18. Dua hari

15 2 0
                                    

Arania Ayu POV💜

Semilir angin buat langkahku enggan berhenti menyusuri padang rumput yang hujau ini. Suara kicau burung sudah seperti curahan yang selama ini kupendam. Menghilang adalah salah satu caraku untuk menenangkan pikiran, tanpa ada sebuah masalah yang tampak di depan mata walau sebenarnya tetap hadir di otakku. Hari ini adalah hari yang cukup berat untukku, foto bersama yang tidak ingin aku hadiri dan kepulangan Rian ke Indonesia.

Aku menghindari semua itu karena kutahu aku sudah terlalu rapuh untuk  menjalani itu. Aku meninggalkan ponselku agar mereka tidak mencariku, terutama Dina dan Rian. Aku tahu Dina pasti mencariku karena dia ingin mengajakku untuk ikut acara foto, tapi itu tidak bisa kulakukan, aku tidak bisa menghilangkan jati diriku sebagai Purple Girls. Dan itu yang akan menciptakan perdebatan panjang antara aku dan Dina.

Sedangkan untuk kepulangan Rian ke Indonesia sebenarnya aku senang tapi aku juga tak bisa melihat perubahan pria itu saat surat dari Keysi sudah dibacanya, aku terlalu takut untuk melihat perubahan itu. Bagaimana jika mereka kembali bersama? Dan Rian tidak menjadikan aku sebagai prioritasnya lagi, walaupun hanya sebatas sahabat kecil yang tidak tahu sedang merasakan apa di dalam sana.

"Ran, besok gua balik ke Jakarta" pesan itu masih sangat terbaca jelas di ingatanku. Dan malam tadi setelah membaca pesan itu aku langsung pergi ke tempat ini, tempat untuk aku menyendiri. Tanpa aku membalas pesan Rian aku langsung memutuskan untuk pergi ke sini.

Terasa rapuh saat beberapa kejadian terjadi secara bersamaan, tanpa sebuah kekuatan maka akan buatku patah dan tak bisa apa-apa. Dan itu yang membuatku memilih hilang untuk beberapa hari. Mamah pun tidak tahu bahwa aku pergi.

Lusa aku akan pulang, setelah semua sudah terjadi di sana, tanpa aku dan tanpa kehadiranku. Apa yang aku pikirkan memang belum tentu jadi kenyataan, segala kekhawatiran dan segala perdebatan mungkin bisa terjadi atau tidak. Tapi aku rasa aku sudah cukup rapuh untuk itu, membayangkannya saja buatku tak sanggup apa lagi harus menjalankannya. Aku tidak tahu apa yang akan buatku kuat setelah ini.

***
Ditempat lain Dina berjalan dengan cepat menyusuri kampus untuk mencari sahabatnya yaitu Aran. Ia sudah berkali-kali menelpon Aran namun nihil panggilannya tak kunjung dijawab. Dina semakin panik dengan keberadaan Aran yang hilang begitu saja.

"Liat Aran gak?" tanya Dina pada mahasiswi yang ia temui. Dina menanyakan ke semua mahasiswa yang ia temui apakah ada yang melihat Aran atau tidak. Dan ternyata tidak ada yang melihat sosok sahabatnya itu.

"Aran lo kemana?!" Dina mulai frustasi, ia putuskan untuk kembali ke anak-anak yang sudah berkumpul di depan kampus.

"Sorry gua gak menuin Aran," ucap Dina pada teman-temannya.

"Udah gua bilang kan, kalo si Aran gak akan mau pake dresscode merah!" ketus Mia.

"Ya udah kapan mau jalan nih, udah siang!" ucap Sisil membuat suasana semakin panas.

"Oke kita jalan sekarang, maaf Din, kita gak bisa nunggu Aran lagi. Lo kabarain aja kalo emang dia mau ikut, langsung dateng ke lokasi foto," ucap Daffi.

"Oke," balas Dina singkat.

Foto pun berlangsung tanpa sosok Aran di tengah sana.

***
Arania Ayu Pov💜

Dua hari kemudian, Aku sudah kembali dan siap mengahadapi perubahan yang terjadi. Kakiku tanpa ragu berjalan menyusuri koridor Kampus.

"Aran tunggu!!" Teriak seseorang namun aku tetap berjalan karena aku tau itu adalah suara Dina.

Suara langkah kaki Dina yang berlari begitu nyaring di telingaku.

"Ran tunggu Ran." Tangan Dina dengan cepat membalikkan tubuhku agar berhenti dan melihatnya.

Purple GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang