5 ; Zona Drama

187 22 154
                                    

Danger!!

Ayo belajar mengerti diri sendiri.

ㅡㅡㅡ































"Ta! Bangun woy! Abis gini giliran lo presentasi." Bian mengguncang bahu Anta kasar.

Setelahnya, Anta menguap lelah lalu mengusap wajahnya. "Windra baru masuk. Abis gini lo," lanjut Bian.

Anta masih tak menyahut, laki-laki itu hanya segera membuka ransel dan mengeluarkan laptopnya. Netra Anta masih terlihat sayu dan memerah saat ia tercenung mengamati layar laptopnya yang menampilkan tulisan Welcome.

"Ngapain aja sih gak tidur? Perasaan semalem lo bilang udah selesai pas gue chat. Itu juga masih sekitar jam duaan." Tadi, sebelum memejamkan matanya sejenak, Anta berpesan pada Bian untuk membangunkannya jika gilirannya sudah dekat.

Bian kan jadi penasaran. Pasalnya, Anta sudah tak menjawab pesannya sejak berkata tugasnya sudah selesai, padahal Bian ingin bertanya perihal query join table. Bian pikir, Anta sudah tidur.

"Kebut tugas ujiannya Millie. Kasihan gak paham dia, gak bisa ngerjain," sahut Anta ringan.

"Aelah, pantesan gue langsung dikacangin."

Anta tak menggubris. Ia langsung sibuk sendiri membuka folder yang satu dan yang lain, mempersiapkan presentasinya selagi menunggu giliran.

"Millie masih gak bisa move on dari mantannya yang kemaren, Ta?"

Satu kalimat itu sukses membuat Anta membeku. Sejenak, ia tercenung. Ingatannya terbang melayang pada kala itu. Kala Millie masih sering kali menangis tatkala Anta tak sengaja memutar lagu kesukaan Juniar.

Kalau diingat-ingat lagi, sudah lama sekali sejak terakhir kali Millie membicarakan perihal Juniar. Pun Anta juga lama tak pernah bertanya lagi.

Lalu, pertanyaan Bian mendadak membangunkan rasa penasaran yang selama ini dibiarkan tidur dan mengendap sebagai tanya tanpa jawab. Biar bagaimana pun, tidak pernah menyebut namanya lagi bukan berarti sudah melupakannya bukan?

Kalau boleh Anta berharap, jelas ia ingin Millie sudah melepaskan kenangannya bersama Juniar yang kian menghilang tanpa kabar. Tapi, perasaan siapa yang tahu, kan? Sungguh, perihal perasaan jelas bukan tandingan Anta.

"Putus udah lama bukannya?" lagi imbuh Bian.

"Ya lumayan, hampir setahun sih. Sembilan atau sepuluh bulan yang lalu kali ya?"

Bian lantas tersenyum tipis sementara Anta masih sibuk sendiri di sebelahnya. "Gue deketin Millie boleh gak nih?"

Tolong, tolong katakan pada Anta kalau ia sedang salah dengar.

Daripada pertanyaan perihal Millie sudah melupakan Juniar atau belum, pertanyaan Bian kali ini membuatnya merasa lebih terganggu.

Demi apapun, Anta tidak suka.

"Lo naksir Adek gue?" Anta bertanya. Netranya tak lepas menatap Bian tajam.

Iya. Anta tahu. Memangnya Anta siapa? Cuma orang asing yang dengan beruntungnya didekatkan semesta pada gadis itu. Anta tak punya hak untuk melarang orang lain menyukai Millie. Apalagi hak untuk melarang Millie menyukai orang lain.

Tapi kalau boleh protes, dari sekian banyak wanita di muka bumi ini, kenapa semesta harus membuat Bian menyukai Millie? Berapa kali harus Anta jelaskan pada semesta? Anta bukan orang yang akan bertikai dengan karibnya sendiri hanya perihal perempuan.

Langit Merah JambuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang