Kediaman keluarga Jeon terlihat ramai dengan para pelayan yang berlalu-lalang. Semuanya sibuk mempersiapkan acara makan malam yang diminta langsung oleh si bungsu.
Wonwoo menatap Mingyu dengan bingung. "Ming, untuk apa Changkyun tiba-tiba meminta acara makan malam seperti ini?"
Mingyu hanya menggeleng pelan. "Aku juga tidak tahu. Dia tidak mengatakan apapun sebelumnya."
Wonwoo menghela nafasnya pelan. "Anak itu..."
Mingyu tersenyum kecil kemudian merangkul pundak Wonwoo. "Apapun yang Changkyun lakukan, kita hanya perlu mendukungnya bukan?"
Wonwoo mengangguk kemudian menyandarkan kepalanya pada pundak Mingyu. "Kau benar Gyu."
***
Suasana makan malam hari itu terlihat ceria. Changkyun bahkan tidak berhenti berceloteh tentang apapun yang membuat seluruh orang yang duduk di meja makan itu memekik gemas.
Terkecuali 1 orang.
Lee Jooheon tidak tahu apa yang ada dipikiran Changkyun.
Entahlah, sejak obrolan terakhir mereka di taman rumah sakit beberapa waktu yang lalu, Jooheon merasakan ada perubahan pada diri Changkyun.
Katakan Jooheon terlalu percaya diri, tapi Changkyun tetap terlihat mencintainya meskipun sikapnya agak berubah.
Changkyun menjadi lebih pendiam sebelum acara makan malam ini. Dan telinga Jooheon terkadang merasa gatal hanya karena tidak mendengar suara Changkyun.
Aneh bukan?
Atau mungkin Jooheon sudah gila?
Entahlah, yang jelas Jooheon sudah terbiasa mendengar suara Changkyun selama 1 tahun belakangan ini dan agak aneh rasanya jika tidak mendengar suara yang lebih muda.
Seperti... ada sesuatu yang hilang.
Jooheon terlalu larut di dalam lamunannya hingga tidak sadar bahwa suasana ruang makan itu berubah menjadi hening.
"A-apa yang kau katakan nak?"
Jooheon baru tersadar dari lamunannya saat mendengar suara ibunya yang tercekat menahan tangis kemudian dengan cepat menoleh ke arah Changkyun yang duduk di sebelahnya.
"Ayah, ibu. Ada yang ingin kubicarakan..."
"Apa itu sayang?" Tanya nyonya Im.
"Aku... ingin bercerai dengan Jooheon hyung."
"Ayah, ibu, sungguh maafkan aku. Tapi..."
"Semuanya tidak berjalan dengan baik dan aku tidak bisa berpura-pura lagi."
"Jadi... kumohon ijinkan aku untuk mengakhiri semuanya. Ijinkan aku bercerai dengan Jooheon hyung."
Jooheon... tidak salah dengar kan?
***
"Kyun?"
Wonwoo mendekat ke arah Changkyun yang duduk di pinggir kasurnya, melamun sambil menatap keluar jendela.
"Kyun?" Panggilnya sekali lagi disertai tepukan halus di pundak sang adik.
"Ah, hyung. Ada apa?"
Wonwoo tersenyum kecil kemudian duduk di samping sang adik. "Kau baik?"
"Aku baik hyung. Hanya saja... mungkin seharusnya aku melakukan ini sejak dulu. Atau mungkin lebih baik jika dulu aku tidak memaksakan kehendakku, menerima perjodohan itu. Pada akhirnya kami berdua tersiksa."
"Tapi Kyun-"
"Lagipula yang dicintai Jooheon hyung adalah Wonwoo hyung."
Wonwoo menggeleng cepat. "Tidak Kyun, itu tidak benar."
"Hyung... aku sudah mengetahuinya. Bahkan sejak dulu. Orang yang dicintai Lee Jooheon adalah Jeon Wonwoo, bukan Im Changkyun. Sekeras apapun aku berjuang, hasil akhirnya akan tetap sama. Aku tidak akan bisa meraih hatinya karena dia sudah menyerahkan hatinya seutuhnya padamu hyung."
Changkyun meraih tangan Wonwoo untuk digenggam. "Hyung jangan pernah menyalahkan diri karena masalah ini ya? Semuanya memang salahku memaksakan kehendak demi kepentinganku sendiri. Aku-"
Wonwoo menarik Changkyun ke dalam pelukannya. "Sudah cukup Kyun. Jangan diteruskan."
Changkyun tersenyum sendu kemudian membalas pelukan kakaknya dengan erat.
"Maaf."
YOU ARE READING
Melepasmu (Jookyun X Meanie) ✔✔
Fanfictionjika ini bisa membuatmu bahagia, maka aku rela melepasmu. Selamat tinggal cinta pertama dan terakhirku.