Part 2

20.8K 409 2
                                    

Zea membuka pintu kantor nyonya Berta, ibu kepala panti asuhan.

"Zea, kemari lah." Berta melambaikan tangan dan menyuruh Zea duduk disampingnya.

Zea duduk dan sedikit terkejut dengan pria tua dihadapan nya.

"Tuan?" Zea menatap Louis penuh tanya.

"Nyonya bisakah tinggalkan kami. Ada hal yang ingin ku bicarakan dengan Zea." Louis menatap Berta serius.

"Tentu saja Tuan Grissham." Berta beranjak dari duduknya dan keluar meninggalkan mereka berdua.

"Zea, aku ingin memberikan nama keluarga ku." Louis bicara tanpa basa-basi.

Zea sangat terkejut dengan ucapan Louis.

"Ta--tapi Anda baru mengenal saya kemarin. Bagaimana mungkin ingin mengadopsi ku?" Zea tergagap sambil menatap lirih Louis.

Louis menatap Zea dalam diam, memperhatikan gadis bermata bulat dengan iris cokelat itu, Zea terlihat seperti boneka yang sangat cantik.

Tatapannya hangat mampu membuat siapapun menyukai nya.

"Kau tahu, saat ini panti asuhan sedang kesulitan dana. Setahun terakhir hanya 20% pemasukan dari para donatur. Apa kau tidak kasian dengan adik-adik mu di panti asuhan ini?" Louis mencoba membujuk Zea dengan menyinggung panti asuhan.

Zea menunduk sedih. "Benarkah? aku sama sekali tidak tahu hal itu."

Dia sudah 16tahun berada di panti asuhan ini, sudah cukup menyusahkan nyonya Berta. Apalagi biaya sekolah nya juga harus ditanggung oleh ibu panti, walaupun ada beasiswa tetap saja harus membeli buku dan yang lainnya. Dan ada adik-adik yang lebih membutuhkan uang.

"Kalau kau ikut bersama ku, sekolah mu akan terjamin. Kau pasti ingin kuliah kan?" tanya Louis.

Zea hanya menggangguk pelan. Itu adalah keinginan terbesar nya, dia ingin jadi sukses agar dapat membalas jasa panti asuhan ini.

"Aku sudah melihat nilai sekolah mu. Kau selalu mendapat juara pertama, sangat disayangkan kalau kau berhenti sekolah. Bagaimana?" Louis mengetuk jari di meja.

"Tapi tidak gratis, aku akan bekerja untuk Tuan. Walaupun harus menjadi pelayan," tawar Zea.

"Aku tidak mencari pelayan. Tapi kalau kau memang tidak ingin gratis, bekerja lah di kantor ku setelah lulus. " Louis tersenyum menatap gadis kecil dihadapan nya.

Sungguh dewasa pemikiran gadis itu,” pikir Louis.

Berta mengurus surat-surat adopsi Zea. Dia sangat sedih harus berpisah, Zea sudah seperti anaknya sendiri. Selama 16 tahun dia merawat gadis itu, ibarat seorang ibu yang akan menikah kan putrinya dan berpisah.

Louis belum memberitahu kan rencana sebenarnya, Zea yang harus menikah dengan Nathan. Cucu satu-satunya yang senang menghamburkan uang.

Mereka berhenti di sebuah rumah yang megah seperti istana. Zea bahkan tidak pernah bermimpi melihat rumah sebesar itu.

"Tuan, apa benar ini rumah mu?" mulut Zea mengganga terpana melihat rumah kediaman Louis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuan, apa benar ini rumah mu?" mulut Zea mengganga terpana melihat rumah kediaman Louis.

"Tentu saja, ini juga akan jadi rumah mu sekarang." Louis tersenyum melihat ekspresi Zea seperti anak kecil yang sangat polos.

"Maria… antar nona ke kamar tamu." Louis memanggil seorang pelayan. Wanita itu datang dan tersenyum, dan segera membawa tas Zea.

"Nona, ini kamar Anda untuk sementara. Karena kamar a
Anda akan di desain sesuai keinginan anda nanti. Selamat istirahat Nona." Maria melangkah keluar dan menutup pintu.

Zea tak bisa berkata-kata, kamar tamu itu sangat besar. Mungkin tiga kali lipat dari kamar nyayang ada di panti asuhan.

Sophia berjalan tergesa-gesa menemui Louis.

"Ayah, aku dengar gadis itu ada disini?" Dia menatap sekeliling mencari Zea.

"Dia ada dikamar tamu." Louis menjawab tanpa melihat wajah Sophia.

"Kenapa menginap disini? memang orang tuanya tidak marah?" oceh Sophia.

"Dia yatim piatu," ucap Louis tegas.

"Apa?" pekik Sophia tak percaya.

"Dengar! Jaga ucapan mu ketika bertemu dia, aku tidak akan memaafkan kalau kau berani menyakiti hatinya," ancam Louis dengan tatapan tajam, Sophia beringsut ketakutan.

"Tugasmu adalah menjadi ibu mertua yang baik, mengerti!" Louis menunggu jawaban Sophia.

"Iya, aku mengerti." Sophia menggangguk dan pamit pergi tanpa menemui Zea terlebih dahulu.

Sophia sampai di kantor James. Dia sedang merengek kepada suaminya, agar membatalkan rencana kakek.

"Sayang… bujuk ayah lagi, aku tidak mau punya menantu yatim piatu miskin. Nanti teman-teman semua akan mentertawakan aku." Sophia terlihat frustasi.

"Sudahlah. Jangan mengeluh!! Kau ingin ayah melempar kita ke jalanan. Kau tahu sendiri bagaimana ayah." James tak mau ambil pusing.

"Pergi lah ke apartemen Nathan. Bujuk anak itu agar mau menikah," lanjut James sambil membolak-balik laporan kantor.

Sophia hanya mendengus kesal kepada suaminya dan berlalu pergi.


******


Apartemen Nathan.

"Mom kenapa wajahmu pucat? kau sakit?" Nathan khawatir melihat wajah Sophia yang suram.

"Kakek mu sudah pikun. Bagaimana mungkin dia memilih gadis yatim piatu sebagai istri mu."Sophia terisak pelan.

"Apa?? mana mungkin kakek begitu. Mungkin dia hanya bercanda"Nathan mencoba menenangkan Sophia.

"Bercanda apa? kakek mu tidak pernah bercanda seumur hidup nya," ucap Sophia sambil mengusap pipi nya yang basah karena menangis.

Walaupun Nathan sempat terkejut mendengar cerita ibunya, tapi dia berusaha tetap tenang.

Dia akan memikirkan cara menyingkirkan gadis itu.

"Mom… lebih baik kita melihat gadis itu dulu. Mungkin kalau kita berikan uang yang banyak, dia akan pergi dari rumah kakek." Nathan menyeringai devil menatap ibunya.

"Kalau gagal bagaimana? bukan hanya kakek, tapi ayah mu juga akan murka." Sophia terlihat cemas.

"Tenang saja. Akan ku pastikan gadis itu sendiri yang meminta keluar dari rumah kakek." Nathan menenangkan ibunya.

Sophia pun menggangguk setuju dengan ide anaknya. Setidaknya dia bisa tenang untuk sekarang.

Bersambung...

Jangan lupa kasih vote ya 💋💋💋

2. Please..Hug Me (Sexy Love) THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang