End, Wednesday, 18 June 2014 8:10
"Kamu suka sama dia?"
"Iya." Gue melongo. Reval gila kali yah. "Sebagai ponakan." Fixed. Dia sinting.
"Lo tuh." Nah kan, gue jadinya diketawain lagi sama dia. "Tapi, seriusan gitu kamu nggak ada rasa. Diva cantik loh. Cantik banget malah." Kira-kira pernah ada yang ngatain gue cantik nggak yah?
Reval cuma geleng-geleng kepala santai. Mungkin karena dia udah biasa sama kenyataan kalau Diva suka sama dia.
"Aku jadian sama Wilda waktu dulu karena ingin membuat Diva menjauh. Malah aku yang kena pukul Mikah. Bahkan semalem aku masih bisa lihat gimana dia masih antipati banget sama aku."
"Mikah tuh emang chasingnya doang yang songong.Tapi aslinya dia lumayan baik kok. Emang sih nggak baik-baik amat, tapi masih baik lah." Gue belain tuh.
"Kalau kamu sendiri? Kamu ada rasa sama Mikah? Atau Mikah yang ada rasa sama kamu?" Ngaco nih orang. Gue bahkan refleks langsung ketawa denger pertanyaannya Reval. Emangnya nggak bisa yah orang tuh lihat kalau gue sama Mikah sahabatan ya pure sebagai sahabat bukan karena ada something yang bukan-bukan. Lagian,demi deh. Gue tuh buat sekedar ngebayangin aja udah ngeri duluan. Aneh tahu nggak sih. Gue sama Mikah?
"Kok kamu malah tertawa? Tebakanku benar kan?" Idih, songong. Gue cuma geleng-geleng kepala semangat.
"Gue sama Mikah nggak mungkin kayak gitu. Seriusan deh."
Reval masih lihatin gue nggak percaya. Tapi bodoh amat sih mau percaya atau nggak. Bukan urusan gue ini. Paling-paling gue dapet lirikan maut dari gebetannya Mikah atau mantan pacarnya yang terdiri dari baris dan deret. Tapi bukan Ody namanya kalau bisa dengan mudah terintimidasi sama lirikan yang nggak ada apa-apanya dibandingin picingan mata legendaris gue.
"Memangnya laki-laki sama perempuan bisa murni bersahabat tanpa ada rasa apa-apa?"
"Bisa." Stereotype banget yang buat pernyataan itu. Tapi sampai sekarangpun gue nggak pernah ngelihat Mikah dengan cara yang, uh, buat nyebutinnya aja gue udah geli.
Reval cuma mengedikkan bahunya dan lebih milih buat lihat keadaan kafenya yang makin ramai. Eh, emangnya udah jam berapa sih? Pas nengok ke LCD laptop gue ternyata udah jam setengah dua. Yaelah, mana ada kuliah siang jam dua. Setengah jam lagi dan kalau gue ke kampus butuh waktu sekitar dua puluh menit. Itupun kalau angkotnya nggak nge-tem.
"Eh, Val. Gue balik ke kampus dulu ya. Jam dua ada kelas."
"Ini sudah jam setengah dua loh. Memangnya kamu bisa sampai ke kampus tepat waktu?"
"Telat dikit-dikit nggak papa lah. Aku balik duluan yah." Belum tahu dia jurus ngeles ala gue. Haha. Lumayanlah, di kafe numpang download samacharging. "Oh iya Val, hotspot kafe kamu ngesot ih. Bye." Sebelum Reval bales yang iya-iya mendingan gue langsung kabur keluar kafe. Mumpung gue lihat angkot jurusan kampus gue tadi abis lewat. Mesti lari ngejar nih.

KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
RomanceCerita iseng yang dibuat tanpa konsep. Cerita general yang mungkin lazim dialami oleh banyak orang. But overall, it's totally fiction. [lil Speech] Setelah menemukan alur yang semula kabur, kasar, dan terbelah. Mencoba memberi sisi lain dari cerita...