Doi#19

65 4 2
                                    

Cinta itu tidak mudah dimengerti. Dia datang sendiri dan tidak terasa sudah menjadi bagian dalam hidup kita.

Cinta memiliki pengertian yang luas. Bukan hanya tentang cintaku padamu, bukan pula soal cerita klise dua remaja yang mencintai.

Cinta itu bisa seperti kamu dengan keluargamu, sahabatmu, hewan peliharaanmu, orang di sekitarmu, benda-benda alam, dan hidupmu.

Dan saat ini. Rei jatuh cinta. Ia jatuh cinta pada teman yang sering menemaninya di saat sulit. Selalu ada saat ia sendiri. Teman yang sering diajaknya curhat dalam diam.

Namanya adalah Pilko.

Ya. Rei jatuh cinta pada kucing sahabatnya. Di antara semua yang dilihatnya, Pilko adalah yang paling manis. Dia bisa mendengar curhatannya tanpa sok tahu dan sok menasihati. Rei butuh didengarkan.

Namun setiap sesi curhatnya dimulai, majikannya selalu mengambil Pilko dan hilanglah kesempatannya untuk bercerita.

Ia hanya bisa menghela nafas dan menatap bola bulu yang menjauh dalam gendongan Ken.

Mungkin kali ini Rei akan mulai membiasakan diri untuk bercerita dengan bantal peluknya. Setidaknya untuk sekali, ia berharap bantal yang sering didekapnya di malam hari bisa mendengar keluh kesahnya.

Namun Rei sadar. Jika itu terjadi, ia akan menjadi orang gila untuk pertama kalinya.

##

Ken mengelus Pilko. Kucing itu adalah makhluk paling bahagia karena bisa disentuh pemuda tampan dan baik hati.

Ken mulai membawa Pilko pergi saat Rei akan bercerita tentang masalahnya pada kucing itu.

Rei bukan satu-satunya orang yang ingin curhat pada Pilko. Sebagai majikan yang kurang belaian, Ken juga mau berkeluh kesah.

Keluhan apa lagi kalau bukan soal percintaannya?

Sesama jantan, Ken ingin membagi pengalaman sesama patah hati, yang lawan jenis malah memilih lelaki lain.

Pilko pernah ditolak mentah-mentah oleh beberapa kucing betina di jalanan. Karena belum pernah kawin, Ken meminta salah satu temannya membawa kucing betina untuk dicomblangkan. Sayangnya si kucing betina jual mahal dan mereka tidak jadi kawin. Saat itu untuk pertama kalinya Pilko tidak mau makan selama satu minggu.

Ken heran. Padahal menurutnya, Pilko itu tampan, dia perhatian, dan lucu. Apa yang kurang dari Pilko. Oh, kasihan temannya yang satu ini.

Tidak, tidak. Kasus cintanya lebih buruk.

Jei menyukai orang lain, yaitu sahabatnya. Tapi sahabatnya tidak menyukai gadis itu.

"Pilko...gue harus ngapain?" Rengeknya pada si kucing.

"Oh bidadari...kok lo mau sama beruang kutub? Gue pengen bilang, tapi belum bisa...oh bidadari..." Bibir Ken mulai meracau di hadapan Pilko.

Pilko membuka mulutnya. "Alay lo."

Ken langsung menatap Pilko. "Lo bisa ngomong?"

Pilko membuka mulutnya lagi. "Ya enggaklah oon. Bola bulu ginian kok bisa ngomong."

Di perbatasan pintu kamar Ken, Rei berdiri sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

Ken melihat Pilko dan Rei bergantian. Terlalu larut dalam curhatannya kadang membuat otak cair menjadi padat seketika. Ken menggigit bibirnya malu.

"G-gue yang alay kok lo yang repot!"

Rei mengedikkan bahunya. "Tumben aja lo penyakitan."

Ken melotot dengan telinga memerah. "Lo pikir gue pengidap penyakit jiwa?!"

"Lo tadi mikir Pilko bisa ngomong kan?"

"Y-ya itu kan lo yang jahilin gue!"

"Hm."

"L-lo juga sering curhat sama Pilko! Ngaku!"

"Tapi gak alay kek lo...'Oh bidadari!'" Rei menyeringai nakal, menirukan bagaimana Ken bercerita kepada kucingnya.

Wajah Ken penuh dengan warna merah hingga ke telinga. Meski Rei adalah sahabatnya, tidak semua sikap ditunjukkan pada Rei. Justru Ken lebih sering menjaga image nya di depan Rei.

Terdengar dengusan pelan dan singkat yang merupakan ciri khas tawa kecil Rei. Ken tahu, Rei sedang menertawakannya.

"Anj*ng! Sini lo Rei, gue banting!"

Pelan-pelan Rei menutup pintu, saat masih terbuka sedikit, Rei mengintip lalu tertawa kecil mengejek Ken. "'Oh bidadari'... ntar gue kasi tau ke Jei."

Ken merasakan wajahnya panas. Tapi hatinya juga panas ingin meledak karena kesal, perasaannya bercampur antara malu dan kesal. Kalau Rei bilang seperti itu kemungkinan 98%, Rei benar-benar membuka aibnya di depan Jei. Dan 2% nya, Ken harus menghentikan rencana jahil Rei.

"Woi, Rei! Rei! SI*LAN! BALIK SINI LO, N*JING!"

##

Jei merasa tubuhnya lelah. Ia melihat jam di dinding. Jam tujuh malam. Ia kadang pulang malam dari sekolah. Di tubuhnya masih melekat baju seragam.

Secepat kilat, Jei mengganti bajunya dan membuka Instakilo. Selama setengah jam tidak ada yang menarik. Lalu tiba-tiba muncul notifikasi WhyUp di layar ponselnya.

Teman-teman di group kelasnya sedang membicarakn sesuatu. Dan mereka sangat berisik.

"Apaan sih? Heboh banget." Gumam Jei lalu membuka class group sepintas.

"Oh, ultah." Jei mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia ingin menggerakkan jarinya untuk kembali ke Instakilo namun tertahan oleh satu bait kalimat kiriman temannya.

"Serius lo?!" Teriak Jei tanpa sadar setelah membacanya.

"JEI! SUDAH MALAM JANGAN BERISIK!"

Jei langsung menutup mulutnya dengan bantal kala mendapat teguran. Kalau benar yang dikatakan temannya, ia pasti akan menantikan hari itu datang.

##

TBC!

Guys, mulai sekarang aku bakal pake plesetan nama buat merk, media, atau apapun yang diciptakan orang lain yang gak asing buat kalian.

Contoh kek TokTik, Instakilo, Nesiamaret, dll.

Buat yang belom ada plesetannya di chapter-chapter sebelumnya, baru aja aku revisi.

Oke sekian. Thanks 4 reading!

D O ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang