Pagi-pagi sekali, Zea sudah menyiapakan sarapan pagi untuk Louis.
"Di mana Nathan?" tanya Louis.
"Mungkin masih tidur." Zea menjawab tidak peduli.
Tak berselang lama, Nathan melangkah turun dengan wajah gembira.
"Kau terlihat senang." Louis tersenyum menatap cucunya.
"Tentu saja. Semalam adalah malam yang paling indah di dalam hidup ku." Nathan mengerlingkan sebelah mata kepada Zea.
"Ada apa dengan mata nya? apa dia sakit mata?" Zea mengerutu dalam hati karena tingkah Nathan.
"Nath..kakek akan mendaftarkan Zea di kampus yang sama denganmu," ucap Louis.
"Kenapa harus disana?" tanya Nathan sedikit kesal.
"Kau kuliah disana, jadi sepantasnya Zea ada di dekat mu.."jelas Louis.
"Kakek, apa tidak bisa di kampus lain saja?" Zea mencoba membujuk Louis lagi.
"Kenapa? kau tidak mau kuliah di Universitas Fordham? itu adalah kampus yang paling bagus." Louis menatap Zea lalu melanjutkan makan.
"Baiklah..kalau itu yang terbaik menurut kakek. Aku akan kuliah disana." Louis langsung tersenyum mendengar jawaban Zea, sementara Nathan hanya diam tak peduli.
Setelah sarapan, Zea dan Nathan kembali ke kamar mereka.
"Kau harus ingat ucapan ku semalam!!" Nathan melemparkan koper ke lantai.
"Rapikan baju-baju ku. Ingat, semua harus di susun sesuai warna," sebelum Zea menjawab, Nathan sudah keluar dari kamar.
"Wah..apa dia raja? tentu saja dia dibesarkan seperti raja!" Zea menendang koper Nathan.
Tak lama Maria masuk dan membawa barang-barang Nathan ke kamar.
"Bibi, apa dia mau pindah? kenapa semua barang nya dibawa kemari?" tanya Zea heran.
"Ini semua barang yang baru dibeli, Nona. Tuan besar yang ingin tuan muda tinggal disini." jawab Maria dan mulai merapikan barang-barang Nathan di ruang khusus baju dan barang-barang lainnya.
Ini hari pertama Zea bersama teman-temannya di Universitas Fordham.
"Hey, bukannya Nathan juga kuliah disini?" ucap Helen tiba-tiba.
"Benar, kita beruntung sekali bisa kuliah di tempat yang sama dengan pria paling tampan di dunia." Anna tersenyum senang.
Sungguh menurut Zea mereka terlalu memuji pria sombong itu.
"Ayo, kau harus mengenalkan kami." bujuk Rose tak sabar.
"Maaf. Aku tidak cukup dekat dengan nya." Zea memasang wajah menyesal.
Terlihat teman-temannya langsung kecewa.
"Sudah. Jangan kecewa begitu. Lihat ini adalah surga pria tampan." Anna menunjuk para pria di kampus itu yang rata-rata tampan semua.
"Lihat..itu Nathan." Helen menunjuk kearah tiga pria yang sedang dikelilingi para wanita.
"Astaga… siapa wanita itu?" Anna menatap Jane yang sedang bergelayut di lengan Nathan.
"Entah lah.." Zea bersikap tak peduli.
Seperti kata Nathan, hubungan mereka hanya tuan dan pelayan.
"Apa yang kalian lihat?" Mark dan Kai bergabung bersama mereka.
"Apa lagi? tentu saja para pria tampan." Rose terkekeh.
"Hei… kami berdua juga tampan, jadi lihat kesini saja," protes Kai.
Zea dan teman-temannya pun tertawa.
"Aku harap kita bisa terus sekelas." Mark mencuri pandang kepada Zea.
"Kau berharap kepada siapa? harus lebih jelas." goda Helen.
"Tentu saja---kalian semua" jawab Mark malu-malu.
"Hentikan!" Nathan menepis tangan Jane dengan kasar.
"Kenapa kau selalu saja menolak ku?" Jane sangat kesal.
"Apa perlu aku jawab!" bentak Nathan dan meninggalkan Jane yang sudah memerah karena malu dilihat para mahasiswa.
"Nath… bukankah itu istri mu?" Greg melihat ke arah Zea dan teman-temannya.
"Siapa pria itu? sepertinya dia menatap istrimu dengan penuh cinta." goda Devon.
"Ingat..kalian jangan mengatakan kepada siapapun dia istriku" ancam Nathan.
"Oke..tapi jangan menyesal kalau para pria mengejarnya."Devon tersenyum jahil.
"Lihat teman-temannya juga sangat sexy dan menarik. Sial.. pagi-pagi aku jadi ingin bermain di ranjang." gerutu Devon.
"Dasar bodoh..otak mu hanya berisi selangkangan wanita!" Greg memukul kepala Devon dengan buku.
'Temui aku di toilet.' Sebuah pesan masuk di ponsel Zea.
Tentu saja dari nomor Tuan Nathan-nya. Zea pun cepat-cepat menuju toilet.
"Ada apa?" tanya Zea tanpa melihat Nathan.
"Hei, bukannya kau harus memanggil ku tuan." Nathan mendengus kesal.
Zea memutar bola mata. "Baiklah Tuan yang terhormat..ada perlu apa?"
"Aku haus. Belikan minuman di kantin," ucap Nathan, yang membuat Zea melotot tak percaya.
"Cepat. Apa lagi yang kau tunggu!" bentak Nathan.
Zea pun segera pergi menuju kantin menuruti kemauan Nathan.
"Seenaknya saja! aku sudah tahu kalau dia akan mempermainkan ku seperti ini. Seharusnya aku tolak saja usul kakek untuk kuliah disini." Zea mengerutu dalam hati.
Zea berlari tergesa-gesa membawa pesanan Nathan.
"Ini.." Zea menyodorkan botol minuman nya.
"Terimakasih." Nathan langsung mengambil botol itu dan tanpa rasa bersalah lalu membuang nya ke tempat sampah.
"Hei, apa kau gila?" Zea membelakan mata melihat tingkah Nathan.
"Kenapa? apa kau tidak suka?" Nathan tersenyum sinis.
"Baiklah Tuan, kalau begitu aku akan kembali ke kelas dulu." Zea mengatur nafas untuk menenangkan diri.
"Siapa bilang kau bisa pergi," ucap Nathan sambil menarik tangan Zea yang akan berbalik pergi.
"Tolong lepaskan tangan Anda, Tuan yang terhormat. Aku tidak mau seluruh wanita di kampus ini salah paham." Zea mencoba lepas dari cengkraman Nathan.
"Kenapa salah paham? Sekarang kau adalah istri ku." Nathan mendekatkan wajahnya kepada Zea.
Suara ponsel Zea berdering, Jack menelpon memberi tahu akan menjemput nya di kampus.
"Apa bodyguard mu itu selalu bersama mu?" tanya Nathan sinis.
"Bukan urusan mu!" Zea segera menepis tangan Nathan dan berbalik pergi.
"Dasar tidak sopan!" Nathan terkekeh menatap punggung Zea.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Please..Hug Me (Sexy Love) THE END
Romance🔥Mature Content🔥 ( Sudah terbit di Google Playstore, klik link yang ada di bio ya👆 ) Hanya cerita klasik tentang si Miskin dan si Kaya. Cerita tentang Eilazea Lauren, gadis yatim piatu dan Nathan Almer Grissham, pria pewaris tunggal Grissham Glob...