Sebaik-baik bacaan ialah Al-Qur'an.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ***
"Om mau bawa Capik ke mana? Telus Tante Capik kok tinggalin aku?"
Alvin tersenyum seraya mengusap lembut kepala Syafiq, "Sekarang kamu tinggal sama Om, kamu mau kan?"
Syafiq diam, ia masih tidak mengerti arah pembicaraan Alvin, "Maksudnya Om mau culik aku?"
"Iya Om akan culik kamu selama-lamanya," Alvin terkekeh pelan.
"HAH?! Jadi Om penculik?"
Melihat ekspresi wajah terkejut Syafiq membuat Alvin dan Rasyid tertawa, "Memang ada penculik baik?" goda Alvin yang membuat Syafiq mengangguk-anggukan kepala, "iya juga cih Om."
"Mulai sekarang, Syafiq akan jadi teman Om? Mau kan?" ucap Alvin sembari masuk ke dalam mobil dan Syafiq di gendong oleh Rasyid.
"Mau Om!" teriak Syafiq girang yang membuat Alvin dan Rasyid tersenyum hangat.
Selama perjalanan mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol, kadang kali menggoda Syafiq dan akhirnya Syafiq tertidur di pangkuan Rasyid.
Rasyid baru sadar ternyata tubuh Syafiq ini lebam-lebam akibat cubitan sang tante, sungguh Rasyid merasa menjadi orang baik karena bisa menolong bocah kecil yang terlepas dari manusia jahat dan tak punya hati dengan teganya menyakiti tubuh bocah kecil yang belum mengerti apa-apa.
"Kak aku ngerasa kita jadi orang baik hari ini," ujar Rasyid membuka pembicaraan.
"Maksud kamu?"
"Kak Alvin lihat nih, tangan Syafiq biru semua, badannya juga. Rencana Allah indah Kak, Allah tidak membiarkan Syafiq terus-terusan tersiksa sama tantenya. Entah kebetulan atau tidak kita selamatkan dia."
Alvin menoleh sekilas dan tersenyum. Hatinya kini menghangat, Alvin janji pada dirinya sendiri akan menjaga Syafiq dengan benar dan penuh kasih sayang.
"Kira-kira ibu dan ayah setuju ga Kak? Mereka pasti kaget."
"Nanti Kakak yang coba buat bicara sama mereka. Kak Alvin yakin ibu sama ayah setuju."
Rasyid mengangguk.
Setelah dua puluh menit perjalanan, kini mereka sudah sampai di rumah, "Hey bangun kita sudah sampai," Rasyid menepuk-nepuk pelan pipi Syafiq.
Syafiq membuka matanya perlahan, "Capik di mana Om?"
"Di rumah Om, yuk turun," sahut Alvin antusias, tangannya ia rentangkan ke arah Syafiq, ingin menggendongnya.
Syafiq pun langsung menjatuhkan diri di gendongan Alvin, "Anak pintar," Alvin mengacak rambut Syafiq gemas.
"Assalamuallaikum," salam Alvin dan Rasyid bersamaan.
Tidak ada jawaban dari dalam rumah.
Alvin tau kedua orang tuanya ada di mana, langkah kakinya menuju musholla karena memang menjelang magrib Akmal dan Maryam sedang mengaji.
"Assalamuallaikum Ayah, Ibu."
"Waallaikumsalam warahmatullah," Akmal dan Maryam menoleh ke asal suara.
Kening mereka berkerut melihat bocah laki-laki yang tidak dikenalinya berada di gendongan Alvin.
"Anak siapa yang kamu bawa Al?" tanya Maryam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu Imamku
Ficção Adolescente"Maaf Maira, saya nggak bisa menjelaskan. Saya salah, yang saya bisa saat ini hanyalah menikahimu." -Alvin Zaidan Al-Kahfi- "SAYA NGGAK MAU KAMU MENIKAHI SAYA! SAYA MAU KAMU MENJELASKAN YANG SEBENARNYA TERJADI? PAHAM NGGAK?! DASAR BRENGSEK!" ...