Reality

1.5K 97 9
                                    

*noproofread again!

Reality

Gue salah milih lagu. Pagi-pagi gerimis sejuk mendayu-dayu, halah! Senin pagi yang super ngantuk biarpun sekarang sudah jam sembilan pagi. Mbak Putri di belakang meja kasir beberapa kali balik badan gara-gara nggak bisa berhenti menguap, dan beberapa waiters yang lagi ngelap-ngelap meja.

Suara Rian D’massiv masih asik kedengeran dari sound system di beberapa spot Lotus. Dan gue juga jadi ikutan ngantuk. Café belum terlalu ramai, seperti yang gue bilang. Senin pagi dan gerimis itu perpaduan sempurna untuk membuat kadar kemalasan seseorang meningkat 200%.

“Mbak Ody, ini kopinya.” Finally, pesanan gue datang. Langsung bayar ke kasir dan balik ke ruang staff buat beresin proposal pengajuan sponsor dari pensi anak SMA yang jumlahnya banyak banget.

Harusnya bisa sih bikin kopi sendiri di pantry, tapi berhubung gue udah jatuh cinta sama coffee buatan mas Dinar dan juga males bikin, jadinya mending gue beli.

“Ody, nanti malem ada acara makan-makan habis Lotus tutup.” Kata  mbak Stefany saat gue baru mau masuk ke ruangannya mbak Diva. Kalau saja masih ada sisa meja kosong, pasti gue lebih milih buat ikutan duduk di sini.

“Loh, kitakan habis jam kerja jam lima mbak, terus ngapain dong nungguin sampai jam setengah dua belas?” Yakali gue kerja rodi bantuin di depan lagi?

“Nanti Lotus tutup lebih cepet, jam Sembilan malam soalnya kita mau ada farewell party buat mbak Asty, koki di dapur.”

Gue langsung ngangguk. “Oke deh, makasih mbak. Aku mau masuk dulu.”

Di dalam ruangan mbak Di lagi ketawa-ketawa sendiri sama handphone yang nempel di kupingnya. Apa nggak panas ya, biarin tuh hape nempel dalam waktu lama di kuping? Gue Cuma sepuluh menit aja langsung ‘pengang’ that’s why gue lebih suka texting atau langsung ketemu.

Vanilla Latte di gelas karton tinggi yang sedari tadi gue bawa langsung stay agak jauh dari laptop dan tumpukan dokumen, mengurangi resiko kecipratan airnya.

Atur playlist di laptop dengan volume serendah mungkin. Dan akhirnya gue masih harus baca proposal ini satu per satu.

Pernahkah kau merasa?

Jarak antara kita kini semakin terasa

Setelah kau kenal dia

Aku tiada percaya

Teganya kau putuskan

Indahnya cinta kita yang tak ingin ku akhiri

Kau pergi tinggalkanku

Jujur nggak ada maksud buat muter lagunya Judika. Tadi cuma lihat list lagunya dan asal klik. Lagipula lagunya not bad lah, dan yang pasti nggakselebay lagu lain yang langsung mati kalau putus cinta. Seenggaknya di lagu ini penyanyinya masih pengen bahagia walau nggak sama pasangannya terdahulu. Ceilah, haha, inti dari move on tuh. Salam jomblo!

“Dy, itu proposalnya dahberes semua?” gue mendongak sebentar kea rah mbakDi lalu menggeleng takut-takut, makin kesini mbakDi makin gahar kalau urusan kerjaan. “Masih adasekitar empat proposal lagi yang belum diperiksa.”

“Saya mau sebelum jam makan siang sudah ada laporan rincian mana yang perlu disetujui mana yang tidak. Saya mau keluar dan setelah saya balik bentuk print outnya harus sudah ada dimeja saya. Mengerti?”

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang