10. Surat

17 2 0
                                    

Author POV

Angin pagi tidak lagi terasa dingin karena mentari mulai naik ke atas permukaan bumi. Menghangatkan seluruh manusia dari dinginnya malam tadi.

Rian masih tertidur pulas di atas kasur empuknya. Dia masih menikmati hangatnya selimut biru tua.

Drrt drrrtt

Tangan Rian sibuk meraba sekeliling kasur, mencari keberadaan benda pipih yang baru saja membangunkan telinganya.

Mom : Rian jangan lupa titipan Mamah

Iya Mah nanti Rian beliin.

Rian meletakkan ponselnya di atas kasur yang berantakan lalu dirinya berjalan dan hilang di balik pintu kamar mandi.

***

"Gue harus apa coba?" tanya Rian pada cermin yang menampilkan wajahnya.

"Gue harus ngomong apa sama Aran? Mending dia mau maafin gue," oceh Rian.

Rian mengambil ponselnya.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.

"Ran lo kemana si?" Rian merapikan  rambutnya lalu pergi meninggalkan kamar yang masih berantakan.

Di tempat lain, seorang purple girl masih tertidur lelap di atas ranjang ungunya, selimut masih mentup sebagian badannya.

Tok tok tok

"Aran bangun! Kuliah gak?" teriak Shania dari luar kamar Aran.

Telinga Aran mendengar teriakan wanita paruh baya namun tetap cantik yang suaranya tak tertandingi itu.

"Kuliah siang Mah!" balas Aran dengan teriak.

Aran menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Ia ingin kembali tidur selagi hari ini kuliah siang. Dan dengan cepatnya Aran sudah kembali dalam tidurnya.

Shania menuruni tangga setelah tahu bahwa anaknya kuliah siang. Ia kembali ke dapur untuk membuat sarapan.

Tok tok tok

"Siapa si pagi-pagi udah dateng?" Oceh Shania heran setelah mendengar ketukan pintu dari luar.

Ia membuka pintu perlahan dan mendapatkan sosok Rian di luar sana.

"Pagi tante," sapa Rian.

"Eh Rian, ada apa?"

"Arannya ada tan?" tanya Rian cepat.

"Ada tapi masih tidur, sebentar tante bangunin dulu," ucap Shania.

"Hmm gak usah deh tan, Rian titip ini aja," Rian memberikan surat yang dia tulis untuk Aran ketika di mobil tadi.

"Ya udah nanti tante kasih ke Aran, oh iya Mamah kamu gak ikut pulang ke Indonesia?" tanya Shania.

"Gak tan, ini aja aku gak pulang ke rumah tapi ke apartemen,"

"Lho kenapa?" Tanya Shania lagi.

"Kalo pulang ke rumah sepi, jadi mending di apartemen aja" jelas Rian.

"Ohh iya juga sih," Shania mengangguk sambil ber-oh ria.

"Ya udah deh tan aku pulang dulu ya"

Rian berpamitan dengan Shania lalu pergi dengan mobil hitamnya.

***

Langit sudah begitu cerah dihiasi awan putih halus yang memanjakan mata manusia. Angin sejuk masuk lewat jendela kamar Aran yang terbuka. Belaian angin buat Aran sadar dari tidurnya. Aran membuka mata dan mendapati kamar yang sudah terang akibat cahaya matahari.

Aran beranjak bagun dan keluar kamar. Dengan mata yang masih setengah terbuka ia coba menuruni tangga sambil memegang pegangan tangga.

"Mah udah buat sarapan belum?" tanya Aran sambil mengucek mata.

"Mandi dulu Ran," balas Shania.

Aran duduk di depan meja makan lalu mengambil sepotong roti tanpa selai. Dirinya lebih suka roti tanpa selai kecuali selai anggur yang sudah pasti berwarna ungu.

"Oh iya itu ada titipan dari Rian."

Ucapan Shania sukses buat mata Aran terbuka sepenuhnya.

"Mana mah?" Aran mencari titipan yang dibilang Shania.

"Di meja ruang tamu deh kayanya"

Aran langsung berlari setelah mendapat jawaban dari Shania.

"Surat?" Batin Aran.

Untuk Aran

Ran maafin gue, gue gak tau mau bilang apa. Tapi gue mau jelasin kalo semalem gue gak bener-bener mau jalan sama Keysi, gue terpaksa jalan sama Keysi karena lo gak mau nemuin gue. Gue ke Indo cuma buat nemuin lo Ran.
Sekali lagi gue minta maaf udah ganggu lo selama gue di sini, nanti siang gue mau balik ke Australia. Gue mau siap-siap jadi gak bisa lama-lama di rumah lo.

Sorry. Bye Aran.

Deg

Maaf lama up nya, lagi banyak yang harus dikerjain dulu, jadi sabar ya all. Tungguin terus😘

Purple GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang