12 ; Kala Rasa

143 20 103
                                    

Danger!!

Sebelumnya, ayo jangan bosen-bosen untuk cuci tangan dan jaga kebersihan, jangan lupa makan, tidur yang cukup, minum vitamin ya. Stay safe, buat kalian di mana pun kalian berada. Jangan lupa berdoa, agar kita lekas pulih. And last thing, ayo belajar mengerti perasaan sendiri.

ㅡㅡㅡ























"Mil, bangun, Mil! Temenin aku bentar dong?" Ini sudah lewat tengah malam. Lalu dengan tiba-tiba Anta mengguncang bahu Millie yang sedang enak-enaknya terlelap.

Gadis itu melenguh malas, "Apa sih, Bang?" sahutnya.

"Temenin aku ke mini market bentar aja. Ya?" bujuk Anta.

"Ngapain? Aku ngantuk banget ini, Bang. Capek!" Gadis itu mengomel sendiri. Matanya masih lengket enggan mengerjap sedikit saja. Ya lagi pula, siapa yang tidak akan begitu kelelahan jika baru saja kerja lembur 16 jam dari pagi hingga malam?

"Bentar aja, Mil." Aduh, dasar Wonanta Satryadinaga tukang pemaksa. Laki-laki itu kini menyingkap selimut Millie dan menarik Millie untuk terduduk di kasurnya. Yang benar saja, bahkan tulang Millie rasanya sudah rontok.

"Sendiri aja sana kenapa sih, Bang?" Nada suara Millie mulai meninggi. Ia kesal bukan main.

"Males sendirian." Ini tumben sekali Anta begini? Millie yang masih kesal setengah mati kini hanya mengucek matanya selagi mencebik sebal. "Bentaran doang, Mil. Cuma mau beli parfum. Parfumku abis."

Sungguh? Hanya demi parfum? Rasanya Millie ingin menendang Anta untuk segera turun dari kasurnya saja. "Astaga, Abang! Pake punya Millo dulu aja lah! Sama aja, parfum! Sama-sama wangi!" kesal Millie.

"Gak mau, Mil. Wanginya beda."

Hih! Millie semakin ingin menggeplak kepala laki-laki itu saja. Ternyata, jika sudah manja begini Anta malah lebih merepotkan ketimbang Millie. "Harus banget beli malam ini juga?" tanya Millie selagi menatap Anta seolah ingin mencabik saja.

"Iya. Besok mau dipake. Ketemu cewe. Hehehe." Anta menyeringai tertawa di akhir kalimatnya, lucu sekali. Tapi, ada yang terasa tidak lucu di dada Millie.

Sorot sebal gadis itu mendadak tegang. Lalu, ada rasa tak terjelaskan yang diam-diam meraja. Seolah kecewa, tapi kenapa? Seolah perih, tapi untuk apa? Seolah tidak terima, tapi Millie siapa?

Gadis ini lantas menelan salivanya kaku dan menghela panjang. Ia kemudian mengacak surainya, sekadar mengusir pikiran tidak jelas dalam kepalanya. "Ayo! Cepetan!" Masih dengan celana training dan kaos oblong yang sedikit kebesaran pada badannya itu, Millie turun dari kasurnya, sementara Anta mulai meracau girang tidak jelas.

Letak mini market tidak terlalu jauh. Setelah sekitar lima menit berkendara, keduanya sudah berdiri di depan rak dengan jajaran produk parfum. Anta masih sibuk memilih, mencoba wangi yang satu dan yang lain, sebelum akhirnya mengambil satu botol.

"Kesel banget sih?" Anta berusaha menggoda Millie yang menatapnya kaku. "Kamu mau beli apa deh? Ambil gih! Aku beliin." Anta pikir, cemilan adalah hal yang selalu berhasil menyuap Millie.

Millie melengos sebal. Tapi, Millie tetaplah Millie. Gadis itu beranjak ke arah rak yang memajang jajaran camilan meninggalkan Anta dengan wajah yang masih ditekuk. Dan Anta jadi terkekeh gemas sendiri.

Tapi tidak untuk Millie, bukan karena sebal ia mendiamkan Anta sedari tadi. Millie hanya tidak ingin kelewat penasaran, otaknya tidak bisa diam barang sedetik saja. Millie ingin tahu, perempuan seperti apa yang akan ditemui Anta. Jadi, Millie pikir, diam cukup membantunya untuk tidak bertanya ini dan itu.

Langit Merah JambuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang