✨28

2.2K 303 39
                                    

"Segelap apapun tempat kembali, tetap saja aku bisa melihat rumah didalam matamu"

Megacentaurus

Malam yang dingin masih terus berlanjut, dengan ditemani nuansa sunyi yang mungkin hampir bisa membangkitkan raga yang mati.

Kesepuluh manusia itu duduk berhadapan, saling memberi tatapan kelabu nanar, tidak ada kehangatan didalamnya.

Tadi, setelah Namjoon tanpa disangka mengucapkan ingin membicarakan sesuatu, mereka sepakat untuk membicarakankanya di kantin rumah sakit yang bisa dikata bersih dari manusia lain.

Karena mungkin waktu sudah sangat tengah malam, pukul 1 dini hari.

"Namjoon-sshi, kau ingin membicarakan apa? Jika tidak ada kami harus pulang, jisoo unnie mungkin bisa sakit kalau terus memakai baju yang basah"

Jennie Kim membuka pembicaraan yang bisu, wanita keras kepala itu sudah tidak tahan lagi untuk menunggu lebih lama, dia amat mengkhawatirkan kesehatan jisoo.

"Aku—, Sebelumnya aku akan meminta maaf atas tindakanku selama ini." namjoon tiba-tiba berdiri dari duduknya, lalu membungkuk sembilan puluh derajat sedikit lama.

"Joon, Kenapa?" pria jakung seokjin tanpa sadar bertanya, dia mungkin sedikit terkejut akan tindakan namjoon yang itu.

"Kau baru mau meminta maaf setelah tindakan yang kau perbuat selama ini? Hah, yang benar saja" menghelah nafas kasar, jennie memalingkan wajahnya dari tatapan mereka semua yang ada disana.

"Jen, tidak apa-apa. Biarkan dia menyelesaikan semua perkataannya terlebih dahulu"

Jisoo, yang sedari tadi terlihat hanya melamun itu akhirnya berucap pelan. Walaupun begitu tetap saja tatapannya kosong, terlihat sekali tidak ada yang bisa mengisi kekosongan itu untuk sekarang waktu.

Semua laki-laki yang ada di sana menatap jisoo khawatir, tidak terkecuali namjoon yang tengah sibuk menormalkan getaran aneh di dadanya, sesak-sesak itu berlomba menyakitinya perlahan.

"Aku, yang merasa bertanggung jawab atas kehidupan kalian berenam ini, sekali lagi meminta maaf untuk semua tekanan yang telah kuberi"

"Aku sekarang, mungkin tengah diberi hukuman oleh Tuhan. Begitu sakit saat melihat salah satu dari kalian akhirnya terluka oleh tekanan yang kuberikan"

"Aku kira selama ini sudah memelakukan yang terbaik, namun nyatanya aku salah, malah kalian berenam semakin tersiksa olehku. Aku hanya ingin, semua hal telah kita perjuangankan selama ini tidak menjadi sia-sia, aku hanya ingin kalian semua merasa aman dan baik-baik saja"

"Maafkan aku, aku tidak pantas untuk memiliki tanggung jawab ini diatas punggungku"

Namjoon lagi-lagi membungkukkan badan, dia meratapi satu persatu dari para mata sedih itu, tidak ada satupun yang terlewat sampai tatapnya akhirnya jatuh pada se sosok  pria dengan tatapan dingin, Min yoongi menatapnya datar tanpa ekpresi berarti.

"Yoongi, maafkan aku. Tidak bisa membantumu lagi melanjutkan mimpi, aku tidak sekuat itu. Aku juga tidak akan pernah menyalahkanmu atas semua ini, karena salahku tidak bisa mencegahmu"

Min yoongi mendapat atensi penuh semua orang dalam percakapan bernuansa sunyi itu, dia masih belum mengeluarkan ucapan, hanya memandangi namjoon lekat-lekat.

Hujan di langit malam mungkin sudah berhenti, tapi hujan di masing-masing hati tetap ada, bahkan menimbulkan petir dan badai, semuanya memaksa untuk keluar.

"Kau tahu, sejak kemarin, mimpiku telah berubah."

"Berubah? seperti apa?"

"Seperti aku bermimpi ketika kita semua bisa bernyanyi bersama lagi, walaupun itu hanyalah sebuah panggung kosong"

Where Star Land ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang