Danger!!
Ayo belajar peka!!
ㅡㅡㅡ
Terhitung sudah tiga hari Millie memilih mengurung diri dalam kamarnya. Entah sejak kapan, tapi Millie jadi lebih menyukai hening. Millie lebih menyukai dunia yang diciptakannya sendiri. Dunia yang terbentuk dari kenangan-kenangan yang dikumpulkan dalam kepalanya.
"Mil, turun yuk! Makan dulu." Bahkan, Anta terabaikan. Anta jadi merasa berbicara pada patung saja. Pasalnya, gadis itu hanya diam menatap langit dari jendela kamarnya, tak beranjak barang satu jengkal saja.
Sampai Anta terduduk di sisinya, Millie masih termangu dengan sendu yang masih betah menggelayuti gadis itu. Yang Anta benci, netra gadis itu tidak juga mengering.
"Di bawah rame sih. Pada mau malem tirakat buat tiga harinya Mama. Mau aku bawain makanannya ke sini aja?"
Anta menghela frustasi kala ia masih juga tak mendapatkan jawaban dari Millie. Ia mengusap wajahnya kasar. Anta bukannya tidak tahu bahwa Millie adalah gadis yang hanya akan diam saja kala terluka.
Tapi, ini pertama kalinya Anta melihat Millie terdiam bagai mayat hidup bahkan tak berucap apapun hingga tiga hari. Seolah luka benar-benar membunuh Millie. Menyisakan raga tanpa jiwa.
"Tunggu bentar ya. Aku bawain makanannya ke sini aja."
Anta kemudian berdiri, ia hendak beranjak ketika gadis itu tiba-tiba berucap, "Mama." Ada hening yang cukup panjang, Anta tak bergeming menatap gadis itu.
"Aku masih bisa denger suara Mama, suara Mama manggil nama aku, suara Mama bangunin aku kalo pagi, suara Mama ngomelin aku." Air mata menutup kalimat Millie dengan pilu.
Millie menarik napasnya dalam-dalam, dan lalu ia tertawa getir. "Semesta itu jahat ya, Bang. Setelah Johan, semesta buat aku jatuh dan hancur sama Juniar, sekarang semesta juga ngambil Mama dari aku. Semesta suka banget ngambil orang-orang yang aku sayang."
Hati Anta mencelos, ia lantas kembali terduduk dan menarik gadis itu dalam dekapnya. Tangisnya pecah sekali lagi.
Sore itu, mendung menutup sinar senja rapat-rapat. Lalu, isakan Millie beradu dengan derai tangis langit yang mulai turun menyapa bumi.
"Mil, kamu masih punya Papa, kamu masih punya Millo, kamu masih punya Yovin, Billa, sama temen-temen lainnya gak bakal biarin kamu nangis tiap hari kayak gini."
Anta lalu menghela panjang, ia memberi jarak selagi menangkup wajah gadis itu. Mengusap linangan pilu di pipinya. "Kamu masih punya aku."
Anta tersenyum pada akhir kalimatnya, dan tanpa Millie mengerti, hatinya menghangat. Sorot teduh Anta seolah menanggalkan segala pilu dihatinya. Ada lega yang dirasakan Millie, lega yang berkata bahwa ia tidak sendiri.
"Kamu masih punya aku di sini." Anta menekankan.
Millie tersenyum, untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Walau pun getir, setidaknya Anta suka melihatnya. Jujur saja, kalimat Anta terdengar begitu tenang untuk meredakan badai dalam hati Millie.
"Sekarang, jangan pernah mikir kalo kamu ditinggalin orang-orang yang kamu sayang, karena masih banyak orang yang sayang sama kamu. Orang-orang yang gak mau lihat kamu tenggelam dalam keterpurukan kayak gini. Ngerti?" Millie tersenyum tipis dan mengangguk tatkala mendengar penuturan Anta.
Tapi, Millie tidak ingin terluka. Bukannya ia tidak percaya Anta akan selalu ada untuk dirinya. Millie percaya, sangat. Hanya saja, ia tidak percaya bahwa semesta akan membiarkan Anta ada di sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Merah Jambu
General Fiction[Baca Senja Warna Biru dulu] Ini cerita tentang kamu. Orang terhebat yang mampu mengumpulkan setiap keping pecahan lukaku dan membentuknya menjadi semesta yang utuh. Orang terhebat yang melengkapkan aku. ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ Author : Gulaliloly G...