3. Purple Is my life

29 2 0
                                    

Arania  Ayu POV

Tok tok tok

"Aran!" Teriak mamah dari luar kamarku.

"Apa Mah?" Aku membukakan pintu untuk mamah yang sudah berada di depan kamarku.

"Ada Rian tuh di bawah," ucap mamah.

"Hmm," desisku tak jelas. Aku kembali masuk ke kamar dan menjatuhkan tubuhku ke atas ranjang.

Mamah mengikuti langkahku kan duduk di tepi ranjang.

"Temuin Rian dulu Ran, kasian dia baru pulang ke Indonesia mau cari kamu tuh," jelas mamah panjang.

"Aku udah ketemu dia mah, males turun ke bawah lagi," tolakku sambil terus membenamkan wajah di bawah bantal.

Malas rasanya jika harus kembali ribut tentang penampilanku yang dibilang aneh oleh Rian. Pria yang baru kembali namun sudah banyak mengomentari hidupku.

"Yuk turun dulu Ran." Mamah menarik tanganku dan aku hanya bisa pasrah berdiri lalu turun ke bawah bersama mamah.

Aku berjalan ke arah ruang tamu sedangkan mamah ke dapur.
Sesampainya di ruang tamu, aku melihat Rian yang sedang melihat-lihat foto yang terpajang di salah satu dinding. Dan aku tahu pasti fotokulah yang jadi incaran matanya.

"Ehem," gumamku tepat di belakangnya.
Rian membalikkan badan ke arahku.

"Rumah gue bukan museum ya mas," ucapku sambil menyilangkan tangan di dada.

Rian membalas dengan kekehan pelan seolah ucapanku lucu.

"Gapapa kali kan cuma liat-liat doang," balasnya sambil menatap wajahku.

"Hmm, ya udah mau apa ke sini?" Tanyaku dengan nada yang terdengar dingin.

"Tadi lo kenapa ninggalin gue?" Rian mendekatkan wajahnya ke arahku. Jarak wajahku dan wajahnya hanya 5cm.
Jantungku bergerak dengan kecang, wajahnya begitu dekat dengan wajahku bahkan napasnya saja dapat aku rasakan.

"Abis lo mgeselin," ucapku setelah tersadar dari lamunanku.

Aku menekan hidungnya dengan telunjukku lalu mendorongnya agar wajahnya menjauh dari depan wajahku.
Setelah wajahnya sudah menjauh, aku langsung pergi menuju dapur agar dirinya tidak melihat pipiku yang kurasa sudah memerah.

Rasa apa ini, detak jantungku seperti sedang berlari kencang ketika tadi menatap wajahnya dengan jarak yang begitu dekat. Aku tidak mengerti tentang perasaan aneh ini yang aku tahu Rian hanyalah sahabat kecilku dan tidak lebih dari itu.

Aku mengambil segelas minum ketika sudah berada di dapur. Menengguk air seperti orang kehausan.

"Ko kamu di sini?" tanya Mamah sambil terus mengaduk sirup yang ia buat untuk Rian.

"Haus mah," jawabku singkat.

"Ya udah anter minum buat Rian dulu nih." Mamah menyerahkan nampan kecil berisi satu gelas sirup dan juga beberapa kue di piring.

"Mamah aja ah, aku mau tidur," ucapku lalu pergi meninggalkan Mamah di dapur.

"Ran!" Teriak Mamah dari belakangku. Aku tidak berbalik dan terus menaiki tangga untuk sampai ke kamar.

Untuk apa menghabiskan waktu dengan Rian, pria yang baru kembali namun sudah begitu banyak bicara. Menurutku dia lebih baik tinggal di Australia dari pada balik ke Indonesia lalu mengomentari hidupku. Dia tidak mengerti bagaimana hidupku, dia terlalu lama jauh dariku dan dia tidak tahu kenapa aku berubah seperti ini.

Rian sama saja dengan mereka yang melihatku aneh dengan warna ungu yang selalu melekat di tubuhku. Aku memang sangat menyukai warna ungu bahkan kamar yang menjadi tempat ternyaman untukku juga dipenuhi dengan dekorasi serba ungu.

 Aku memang sangat menyukai warna ungu bahkan kamar yang menjadi tempat ternyaman untukku juga dipenuhi dengan dekorasi serba ungu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inilah hidupku, seorang purple girl yang dibilang aneh menurut sebagian dari mereka. Bukannya aku tidak tertarik dengan warna lain, tapi aku lebih merasa hidup dengan warna ungu kesukaanku.

Kalau kalian suka warna apa? Jangan lupa vote and comment.
Follow ig @arraya.raiyes @sri_ayuni0104
Pict by fanspage (fb) @purple lover

Purple GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang