15. Bertengkar

9.7K 530 14
                                    

Sebaik-baik bacaan ialah Al-Qur'an.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Jikalau kamu diberi cobaan oleh Allah, percayalah itu tandanya Allah sayang kepada kamu.

-Untukmu Imamku-

***

Setelah sholat subuh Maira bersiap-siap membereskan buku-buku miliknya. Ini adalah hari pertamanya kuliah di semester dua. Syukurlah, Maira tidak perlu mengkhawatirkan soal Syafiq lagi karena Alvin sudah mencarikannya baby sister, masalah dapur juga sudah ada mbok Wiwin, Maira sangat beruntung karena Alvin cepat tanggap masalah itu.

Hari ini juga hari pertama Syafiq masuk sekolah di TK Bintang Abadi, letaknya tidak jauh dari rumah mungkin sekitar sepuluh menit untuk sampai sekolahnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 Maira baru selesai berdandan, lalu ia melangkah menuju kamar Syafiq untuk membangunkannya.

"Sayang bangun, hari ini kan sekolah," Maira menepuk-nepuk pelan pipi Syafiq.

Merasa ada yang menyentuh pipinya Syafiq langsung membuka matanya, "Hali ini Capik cekolah ya Mammy?"

"Iya sayang, yuk mandi," Maira pun langsung memandikan Syafiq dengan cepat karena jadwalnya hari ini pukul tujuh, kalau telat bisa-bisa terkena serangan mendadak karena omelan dari sang dosen.

"Mbok Win aku pergi dulu ya, bilang sama Mbak Tika antar Syafiq sekolah," Maira buru-buru keluar dari rumah dan berangkat menuju kampusnya.

"Maira, tunggu!" panggil Alvin.

"Kenapa? Saya buru-buru," Maira melihat jam di pergelangan tangannya.

"Bareng sama saya aja."

Karena sekarang jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, Maira mengiyakan ajakan Alvin. Dan di sinilah dia sekarang, di dalam mobil bersama Alvin dicengkram keheningan.

Alvin membuka suaranya ketika beberapa menit dilanda keheningan, "Kamu pulang jam berapa? Mau saya jemput?"

"Enggak tau."

"Bener nggak tau?"

"Ya."

"Sampai kapan kamu mau jutek terus?"

"Enggak tau," lagi-lagi Maira menjawab 'gak tau' yang membuat Alvin merasa jengah dengan wanita itu.

Kali ini Alvin memilih diam dan fokus mengendarai mobil. Bicara dengan Maira sangat-sangat menguji kesabarannya.

Entah ada angin apa, Maira membuka suaranya, "Saya mau bicara," tatapan matanya kosong menatap jalanan.

"Bicara apa?"

"Saya nggak mau sampai ada yang tau kalau kita sudah menikah."

Alvin masih diam mendengarkan Maira berbicara.

"Kalau ada yang menanyakan kamu sudah menikah atau belum, jawab saja belum," lugas Maira, nada suaranya terdengar dingin.

Untukmu ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang