13 ; Unexpected Things

138 19 102
                                    

Danger!!

Ayo coba dengerin dulu. Pahami dulu. Jangan keburu kesel.

ㅡㅡㅡ
























Matahari masih belum sampai pada puncak semesta yang paling tinggi. Tapi, wajah Anta sudah terlihat kuyu sekali selagi ia terduduk lesu di lantai Laboratorium Informatika. Ia mengembuskan napasnya lelah.

Lalu, agaknya kegiatan Anta yang seolah meratapi nasib itu mencuri atensi Bian yang sedari tadi asik bergelut dengan kabel LAN dari komputer yang satu dan komputer yang lain. "Abis dikeroyok di mana lo? Lesu banget," tukas Bian selagi tangannya masih sibuk mengupas dan mengurut warna kabel untuk sambungan internet itu.

"Abis dari ruang dosen, ketemu Bu Mayang buat liat plotting ngajar semester ini sekalian ngasih gambaran materi."

"Lo masih jadi asdosnya Bu Mayang?"

"Iya. Bu Mayang kan masih kuliah S3, jadi jarang di kampus beliaunya." Sejenak, Anta mengedarkan netranya ke tiap sudut Laboratorium, memandang kegiatan para Asisten Laboratorium yang sibuk melakukan pengecekan rutin tiap pergantian semester. "Ketua Aslab mau lo turunin ke siapa abis gini?" celetuk Anta.

"Belom tau. Belom dapet hidayah. Lo dari pada bengong gitu, bantuin gue bikin LAN nih!" Lalu, Bian melemparkan gulungan kabel yang sedikit berantakan pada Anta.

Tak terima, Anta menyingkirkan gulungan kabel itu lagi ke samping, "Males ah. Gue kan bukan aslab."

"Heh! Awas lo ya besok-besok nangkring di sini lagi!" Bian mengancam, Anta jadi terbahak.

"Kerjaan banyak bikin sensi, Ben? Straight, Cross over?" Anta mengalah, ia akhirnya mulai mengupas kulit kabel pada bagian ujung, menampakkan kabel-kabel beragam warna yang lebih kecil pada bagian dalamnya.

"Straight," jawab Bian memberikan instruksi untuk Anta membuat rangkaian kabel berjenis straight yang akan menyambungkan komputer dengan router. Lalu, ditengah kesibukannya, Bian berucap, "Lo lagi berantem lagi sama Millie?"

"Dih! Kata siapa?"

"Muka lo gak bisa ngeles."

Anta lantas menghela, "Gak berantem juga sih. Tapi gue didiemin."

"Lo berdua udah kayak orang pacaran ngerti gak? Satunya ngambekan, satunya kalo didiemin galau. Kenapa gak pacaran sekalian aja sih?"

Tak menggubris, Anta hanya mengedikkan bahunya. "Udah tanya Yovin? Biasanya Millie kan curhatnya sama Yovin."

"Belom. Baru gue chat Yovin di Mapala sih, sama Millie juga." Usai mengapit susunan warna kabel pada konektor RJ-45, Anta menyambar LAN tester sekadar memastikan lampu tester menyala semua yang mengindikasikan sambungan kabel LAN yang dibuat Anta berhasil. "Gue tuh sebenernya cuma mau ngerjain dia, eh malah gue yang didiemin, Ben," keluh Anta.

"Mission failed?" ejek Bian yang hanya dijawab Anta dengan dengusan kesal. "Emang lo ngerjain gimana?"

"Gue ajak beli parfum semalem. Dia udah tidur gue paksa bangun."

"Beli parfum doang? Lo kalo mau ngerjain yang elit dikit lah, Ta. Bikin nangis gitu, bukannya lo bikin kesel yang ujungnya malah ngambek sama lo, terus lo sendiri yang bingung."

"Ya gimana? Kebetulan parfum gue juga abis, Ben. Masa masuk ruang dosen tidak wangi hari ini? Kan sungkan sama Bu Mayang kalo gue bau." Menyebut nama Bu Mayang, Anta mendadak jadi diam. Ia jadi teringat ucapannya semalam, soal beli parfum untuk bertemu seorang perempuan.

Langit Merah JambuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang