Doi#11

42 5 1
                                    

Benar seperti yang dikatakan Icy. Dia hanya akan menjadi nyamuk. Icy merasa canggung di antara mereka. Bersabarlah, Cy, tunggu sebentar lagi.

Icy terus menyeruput minumannya. Ia melirik teman-temannya yang hanya diam tanpa suara. Ia jengah.

"Gue cabut." Ucap Icy tiba-tiba sambil berdiri membawa minuman.

"Tapi kan kita baru duduk di sini lima belas menit yang lalu." Jei mencegah kepergian Icy.  Suasana akan semakin canggung kalau Icy pergi.

Icy tersenyum kecil. "Kalian butuh bicara. Bentar lagi jadwal gue masuk les. Sori, yah?"

Icha sedikit tidak rela. Dia satu tempat les dengan Icy meski berbeda jadwal. Dia harus mengerti. "Yaudah sono. Ati-ati."

Jei murung. Ia juga tidak rela saat melihat Icy beranjak dari tempat duduk. Mereka masih sebentar di situ. Sofanya saja belum hangat. 

Baru beberapa langkah Icy berjalan, tiba-tiba ada yang menabraknya. Seorang laki-laki tampan. 

Jei mengerjapkan matanya. Ada cogan!

Icy menggigit bibirnya. Dia malu karena tabrakan itu membuatnya jatuh di depan umum. Cowok itu berulang kali meminta maaf karena tidak sengaja menabrak seorang cewek.

"Lo gak apa?" Tanya laki-laki itu sambil membantu Icy berdiri. Untung saja minuman Icy tidak tumpah, kalau tumpah rasa malunya akan bertambah seratus kali lipat.

"G-gue bisa sendiri." Icy tersenyum. Ia menolak halus tawaran orang itu sambil berdiri.

Ken dan Rei berjalan mendekati TKP jatuhnya Icy. Jei dan Icha sudah berdiri dari tempatnya.

"Lo gak apa?" Tanya Jei.

Icy tertawa kecil. "Sans. Gue gak apa, cuma memar dikit."

Icy ditabrak agak keras hingga saat jatuh tadi menimbulkan bunyi. Itu sebabnya banyak yang menatapnya, karena itu pula Icy menjadi sangat malu. Tapi dia tidak bisa menyalahkan si penabrak, cowok itu tidak sengaja.

"Griffin?" Ken memiringkan kepalanya sambil menatap cowok yang menabrak Icy tadi.

"Ken? Loh, ada Rei juga." Cowok yang dipanggil Griffin tersenyum lebar menatap Ken dan Rei secara bergantian.

Sesaat mereka saling berpelukan ala laki-laki. Ken ikut tersenyum membalas senyuman Griffin.

Apa jadinya kalau tiga cogan bertemu? Mereka menjadi pusat perhatian.

"Gue pikir kalian di NY. Kapan balik?" Tanya Griffin.

"Dah, lama bro. Mungkin 3 tahun yang lalu." Jawab Ken.

Icy menggaruk tengkuknya. Dia tidak bisa berlama-lama. Soal lesnya itu Icy tidak berbohong. "Guys, gue duluan."

Icy menggoyangkan layar ponselnya yang menunjukkan angka empat. Ia harus buru-buru kalau tidak dia akan terjebak macet.

"Eh, tunggu." Suara Griffin mencegah kepergian Icy.

"Ya?" Icy berhenti sejenak sambil berbalik.

"Gue...anter boleh? Sebagai ganti yang tadi. Gue masih gak enak. Soal tadi sori, ya?" Griffin tersenyum kecil. Ia harap permintaan maafnya dikabulkan.

D O ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang