5. The Night

24 3 0
                                    

Author POV

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Rian masih sibuk dengan game di laptopnya sedangkan ponsel di sebelahnya sudah berdering beberapa kali. Rian sudah dapat menebak itu panggilan dari Keysi yang sudah pasti sedang menunggunya karena malam ini dia memiliki rencana untuk keluar bersama.

Sebenarnya hanya Keysi yang menginginkan itu, Rian sama sekali tidak berniat untuk pergi bersama wanita yang dulu mengkhianatinya itu. Rian hanya akan berniat keluar rumah jika bersana Aran, dia tidak mengerti mengapa dirinya sangat menginginkan Aran menemaninya saat ia masih di Indonesia.

Akhirnya dengan berat hati Rian membalas pesan dari Keysi.

Aku segera datang, tunggu.

Rian mengambil kunci mobil lalu keluar kamar dan menuruni tangga dengan langkah sangat santai.

Rian menghidupkan mesin mobil hitam kesayangannya hingga akhirnya ia mulai membelah jalanan kota di malam hari.

Tak butuh waktu lama untuk Rian sampai di   halaman apartemen. Rian menaiki lift untuk sampai lantai 12 dimana apartemen Keysi berada.

Rian menekan bel dan Keysi langsung membuka pintu untuknya.

"Rian...." Keysi memeluk Rian dengan Egois.

"Lepas Key!" bentak Rian sambil melepaskan pelukan wanita itu.

Keysi sedikit kesal dengan perlakuan Rian yang kasar padanya, tapi dia harus tetap sabar, dia tidak boleh merusak malam ini hanya dengan sikap Rian yang kasar.

"Yuk langsung aja, kita makan malam ya...," rengek Keysi.

"Terserah lo, gue ikut aja." Rian berjalan menuju lift dan meninggalkan Keysi di belakang.

Keysi sedikit berlari untuk mengejar Rian yang sudah ada di depan, langkah Keysi terasa begitu sulit karena ia memakai High heels yang lumayan tinggi.

"Cepet masuk!" Teriak Rian dari dalam mobil.

Keysi berlari ke arah mobil Rian lalu menaiki mobil mewah milik Rian dengan napas yang terengah-engah.

"Mau makan dimana?" Tanya Rian pada Keysi yang masih sibuk merapikan rambutnya yang berantakan akibat berlari.

Keysi menoleh ke arah Rian, "Kita ke restoran Glam," ucap Keysi semangat.

Rian mulai melajukan mobilnya dan membelah jalanan yang masih cukup ramai. Di dalam mobil, Rian tidak banyak bicara, ia bahkan hanya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Keysi itupun dengan jawaban yang singkat. Hingga Rian sendiri pun sadar jika wanita di sebelahnya sudah mulai kesal karena sikapnya yang dingin.

Di tempat lain, Aran masih dengan posisi nyamannya di atas ranjang. Aran sama sekali tidak berniat melakukam apapun setelah mandi dan makan bersama Mamah. Ia masih menyibukkan diri dengan bantal dan gulingnya.

Ting. Sebuah pesan masuk di ponsel Aran, ia langsung meraih benda pipih yang berada di atas nakas lalu ia segera membuka pesan yang masuk.

Dina : Ran temenin gue makan yuk, di cafe biasa. Gue traktir deh.

Me : males ah, lo aja.

Dina : please Arania ayu, temenin gue yaa.

Me : hmm okey, nanti gue nyusul, lo ke sana duluan aja.

Aran menghela napas kasar lalu ia segera beranjak untuk mengganti pakaian.

Saat ini Aran sudah berganti pakaian, ia hanya memakai legging hitam dan hoodie berwarna ungu muda. Aran berjalan ke arah sofa untuk mengambil slim bag berwarna hitam lalu ia segera keluar kamar dan memesan taksi online untuk mengantarkannya ke Cafe Yoot.

Mobil taksi yang Aran pesan sudah sampai, Aran langsung menaiki kursi penumpang dan taksi mulai melaju ke tujuan yang sudah di pesan Aran.

Di perjalanan Aran hanya memainkan ponselnya sebentar lalu memasukkannya kembali ke dalam tas.

Aran melihat ke arah jendela, dari sana mata Aran melihat suasana jalanan kota yang tershiasi oleh lampu-lampu dari mobil. Tanpa sadar otaknya kembali memikirkan sosok Pria yang baru pulang dari Australia, siapa lagi kalau bukan Rian Andito. Aran merasa kalau dirinya sudah keterlaluan kepada sahabat kecilnya itu. Tangan Aran mengambil ponsel lalu mengetikkan beberapa kata di sana.

Untuk : Rian

Ian maafin sikap gue yang tadi sore, gue cuma lagi cape aja. Sorry seharusnya gue nemenin lo yang baru pulang ke Indonesia.

Aran mengirim pesan itu kepada Rian, namun Rian tidak kunjung membalas pesannya. Akhirnya Aran kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas dan tidak ambil pusing tentang Rian yang tak kunjung membaca pesannya.

Aran sedikit khawatir jika nanti sahabat kecilnya itu benar-benar marah, karena bagaimanapun juga Rian sudah berusaha menemuinya. Rasa bersalah menghantui pikiran Aran, ia tidak mau hubungannya dengan pria itu menjadi renggang. Walaupun hal seperti ini sering terjadi sebelumnya, namun tetap saja hati dan sikap seseorang bisa berubah di waktu yang tidak kita duga.

Masih setia nunggu aku up kan? Jangan lupa vote

Purple GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang