikirkan apa ?" Ujar Techno, teman sebangkunya sekaligus sahabatnya. "Hem, tidak." Ujar Gulf asal. "Eh, ngomong-ngomong tadi pagi kau berangkat sekolah dengan siapa ?" Tanya Techno lagi. Gulf mengalihkan pandangannya ke arah Techno. "Kenapa memangnya ?" Tanya Gulf lagi. "Anak-anak membicarakan mu, katanya kau keluar dari mobil Audi keluaran terbaru." Ujar Techno lagi. Nah, ini salah satu alasan ia tak mau Mew mengantarkannya ke sekolah, ia sudah tau akan seperti ini kejadiannya. "Kalau aku bilang dia pacar ku, kau percaya tidak?" Ujar Gulf lagi. "Wow, kau sekarang memiliki sugar daddy ?" Ujar Techno heboh. "Kecilkan suara mu brengsek, bukan sugar daddy, pacar tau, pacar." Ujar Gulf lagi. "Iya oke, pacar. Pacar yang kaya raya." Ujar Techno lagi.

 "Eh, kenapa kau bilang sugar daddy, tau dari mana kalau pacar ku itu.." Ujar Gulf menggantung. "Pacar mu laki-laki, begitu ?" Ujar Techno lagi. "Aku pernah bertemu dengannya, ia mencari mu ke lapangan bola beberapa kali. Wajahnya merana sekali saat ku bilang kau sudah lama tidak latihan bola." Ujar Techno lagi. "Kau tidak masalah jika aku ..?" Ucapan Gulf kembali menggantung. "Hemm, memang kenapa ? love is mutual, tidak ada urusan  gender disana. Terserah padamu untuk mencintai siapapun. Laki-laki, atau perempuan." Ujar Techno lagi. Gulf nyaris memeluk sahabatnya itu sebelum Techno berkata lagi. "Kata-kata ku keren kan? Ujarnya sambil memamerken barisan giginya yang rapi. Yang berakhir dengan geplakan dikepala Techno.

.................................................

Gulf melangkah ragu-ragu menuju apartemennya. Ini masih sore. Hari ini ia sengaja meminta izin libur kesemua tempat kerjanya. Selain itu Mew bilang lebih baik ia berhenti saja dari tempat kerjanya, Mew khawatir jika harus membiarkan Gulf berkerja terus. Tapi, Gulf menolak. Ia tidak mau menjadi beban siapa-siapa. Bahkan Mew sekalipun.

Gulf membuka pintu apartemennya, dan ia menemukan sepatu Ibunya dan sepasang sepatu yang lain. Ibunya sudah pulang. Belum sempat Gulf membuka sepatunya, pintu kamar ibunya terbuka dan laki-laki keluar dari sana dengan nafas bau alkohol. "Hey bocah, kemarin ada yang mencari mu." Ujarnya sambil menarik kursi meja makan dan menjatuhkan dirinya disana. Gulf tak menghiraukan perkataannya. "Kau pintar juga mencari teman, dia sepertinya orang kaya." katanya lagi. "Bukan urusanmu." Ujar Gulf lagi. "Dasar bocah kurang ajar." Ujarnya sambil memukul kepala Gulf. Gulf mengeratkan kepalan tangannya. Mencoba menahan segala emosinya yang nyaris meledak. 

Gulf masuk kedalam kamar, membereskan baju-bajunya dan memasukannya kedalam ranselnya. Seadanya. Dia hanya menyambar beberapa helai pakaian yang bisa ia lihat dan buku-buku sekolahnya. Dengan serampangan ia memasukannya kedalam ranselnya. Saat ia membuka pintu kamarnya, Ibunya berdiri disana. "Ibu, aku tidak tahu harus dengan cara apa lagi agar kau berhenti bekerja. Jika memang dengan aku pergi dan benar-benar berhenti membebani mu akan membuat mu berhenti melakukan pekerjaan hina ini. Itu yang akan ku lakukan." Ujar Gulf sambil berusaha sekuat tenaga menahan air matanya. "Ibu, kau tahu, aku mencintai mu sangat. Ku mohon pertimbangkan permintaan ku." Ujar Gulf sambil memeluk Ibunya sesaat. Gulf tau Ibunya tak mau ia pergi, karena sebelumnya Ibunya menahan pergelangan tangannya tanpa berkata-kata. Tapi, mendengar teriakan brengsek dari laki-laki yang bersama ibunya, Gulf tidak sanggup lagi. Untuk akhirnya pergi meninggalkan apartemennya.

..............................................

Mew membaca pesan singkat di handphone nya dan tersenyum. 

From : Yai Nong

Phi, aku sudah pulang sekolah. Aku libur bekerja hari ini, aku akan pulang dulu ke apartemen. Mungkin, hari ini aku tidak akan ke apartemen mu. Aku ingin bicara dengan ibu. Jangan rindu pada ku.

Setelah semalam Mew meminta Gulf untuk tinggal bersamanya, Gulf belum memberikan jawaban. Kejadian yang ia lihat saat datang ke apartemen Gulf tempo hari, membuatnya tak sampai hati membayangkan hal seperti itu yang harus selalu Gulf lihat. Mungkin dengan membawanya tinggal bersama tidak akan memecahkan masalah. Tapi setidaknya Mew ingin lingkungan yang baik untuk Gulf tinggal, selain itu dia bisa bersama dengan Gulf setiap hari.

"Kenapa senyum-senum begitu?" Tanya Thorn saat melihat Mew senyum-senyum sendiri sambil menatap layar handphone nya. "Ya Tuhan Phi, bisa tidak kau bersikap normal sebentar saja. Kemarin kau bertindak bagai tak punya jiwa, sekarang kau bertindak seperti seorang dengan gangguan jiwa." Ujar Thorn yang dibalas dengan tawa lepas Mew. "Memang aku seperti itu ?" Tanya Mew lagi. "Tak tahulah, pikirkan saja sendiri." Ujar Thorn sambil berlalu.

Mew kembali menatap layar komputernya untuk melanjutkan pekerjaannya. Ada beberapa kasus yang harus ia selesaikan dalam bulan ini, karena itu sepertinya hari ini ia akan kembali lembur seperti malam-malam kemarin.

Mew membereskan berkas-berkas yang berserakan diatas meja kerja, jam menunujukan pukul 10 malam. Mew merenggangkan badannya, ia kembali melihat handphone nya tidak ada pesan atau telepon dari Gulf, dan Mew mulai khawatir. Apa anak itu baik-baik saja, apa pembicaraan dengan ibunya berjalan lancar. Mew memutuskan untuk mendial nomer Gulf dari handphone nya, yang hanya berakhir kecewa karena dibalas oleh kotak suara. Mew segera menyambar tas dan kunci mobilnya, dan memutuskan untuk menyusul Gulf ke apartemennya.

..........................................

Langkah kakinnya terhenti saat ia melihat Gulf dengan hoodie hitamnya, duduk sambil menuduk di sisi mobilnya. Mew segera berlari untuk menghampiri Gulf. "Nong." Ujar Mew begitu berada di dekat Gulf. Gulf mengangkat kepalanya, dan menatap Mew dengan mata merah dan berair. Mew segera menyambar tubuh Gulf dan membawanya kedalam pelukannya. "Sudah berapa lama disini ? Kenapa tidak naik ke atas?" Ujar Mew sambil menatap lembut wajah Gulf. "Aku tidak mau mengganggu kau bekerja." Ujar Gulf nyaris terisak. "Ya Tuhan, apa yang terjadi ?" Ujar Mew sambil kembali memeluk Gulf. Dan disaat yang bersamaan Gulf terisak didalam pelukan Mew.



TBC

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang