"Sesekali manusia memang perlu menangis dan mencari tempat sendiri, dan jika waktunya telah tiba kita harus kembali"
Megacentaurus
Gelap, terus menjadi gelap.
Aku tenggelam dalam palung kesedihan, tempat dimana air mata tidak lagi berarti, dimana jeritan sakit tak menggema nyaring.
Bukannya ini tempat yang di impikan?
Tapi kenapa kaki-kaki ini berbalik pergi, lalu berlari sekencang-kencangnya hingga akhirnya tersungkur setengah mati, dan tetap saja tidak ada yang peduli.
Karenanya hatiku terus patah berulang kali.
Menghelah nafas pendek, kemudian tertawa pelan. Dunia mungkin harus tahu, sekarang aku tengah menertawai-nya, penuh selamat karena telah terlepas dari ketakutan dunia yang terus merenggut kewarasan.
Aku telah bebas, waktunya untuk berbahagia sendiri.
Lalu sebuah suara menggema dikegelapan tanpa ujung
"Semoga saja, di dunia penuh keajaiban ini harapanmu akan terlaksana"
Tidak, Tuhan tidak lagi mengabulkan harapanku.
Kakiku kembali bisa bangkit dan tertatih melangkah, saat mendengar suara tak asing itu terus menggema di pendengaran. Suara itu memenuhi seisi dunia yang gelap, tanpa sadar aku mencari sumber dari segala suara itu.
Seorang lelaki yang duduk didepan sebuah perapian, dia hanya memandanginya tanpa melakukan apapun.
"Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi ditempat yang seperti ini" dia berucap sesaat setelah aku memilih duduk disampingnya, ikut memandangi perapian.
"Terasa sedikit hangat" aku berucap pelan, tanpa sekalipun menoleh padanya.
Pada dia yang katanya 'telah merasakan semua kesedihan hatiku.'
"Apa kau sekarang sedang tersesat"
"Iya, aku kehilangan jalan untuk pulang"
"Bukan hanya jalan pulang tapi kau sudah kehilangan segalanya"
Aku memeluk kedua lutut, melindungi diri dari hawa dingin yang kembali menusuk-nusuk kulit.
"Tempat apa ini?" tanyaku pelan
"Kenapa bertanya?"
Aku kembali memandangi sekeliling, masih yang terlihat hanya kegelapan, dengan diatasnya hamparan langit tak berujung, beberapa bintang memperlihatkan sinarnya, membuatku iri sekaligus rindu.
Pada bintangku
"Kau benar, tempat ini indah"
"Ikutlah denganku, dan kau tidak akan pernah merasakan sakit lagi"
"Tidak bisa, sakitnya pasti masih bisa terasa"
Lelaki itu menatapku datar, lalu tersenyum tipis. Saat dia tersenyum aku seperti melihat jendela kesedihan dimatanya, aku pernah melihat mata itu sebelumnya.
"Kau tahu, dulu aku memiliki sebuah bintang kecil, lalu aku mengajaknya untuk mencari sebuah pulau bintang"
"Lalu apa yang terjadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Star Land ✔
Fanfiction[IDOL-Life] ● [BTS V X BLACKPINK JISOO] Katanya bintang ditakdirkan untuk hidup berjauh-jauhan, terpisah sendiri-sendiri di semesta yang gelap. Jika begitu, tolong kutuk saja aku menjadi bintang yang jatuh. {Cerita lengkap} ©Megacentaurus