12. Bangku tunggu

20 3 0
                                    

Author POV


Ada saatnya dimana jarak akan kembali bekerja. Memisahkan dua insan yang sedang dalam romansa, tapi di saat yang bersamaan pula, ada sesosok cinta yang siap mengalahkan jarak yang ada. Dia adalah cinta yang bertahan di kala hal yang ada di dunia memisahkan. Sebuah cinta luar biasa yang selalu jadi juara bertahan diantara lawannya.

Aran tengah duduk tepat di samping pria yang sebentar lagi akan hilang dari penglihatannya. Mereka sudah memasuki bandara dan tinggal menunggu waktu keberangkatan yang tersisa 15 menit lagi.

"Ran?" Panggil Rian. Aran menoleh ke arahnya, tatapan serius begitu terlihat di sana.

"Hmm?" Gumam Aran tak jelas namun tetap terselip tanya.

"Gue bakal rindu lo."

Ucapan Rian sukses buat Aran diam dan hampir menangis, suasana yang ada tidak seperti biasanya. Saat ini suasana haru begitu terasa sesakkan dada.

Aran tersenyum ke arah Rian yang masih tetap menatapnya dalam.

"Gue juga bakal rindu lo," ucap Aran setengah tertahan karena matanya juga sedang menahan agar air matanya tidak keluar.

Rian membalas senyum Aran lalu tangannya meraih tangan wanita yang ia tahu sedang menahan air mata.

"Gue pengen lo bahagia Ran, selama gue gak ada di sini, lo harus tetap bahagia dengan apapun yang ada di hidup lo."

"Gue akan selalu bahagia, lo harus percaya itu, lo juga harus bahagia," balas Aran.

"Gue akan selalu bahagia melihat lo bahagia," ucap Rian sambil terus memegang tangan Aran yang sudah bergetar. Rian sangat hapal dengan sifat Aran yang satu ini, wanita itu akan terlihat lemah jika lawan bicaranya berbicara terlalu serius. Namun Rian rasa ini memang serius, karena ia benar-benar tidak mau melihat sahabatnya merasa sedih kehilangan dirinya.

Aran mengeluarkan air mata yang sejak tadi ia tahan. Kata-kata pria itu berhasil buatnya terlihat lemah sekarang. Hingga Aran merasa gagal saat ini, air matanya terlalu memberontak untuk keluar dan jatuh di pipinya. Sesak yang terasapun semakin menyiksa kala Rian memeluk dirinya yang sudah tak bisa apa-apa.

Semua diam, hanya ada tetesan air mata dan pelukan di sana, di bangku tunggu keberangkatan.

Tangan Rian terus mengelus rambut hitam-ungu milik Aran dengan lembut. Ia coba menenangkan wanita itu, walau sebenarnya ia pun rapuh.








Aku juga akan merindukanmu Rian.







8 menit lagi pesawat Rian akan berangkat. Ia sudah siap-siap untuk menaiki pesawat.

"Ran ini kunci mobil gue dan ini kunci rumah gue" Rian memberikan kunci yang dibilangnya ke Aran.

Aran hanya mengangguk karena dirinya masih merasa sedih sejak pembicaraan di bangku tunggu tadi.

"Jangan sedih lagi, gue pasti balik ko ke sini," ucap Rian sambil memegang pundak kanan Aran. Aran hanya menatap pria di depannya dengan senyum kecil agar dia terlihat sudah baik-baik saja, walau sebenarnya tidak.

"Lo boleh ke rumah gue ataupun pake mobil gue," tambah Rian.

"Iya Ian, oh iya makasih ya buat sepatunya." Aran akhirnya berhasil bersuara setelah kalah dengan sedih yang sempat menguasainya.

"Itu emang buat lo," ucap Rian cepat lalu memeluk tubuh Aran.

Aran tidak mau kembali tergoncang karena pelukan yang diberikan Rian, dia membalas pelukannya sebentar lalu melepasnya karena takut air matanya kembali jatuh.

"Ya udah gue pergi dulu ya, jangan lupa pesan gue," ucap Rian sebelum akhirnya pergi untuk menaiki pesawat yang akan membawanya ke Australia.

Mata Aran hanya bisa melihat punggung pria itu yang mulai menjauh dan akhirnya benar-benar hilang.

Tak butuh waktu lama, Pesawat yang Rian naiki mulai terbang. Mata Aran melihat pesawat yang membawa jauh pria yang ia sayangi. Tanpa sadar ia kembali gagal dalam mempertahankan air mata, hanya karena kepergian Rian, sahabatnya.

















Aku yakin kau mencintaiku, terima kasih waktu yang sebentar kemarin cukup membayar rinduku meski hari ini rindu itu akan kembali hadir di hatiku.

Mencintai?😱😱😱😱😱

Purple GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang