17 ; Asa Patah

105 19 30
                                    

Danger!!

Sakit.

ㅡㅡㅡ









































Rasanya sudah lama sekali Millie bisa tidur nyenyak. Bahkan mungkin begadang sudah menjadi nama tengah Millie ketika ia harus bekerja dan mengerjakan deadline Tugas Akhir.

Millie yang tidur sampai tertunduk dalam dan bahkan sampai sedikit membuka mulutnya itu pemandangan langkah.

Hal itu tentu tak luput dari atensi Anta yang sedari tadi sibuk menyetir. Laki-laki itu tersenyum tatkala melihat separuh wajah Millie yang tertutup juntaian rambutnya. Lucu, begitu menurut Anta.

"Mil, hei! Udah mau sampe nih." Anta menoleh singkat selagi mengusak alus kepala Millie.

Gadis itu mengerjap, mengusap netranya berkali-kali seolah menunutut kesadaran diri. Sejenak, Millie menoleh keluar kaca mobil. Mereka sudah memasuki daerah pemukiman tempat Millie tinggal di Surabaya.

"Astaga aku tidur kayak orang mati." Millie meracau, ia membungkuk menuntup wajah, masih berusaha mengumpulkan nyawa yang belum genap.

"Hibernasi, Mbak?" Anta terkekeh di akhir kalimatnya. Gadis itu tak menyahut, Millie hanya menutup mulutnya kala ia menguap lelah.

Seperti yang sudah dirancangkan. Millie harus menyempatkan pulang ke Surabaya di akhir pekan ini. Pun juga Millo yang tentu ingin berkumpul bersama keluarga di hari bahagianya.

Kita cuma bertiga, Mbak. Seenggaknya aku pengen makan keluarga aja sih, begitu kata Millo beberapa hari yang lalu.

Beberapa menit kemudian, mobil hitam Anta sudah terparkir di depan kediaman Pak Evan. "Gak mau mampir dulu, Bang?" tanya Millie usai turun dari mobil yang ditumpanginya.

Anta menggeleng, "Mau pulang dulu aja. Mau ketemu Mama sama Papa juga di rumah. Nanti malem deh aku main ke sini. Salam buat Papa ya, Mil."

"Makasih, Bang." Millo tetiba berucap.

"Yoi," sahut Anta yang didukung dengan acungan jempolnya. Setelahnya, Millo lantas berlalu, menyisakan Millie yang masih menatap laki-laki itu.

Millie tahu betul, Anta lelah. Wajahnya sayu ditambah dengan kantung mata yang cukup tebal di bawah netranya.

"Kamu gak masuk, Mil?" Suara Anta menyelah lamunan Millie.

"Iya. Ini mau masuk kok. Abang jangan lupa istirahat kalo udah di rumah. Tidur." Mendengar nada khawatir dari gadis itu, boleh kalau Anta merasa sedikit senang?

Anta lantas tersenyum. "Iya. Udah masuk gih."

Millie mengangguk, menorehkan garis lengkung yang dirasa cukup setimpal untuk membayar lelah yang menggelayuti Anta. Bahkan hingga bayangan gadis itu hilang usai melewati pintu depan, Anta masih diam bersandar pada mobilnya.

Laki-laki ini menghela. Detik berikutnya, ia tersenyum. Seharusnya, ini bukan kali pertama Millie mengingatkannya untuk tidur cukup. Tapi, entah kenapa, kali ini terasa berbeda. "I just won't give up on you," monolognya.

Sementara itu di dalam rumah, langkah Millie terasa berat tiap kakinya membawa dirinya masuk makin jauh ke dalam rumahnya sendiri, tempat ia bertumbuh, tempat kenangannya terpatri.

Sudah lama Millie tidak pulang. Dan segala sesuatunya masih terasa sama. Hanya saja, kali ini terlihat begitu berantakan. Ada sepatu yang diletakkan tak beraturan, bungkus-bungkus kopi yang berceceran di meja ruang tengah, piring dan gelas yang menumpuk di bak cucian dengan banyak sisa makanan membusuk yang menciptakan aroma menyengat. Entah sudah berapa lama Evan tidak membereskan rumah ini.

Langit Merah JambuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang