12

459 71 7
                                    

"Apa kau puas sekarang?"

Lee Jooheon hanya berani menundukkan kepalanya tanpa mampu menjawab pertanyaan ketus yang terlontar dari bibir Wonwoo.

"Jawab! Brengsek! Apa kau puas sudah menyakiti adikku?! Hingga ia memilih untuk pergi seperti ini?!"

Wonwoo bahkan sudah mencengkram kerah kemeja yang dikenakan Jooheon dan menatap sahabatnya itu dengan tajam.

"Sudah kukatakan Won, yang kucintai hanya dirimu!"

"KAU!"

BUGH!!

Satu pukulan Wonwoo layangkan pada pipi Jooheon.

"Kau tahu? Aku menyesal telah mengenalmu! Dan aku benar-benar menyesal sudah mengijinkan Changkyun menikah dengamu!"

Wonwoo mencoba menetralkan nafasnya kemudian berbalik memunggungi Jooheon. "Adikku itu memang bodoh. Bisa-bisanya mencintai orang sebrengsek dirimu." Wonwoo mengepalkan tangannya dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Kuharap kau hidup dalam penyesalan seumur hidup Lee! Dan jangan harap untuk bisa bertemu lagi dengan Changkyun!"

Jooheon hanya menatap kepergian Wonwoo sambil mendengus pelan.

"Kita lihat saja Wonwoo. Aku tidak akan menyesal."



***



Mungkin terlalu cepat untuk mengatakan bahwa dirinya tidak akan menyesal. Buktinya sekarang Lee Jooheon mulai merasakan perbedaannya setelah ditinggalkan oleh Changkyun.

Suatu pagi, Jooheon terbangun lebih awal dari biasanya karena perutnya yang meronta minta diisi. Jooheon berjalan ke arah dapur dan tidak menemukan apapun disana dan sialnya seorang Lee Jooheon itu tidak bisa memasak.

Jika biasanya akan ada Changkyun yang menyiapkan sarapan untuknya -meskipun tidak pernah ia makan sekalipun- maka sekarang sudah tidak ada lagi yang menyiapkan sarapan untuknya.

Kejadian lainnya adalah saat Jooheon bangun terlambat dan ada meeting penting, Jooheon kelimpungan menyiapkan kebutuhannya seorang diri padahal biasanya ada Changkyun yang dengan sigap membantunya tanpa pernah dibalas dengan ucapan terima kasih satu kalipun.

Hari Minggu, dimana akhirnya Jooheon bisa meliburkan diri, langkah kakinya membawa Jooheon ke kamar Changkyun yang sudah tidak ditempati lagi itu.

Dibukanya kamar itu dengan pelan dan Jooheon melihat ke sekelilingnya.

Kamar yang lebih kecil dari kamarnya itu tertata sangat rapi dengan dominasi warna biru dan putih. Jooheon akui, untuk ukuran pria, Changkyun sangatlah rapi.

Atensi Jooheon jatuh pada lemari yang terbuka, menampilkan beberapa kotak kado yang tertumpuk rapi di dalamnya.

Jooheon mengambil semua kotak itu dan meletakkannya di atas lantai, kemudian duduk bersila di hadapan kotak-kotak tersebut.

Di setiap kotak kado, ada tulisan di atasnya dan dari tulisan-tulisan itu, Jooheon bisa menebak bahwa semua itu adalah kado yang tidak pernah Changkyun berikan padanya.

Jooheon kembali melirik ke arah lemari dan mendapatkan sebuah buku tergeletak di dalam sana.

Jooheon mengambil buku itu dan membukanya, membaca setiap barisan kalimat yang tertulis di sana dengan seksama.

Aku bertemu dengannya pertama kali saat menghadiri rapat OSIS gabungan...
Dia tampan...
Terlihat begitu bersinar di antara kerumunan orang.
Dan akhirnya aku mengetahui namanya...
Lee Jooheon...

Semakin lama, aku semakin sadar akan perasaanku.
Aku... menyukai Jooheon hyung.
Ya, aku sangat menyukai Jooheon hyung yang menyukai Wonwoo hyung.

DEG!

Jooheon mematung membaca kalimat terakhir pada halaman yang sedang dibacanya.

Jadi... selama ini Changkyun mengetahuinya??
Jooheon memang tidak pernah mengatakan apapun  tentang perasaannya kepada orang lain, kecuali Wonwoo tentu saja. Bagaimana Changkyun bisa mengetahuinya?

Mungkin ini terdengar murahan...
Tapi aku mendekati Jooheon hyung karena dua alasan.
Yang pertama, karena aku menyukai Jooheon hyung. Ah, ani... aku mencintai Jooheon hyung.
Dan yang kedua... aku tidak ingin Jooheon hyung sakit hati karena mengetahui bahwa Wonwoo hyung sudah memiliki Mingyu hyung.

Hmmm...
Aku baru tahu ternyata cinta sepihak itu sesakit ini.
Apa ini yang Jooheon hyung rasakan tiap kali melihat Wonwoo hyung bersama Mingyu hyung?
Mungkin Jooheon hyung tidak bisa berbagi denganku, tapi setidaknya aku juga bisa merasakan hal yang sama dan menemaninya dalam diam.

Tangan Jooheon gemetar. Semakin banyak membaca isi dari diary milik Changkyun itu, hatinya semakin bergetar dan dadanya semakin terasa sesak.

Selama ini, Jooheon hanya mempedulikan perasaannya sendiri. Hanya mementingkan ego nya, tanpa melihat bahwa ada orang lain yang terluka selain dirinya.

Changkyun...

Orang yang begitu sabar menantinya, orang yang begitu tulus menyayanginya, orang yang selalu berada di sampingnya. Orang yang tidak pernah Jooheon lihat karena pandangannya seakan dibutakan oleh perasaannya terhadap Wonwoo. Orang yang selama ini Jooheon sia-siakan.

Dan akhirnya tangis Jooheon pecah saat membaca kalimat terakhir yang ditulis Changkyun di dalam buku itu.

...jika ini bisa membuatmu bahagia, maka aku rela melepasmu.
Selamat tinggal cinta pertama dan terakhirku.
Kuharap kau bisa bahagia setelah ini, Jooheon hyung.

Melepasmu (Jookyun X Meanie) ✔✔Where stories live. Discover now