Love always Enduring

678 63 1
                                    

Minggu pukul 9 malam, Sophia dan Aria akhirnya sampai di Bandara Soekarno Hatta. Pak Adi sudah menunggu di depan. Sebenarnya, Aria ingin Sophia ikut ke rumah orangtuanya dan tidur di sana, tetapi Sophia bersikeras untuk pulang ke rumahnya sendiri karena besok pagi-pagi sekali ia harus rapat. Dan perjalanan dari rumah Aria ke kantor Sophia tentu saja lebih jauh daripada rumahnya sendiri. Aria akhirnya mengalah dan meminta Pak Adi untuk mengantar Sophia ke rumah terlebih dulu.

Saat sudah di depan rumah Sophia, Aria pun ikut turun dan membawakan koper Sophia hingga ke dalam rumah.

"Thanks for runaway trip-nya, Ri." Ucap Sophia saat Aria hendak pulang. Aria menatap Sophia yang masih terlihat cantik meski ia kelihatan lelah sekali.

"Langsung tidur ya habis ini." Sophia mengangguk mendengar ucapan Aria. Aria lalu mengecup bibir Sophia dan berbisik, "I love you."

"Love you too." Jawab Sophia dengan lengkungan senyum di bibirnya. Ia lalu mengantar Aria hingga ke depan rumah. Dan ketika mobil Aria sudah meninggalkan halaman rumah Sophia, ia pun menutup pintu dan berjalan menuju kamarnya. Badannya remuk redam karena lelah tetapi ia bahagia. Mulutnya bahkan sangat lelah karena terlalu sering tersenyum ataupun tertawa.

Setelah mandi dan memakai krim malam, Sophia membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Dan sebelum memejamkan mata, ia menyempatkan diri mengecek ponselnya. Ada satu pesan masuk dari Aria. Ia mengirimkan foto Sophia yang sedang tertawa lepas dan Sophia tidak tahu kapan Aria mengambil foto ini. Di captionnya, ia menulis "teruslah tertawa seperti ini my future wife."

Sophia tersenyum lebar membacanya. Ia membalas.

Just make me the most happiest woman, my future husband.

-00-

Sophia berjalan memasuki ruangan kantornya dengan terburu-buru. Ia bangun kesiangan pagi ini. Mungkin karena terlalu lelah, ia bahkan tidak menyadari ketika alarm nya berbunyi. Langkah kakinya yang setengah berlari menimbulkan suara ketukan yang cukup membuat beberapa pegawai menoleh padanya. Sepuluh menit dari sekarang, kepala bagian sudah menunggunya dengan prognosa bulan ini.

Sophia menuju ke meja kerjanya untuk mengambil prognosa yang sudah ia siapkan jumat kemarin dan juga laptop di meja. Ia kemudian dengan setengah berlari lagi menuju ke ruangan rapat di bagian sudut. Menurut Deni, kepala bagian sudah berada di lantai satu dan berjalan menuju ke lantai 15 tempat priority banking berkantor. Sophia dengan cepat menyiapkan semua laporannya di meja lalu berdiri di dekat pintu untuk menyambut kepala bagian masuk. Semua priority banking assisstant sudah berada di dalam ruangan sesuai instruksinya. Ketika kepala bagian sudah masuk ke dalam ruangan dan pintu ditutup, saat itulah Sophia memulai presentasi prognosanya.

Jam di tangan Sophia sudah menunjukkan pukul 12 siang, saat ia sudah duduk di ruangannya sendiri. Kedua tangannya menopang wajahnya. Kepalanya masih terasa pusing karena ia bangun dengan kaget dan belum mengisi apapun sejak pagi. Ia hendak menuju ke kantin saat ponselnya berdering. Nama Aria muncul di layar.

"Turunlah, Phi. Aku sudah membawakan makanan favoritmu." Ucap Aria ketika Sophia baru mengangkatnya.

Sophia tersenyum dan langsung berjalan menuju ke lobby. Ia tahu persis apa yang saat ini Aria bawa, karena hanya Aria dan Mama yang tahu betapa Sophia sangat menyukai rendang buatan Mama.

Sophia menemukan Aria yang sedang berdiri di tengah-tengah Lobby dengan kemeja denim dan celana jeans. Dan dia selalu rapi di setiap momen. Aria tersenyum saat melihat Sophia berlari-lari kecil ke arahnya.

Sophia lalu mengajak Aria ke bagian belakang lobby yang tidak lain adalah kantin. Sebenarnya, jika disebut kantin, tempat ini cukup mewah. Beberapa meja ditata rapi yang langsung menghadap ke taman belakang yang luas. Ada juga meja yang berada di taman. Di sudut tempat yang disebut kantin ini, juga ada Starbucks. Sophia memilih duduk di sudut ruangan yang langsung berhadapan dengan Starbucks.

A 1000 Miles To Marry You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang