✨20

2K 286 43
                                    

"Pergilah jika itu yang terbaik, aku akan menerimanya. Seperti saat aku menerima mu kembali pulang"

Megacentaurus

Sebulan telah terlewati, aku telah melewati semua hari dengan dada yang sesak, dan pikiran yang kacau. Tidak ada istilah 'semua akan berlalu' semakin hari hidupku semakin tidak baik.

Kebahagiaan seperti hilang tak berbekas, bintangku juga jadi sulit untuk dihubungi, dan para hyung ku terus saja menyalahkan semua pada diriku atas apa yang terjadi pada grup kecil kami.

Iya, sedikit demi sedikit aku mulai mengacaukannya.

Dan sore ini, entah hari yang keberapa. Jisoo, memintaku untuk bertemu, entah dengan maksud apa, semoga hanya karena dia merindukanku.

Kami janji bertemu di dekat sungai han, sudah lama kami tidak kencan berdua. Dadaku yang terus saja sesak, perlahan-lahan mulai tenang saat melihat bintangku berjalan pelan mendekati, dengan setelan baju sederhana, dia tetap cantik layaknya dewi bulan.

Di keramaian banyak orang, kami bertemu.

Bahkan aku tidak perlu lagi menutupi wajah, biarkan dunia tahu bahwa aku  tengah bertemu dengan sumber kebahagiaan. Biarkan semua orang merasa iri, karena aku memiliki Jisoo seutuhnya.

"Taetae, pakai maskermu" Jisoo berjinjit memasangkan masker pada wajahku, dia masih saja merasa cemas.

"Untuk apa dipakai, semua orang juga sudah tahu, bahwa kamu milikku"

Jisoo ku menghelah nafas, matanya mengerling pasrah mendengar ku mengucapkan kalimat lebay itu. "Apa sih tae, tidak boleh bicara begitu"

Aku menarik telapak tangan mungilnya dalam genggaman, menariknya agar berjalan disampingku. Rasanya aku ingin waktu berhenti saja, takut moment seperti ini akan berlalu.

Dan puluhan pasang mata mulai menatap kami canggung, memastikan bahwa benar kedua orang ini adalah artis terkenal atau bukan. Benar, ini kami, dan aku sama sekali tidak takut.

Jisoo menarik pelan lenganku, memintaku mengikuti arah pandangannya pada dua orang yang tengah menganyuh sepeda dua kursi.
"Tae, liat. Kamu ingat tidak, dulu kita boncengan naik sepeda, terus kamunya nabrak tiang listrik, terus kita berdua jatuh"

Aku tertawa pelan, itu moment yang juga tidak mungkin kulupakan. "Hm iya, taetae inget. Untung jichu tidak nangis"

"Hm? Jelas tidak lah. Jichu kan orangnya kuat hehe"

Aku menghentikan jalan, lalu kami saling berhadapan. "Benar, kamu adalah orang yang terkuat yang pernah taetae temui. Tetaplah kuat sampai kapanpun" aku mengelus kepalanya pelan, memberikan kasihku sepenuhnya.

"Asalkan itu tentang taetae, aku terus mencoba menjadi kuat dan bertahan."

"Aigoo... Manisnya" aku memeluk Jisoo ku erat, sudah lama hatiku tidak menghangat seperti ini.

Aku tahu dunia ini kejam untuk kami, tetapi aku akan tetap memilih bertahan asalkan kami selalu bersama, tidak peduli jika itu menimbulkan tangis, dan sesak dihati.

"Taetae, aku lapar. Kita makan apa ya?" Jisoo menyudahi pelukan, padahal aku ingin sedikit lebih lama lagi. Dia menuntunku pergi ke sebuah kedai kecil, punya satu meja dan dua kursi.

"Permisi, boleh pesan tiga cup ramyun dan satu kimchi"

Setelah memesan Jisoo ikut duduk dihadapkan ku, wajahnya merona merah karena hawa dingin sore ini.
"Kenapa pesan tiga cup? Kita kan cuma berdua" tanyaku random, daripada kami hanya saling diam saja.

Where Star Land ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang