Doi#8

52 7 24
                                    

"Jei, lo masih marah sama gue?"

"Nggak."

"Gue kasi tau lo, deh. Tapi jangan marah. Ya? Ya? Ya?"

Sekarang jam istirahat. Ken tidak hentinya merayu Jei agar gadis itu mau memaafkannya. Setelah bertukar pesan dan Jei marah padanya, Ken selalu merasa tidak enak.

"Lo apain anak orang, Ken?" Tanya Icha.

"Gak gue apa-apain." Jawab Ken bohong. Masa iya dia bercerita tentang dirinya yang memanggil Jei dengan panggilan sayang?

Yang Ken tahu Jei bertambah marah karena panggilan yang menurut Jei 'menjijikkan' itu. Padahal Jei hanya mencoba membuang rasa gugupnya di depan Ken.

"Gue beliin es krim mau?"

Jei akhirnya menatap Ken. Ken tersenyum lucu.

"Gue tambahin snack, plus permen. Gue juga bakal jawab apa yang mau lo tanyain." Ken mengangkat kedua jarinya tanda ia berjanji.

"Kalo gitu, jawab dulu pertanyaan gue baru dimaafin." Jei memberi syarat.

Ken mengangguk cepat. Dimaafkan saja sudah syukur buatnya.

"Apa yang lo suka?"

"Lo."

"Gue serius, Ken."

"Iya, elo."

Jei dibuatnya tersipu. Mahkota kepala Jei yang panjang dibuatnya sebagai penghalang untuk menyembunyikan wajahnya. "Jangan geer! Ken juga sering becanda kali!"

Jei memutuskan bahwa jawaban Ken hanyalah angin lalu. Jika saja yang berkata seperti itu adalah Rei. "Serah lo deh. Yang kedua. Makanan favorit?"

"Telor asin."

"Hah? Telor asin?" Jei mengerutkan alisnya. Dalam hati ia ingin tertawa sekarang. Wajah Ken benar-benar tidak cocok jika disandingkan dengan telur asin.

"I-iyain aja. Minuman kesukaan lo?"

"Aer bening."

"Air sungai mau?"

"Kagak lah!"

"Kan ada banyak yang bening. Air ujan, air laut, air keran, air WC...kali aja lo suka. Kan bening."

"Gue normal Jei."

"Jei, Jei...nanya kok sampe WC segala lo bawa." Sindir Icha.

"Nyambung aja lo." Balas Jei sambil menatap Icha dengan sinis. "Sekarang gue mau tanya mapel kesukaan lo."

"Benci semua." Jawab Ken polos.

Icha menggelengkan kepalanya. Topik mereka berdua benar-benar unfaedah. Pertanyaan yang diberikan sudah biasa, jawabannya pun kocak.

"Yang terakhir. Lo udah punya pacar?"

"Belom mau kalo nggak sama yang gue suka."

"Tapi ntar lonya sama gue." Sambung Ken dalam hati.

"Sekrangan beliin es krim." Pinta Jei polos. "Snack sama permen juga. Gue ikut tapi. Ntar gue yang pilih." Sekarang Jei seperti anak-anak. Dia tersenyum ada maunya.

"Pamrih lo." Sindir Icha lagi.

"Bodo. Gue yang ditraktir, kok lo yang sewot." Balas Jei.

Jei akan keluar kelas dengan Ken ke Nesiamaret. Sebelum pergi Rei mencegah mereka berdua.

"Titip kopi." Ucapnya.

"Dingin, Rei?" Tanya Ken. Rei hanya mengangguk singkat.

"Pait?" Tanyanya lagi. Rei kembali mengangguk.

D O ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang