16. Surat

19 2 0
                                    

Raga Dinata POV

Terlihat begitu jelas betapa sinar bahagia terpancar dari mata Aran ketika dirinya mendapatkan telepon dari seseorang. Aku tidak dapat mendengar percakapan Aran dengan seseorang di telepon sana, Aran menjauh saat ingin mengangkat sambungan telepon yang masuk. Wanita itu terlihat begitu semangat saat berbicara di telepon dengan seseorang.

Aku dapat melihat gerak-geriknya yang seperti Aran biasanya, Aran yang kuat dan ceria padahal dia baru saja menangis, tapi entah mengapa hanya dengan sambungan telepon, wanita itu seolah lupa akan air matanya.

Sebegitu berhargakah seseorang di seberang sana buatmu Aran?

"Ga, gue pergi dulu ya, bye," ucap Aran setelah selesai teleponan dan kembali ke tempatku.

Wajahnya sudah berbeda, tidak lagi terlihat sedih bahkan aku sempat melihat senyumnya. Senyum yang baru pertama kulihat dari wajahnya.

Aran berjalan menjauhi pohon dimana aku berada. Kali ini aku sudah berdiri sambil terus melihat punggung wanita yang baru saja pergi.

"Aku tau ada banyak misteri di diri kamu Ran," ucapku di temani angin yang mulai kencang.

Punggung Aran sudah tidak terlihat, dan aku putuskan untuk pulang ke rumah.

Entah mengapa aku sudah tidak berniat membeli makanan di depan komplek, awalnya aku keluar rumah berniat untuk beli beberapa makanan namun gagal karena aku melihat si cewek ungu itu.

"Raga kamu dari mana?" tanya Papah yang sudah berada di meja makan yang kosong.

"Hmm keluar Pah, Papah baru pulang?" Aku menarik kursi sebelah Papah dan duduk di sana.

"Iya, tapi kamu kenapa gak kunci pintu Ga?"

"Hehehe lupa Pah," ucapku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Mila mana? Ko gak ada?"

Papah menanyakan keberadaan Mila, adikku yang tidak ada di rumah. Ya, Mila adalah anak perempuan yang paling dijaga oleh Papah, beruntungnya adikku itu.

"Mila pergi keluar katanya," jelasku pada Papah.

"Ya udah Papah ke atas dulu, oh iya jangan lupa beli makan Ga"

"Iya Pah," anggukku pelan.

Tidak ada pembantu rumah ini terasa seperti kos-kosan yang jika penghuninya lapar harus beli keluar. Aku langsung ke kamar untuk mengambil kunci mobil lalu langsung pergi mencari makanan untuk Papah dan Mila.

***
Author POV

Aran sudah sampai di rumahnya, ia harus mengambil kunci rumah Rian dulu yang berada di kamarnya. Ia berlari dengan begitu semangat karena ini kesempatan Aran untuk masuk ke kamar Rian yang tidak pernah ia masuki.

Aran kembali keluar rumah setelah menggenggam kunci rumah Rian. Kaki Aran masih harus melangkah melewati beberapa gang untuk sampai di rumah pria itu. Rumah Aran dan rumah Rian memang bebda beberapa gang, tapi sewaktu kecil mereka begitu dekat karena Aran dan Rian sudah kenal ketika menginjak sekolah dasar.

Kaki Aran berhenti setelah melihat seorang wanita tinggi dengan dress pink sedang berada tepat di depan pintu rumah Rian. Wajah wanita itu tidak dapat terlihat oleh Aran, sehingga Aran putuskan untuk terus melihat apa yang dilakukan wanita di sana. Aran bersembunyi di balik pohon agar dirinya tak terlihat.

Wanita itu memasukan sesuatu ke dalam rumah Rian lewat celah bawah pintu.

"Keysi?" ucap Aran setelah melihat wajah wanita itu dan ternyata Keysi.

Aran semakin penasaran dengan apa yang dilakukan Keysi di sana. Keysi meninggalkan rumah Rian dan masuk ke dalam mobil putih yang terparkir tak jauh dari sana. Aran masih terus bersembunyi sampai mobil Keysi benar-benar tak terlihat lagi.

Kini Aran berjalan mendekat ke rumah Rian.  Situasi dirasa sudah cukup aman untuk Aran masuk ke dalam dan mencari tahu apa yang baru saja di selipkan Keysi ke dalam rumah Rian.

Aran mulai memutar kunci rumah lalu membuka pintu. Matanya terfokus pada amplop putih di bawah sana. Aran menundukan tubuhnya dan mengambil amplop itu. Ia semakin penasaran dengan isi di dalamnya.

"Buka gak ya?" Ucap Aran  sambil terus melihat amplop di tangannya.
Setelah bimbang cukup lama, Aran memutuskan untuk membukanya. Ia sudah begitu penasaran dengan isi amplop itu.

"Surat?" Pikir Aran ketika melihat rangkaian tulisan tangan Keysi di kertas sana.

Hai Ian.

Aku cuma mau bilang sama kamu, kalau aku masih sangat mencintaimu. Aku masih sangat mengingat saat kita bersama dulu, aku merindukan itu. Aku tahu kamu mungkin membenciku, karena kejadian itu. Kejadian dimana aku selingkuh dari kamu, tapi aku mohon percaya sama aku Ian. Aku tidak benar-benar selingkuh, aku dan Zain hanya sepakat dekat karena aku mau liat reaksi kamu. Aku mau lihat betapa cemburunya kamu ketika melihat aku dekat dengan yang lain. Dan kamu cemburu. Tapi kamu malah terus menjauh dan semakin menjauh, kamu tidak kasih aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya, bahkan sampai sebelum surat ini ditulis pun kamu belum tahu kebenarannya. Sudah hampir dua tahun Ian, aku sakit saat kamu menolak atau malah pergi ketika aku coba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Sampai saat dimana aku cape, aku lelah dan aku pasrah kalaupun kamu tetap membenciku. Aku minta maaf, aku tahu aku salah. Tapi please setelah kamu baca surat ini aku mohon kamu percaya sama aku Ian.

Aku mencintai dan merindukanmu Rian.

Keysi Andhira

Deg

Jantung Aran seolah berhenti merasakan setiap tulisan yang baru dibacanya tadi. Tulisan itu benar adanya, Aran merasakan bagaimana pilu dan sedihnya Keysi di setiap tulisan tangannya.

"Keysi tidak benar-benar selingkuh," Aran menggelengkan kepala merasa tidak percaya setelah sekian lama kejadian itu berlalu, namun baru saat ini kebenaran terbongkar. Air mata Aran jatuh

"betapa wanita itu sangat mencintai Rianku," ucap Aran lirih.

Rasa aneh tiba-tiba muncul pada diri Aran. Ia tidak rela jika Rian kembali pada Keysi, Aran sangat tidak rela.

Sorry gaes baru up lagi

Purple GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang