Danger!!
Jangan kesel, nanti jadi sebel.
ㅡㅡㅡ
Hari pertama di tahun 2021. Siapa bilang bisa libur walau ini tanggal merah? Millie bahkan harus menahan kantuk sisa lembur akhir tahun semalam. Walau dengan beruntungnya hari ini ia masuk siang, tapi rasanya nyawanya masih setengah.
Rutinitas membuat manusia mulai terbiasa dengan aktifitasnya, begitu pula Millie. Terhitung sudah masuk pekan kedua sejak Millie bekerja sekitar akhir tahun lalu. Biasanya, waktu sore Millie suka sekali menatap warna langit yang menguning. Tapi, sekarang tidak lagi. Gadis itu sesekali terlihat menyeka peluh di pelipisnya, lalu kembali tersenyum ramah selagi menerima pesanan pembeli.
Millie memutuskan untuk bekerja di sebuah kedai kopi ternama di salah satu mall di Jakarta. Kalau boleh jujur, tentu ini melelahkan. Millie tidak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Millie jadi jarang beristirahat. Tapi, setidaknya bekerja membuat pikirannya teralihkan.
Anta jadi meringis khawatir sendiri kala ia melihat Millie membungkuk menahan lututnya. Anta tahu, gadis itu jelas kelelahan. Terlebih ketika Millie meremat kerah seragamnya. Sudah satu pekan Millie bekerja, dan sudah satu pekan pula Anta selalu mengamati gadis itu dari kejauhan.
Pun ketika jam istirahat tiba, Anta mengikuti gadis itu sekitar lima meter di belakangnya. Jangan tanya kenapa Anta tidak menghampiri Millie saja, jelas Millie akan marah-marah, jelas Millie akan meminta Anta untuk berhenti mengkhawatirkannya.
Tapi, bagaimana Anta bisa berhenti khawatir kalau sekarang ia malah melihat Millie tersandung dan bahkan hampir terjatuh. Sungguh, Anta sudah ingin berlari menarik Millie saja.
Millie berhenti pada sebuah warung di belakang gedung mall tempatnya bekerja. Nasi campur adalah menu makan malam yang dipesannya. Lalu, tanpa banyak bicara, Millie melahapnya.
Millie sesekali menghela dan menatap kosong pada tumpukan nasinya selagi ia masih mengunyah. Hampa. Mungkin itu adalah kalimat paling tepat untuk mewakili isi hatinya. Tidak bahagia, tidak juga sedih. Seperti raga tanpa jiwa.
Dari pada berdiri dari kejauhan dan menatap gadis itu murung, boleh tidak sih kalau Anta datang dan pura-pura bertemu secara kebetulan dan menemani Millie makan?
Tapi Millie pasti tahu kalau Anta hanya mengada-ada, Millie bisa marah.
Anta lalu mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya, mencari nama Millie dalam jajaran kontak di ponselnya. Lalu, membiarkan nada sambung berdering di rungunya sementara ia tersenyum menatap Millie yang mulai mengambil ponselnya.
"Halo?" sahut sayu Millie dari seberang telpon.
"Lagi istirahat, Mil?"
"Iya, Bang."
"Udah makan?"
"Ini juga lagi makan."
"Oh. Makan apa?"
"Nasi campur, Bang."
"Ya udah. Makan yang banyak. Gimana hari ini? Lancar?"
Lalu, Anta mendengar helaan lelah Millie. Sial, Anta jadi semakin khawatir saja. "Lancar sih, Bang. Tapi aku pusing, agak engap tadi."
"Bawa obat gak?"
Millie menggeleng lemah, tanpa tahu Anta melihatnya dari kejauhan. "Gak bawa, Bang."
"Mau aku anterin obat ke tempat kerja?"
"Gak usah deh, Bang. Aku makan aja. Kayaknya ya emang telat makan sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Merah Jambu
General Fiction[Baca Senja Warna Biru dulu] Ini cerita tentang kamu. Orang terhebat yang mampu mengumpulkan setiap keping pecahan lukaku dan membentuknya menjadi semesta yang utuh. Orang terhebat yang melengkapkan aku. ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ Author : Gulaliloly G...