Since I Have No one To Lean On

627 61 1
                                    

Sophia menatap pantulan dirinya melalui dinding lift. Ia memakai terusan warna hitam dan blazer warna peach. Pump heels warna hitam membalut kakinya. Satu tangannya memegang koper kecil warna silver. Selama tiga hari ini ia harus berpindah dari satu kota ke kota yang lainnya sehingga ia tidak akan pulang ke apartemen. Ia sudah menitipkan apartemen pada Kamila yang kebetulan juga bersedia untuk tinggal di apartemen selama Sophia pergi.

Pintu lift terbuka dan Sophia melangkahkan kaki keluar menuju ke basement. Ia menarik kopernya menuju ke mobil SUV Hitam yang terparkir di seberang pintu. Dan pandangannya tertuju pada seorang pria yang tengah berdiri bersandar pada mobil dan sedang tersenyum padanya. Ia bahkan terlihat tampan meski ini baru pukul 4 pagi.

Aria langsung membantu Sophia membawa koper dan memasukkannya ke bagian belakang mobil. Dan Sophia masuk ke dalam mobil Aria. Sebenarnya, ia segan pada Aria karena harus mengantarnya seperti ini. Ia sendiri juga tidak tahu kalau Aria akan datang dan ia juga tidak bisa membatalkan jadwal yang sudah dibuat sejak seminggu yang lalu.

"Kita berangkat, Phi. Mungkin ada yang tertinggal?"

"Semoga tidak. Aku sudah menyiapkannya sejak kemarin."

Aria melajukan mobilnya keluar dari basement menuju ke kota Madiun. Ia sudah mempelajari GPS-nya sembari menunggu Sophia tadi. Dan karena ia terbiasa tinggal di tempat asing, ia cukup cepat untuk mempelajari rute.

"Setelah ke madiun, kita mau ke mana?"

Sophia menoleh pada Aria yang masih fokus menyetir. Meski jalanan masih sangat sepi tapi kecepatan yang dipacu Aria sekarang membutuhkan konsentrasi.

"Kamu yakin mau mengantarku, Ri? Aku...."

"It's okay, Phi. Aku hanya ingin melakukan apa yang dulu tidak bisa aku lakukan." Jawab Aria santai.

Sophia masih menatap Aria yang sedang tersenyum. Ia justru tampak bahagia sekali dengan apa yang ia lakukan. Dan itu membuat Sophia semakin merasa segan.

"Baiklah. Nanti setelah di Madiun, kita langsung ke Kediri. Aku ada sosialisasi di sana sore harinya. Lalu, kita akan tidur di sana. Besoknya kita ke Pasuruan dan Probolinggo. Jumat siang kita akan kembali ke Malang."

"Okay. Kelihatannya menyenangkan." Ujar Aria lagi.

"Begitulah pekerjaanku sekarang. Harus pergi dari satu kota ke kota yang lain. Dan yang paling jauh adalah ke Banyuwangi."

"Oh, ya? Sampai Banyuwangi?"

Sophia mengangguk. Seharusnya ia senang bisa berjalan-jalan, tetapi realitanya ia justru menghabiskan begitu banyak waktunya di jalan daripada bersenang-senang.

"Senang sekali jika aku bisa selalu mengantarmu."

Sophia menoleh pada Aria. Ia tidak menyangka jika Aria akan mengatakan hal seperti itu. Ia lalu memilih untuk tersenyum saja karena ia tidak tahu harus membalasnya seperti apa. Kemudian yang terjadi hanya diam. Aria lebih fokus menyetir karena jalanan yang gelap dan berliku. Sementara Sophia memilih untuk menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi menatap ke jendela. Meski ia tidak bisa melihat apapun di luar, namun di pikirannya saat ini banyak hal yang sedang berseliweran.

-00-

Sophia tersenyum sendiri saat melihat Aria sedang meletakkan kepalanya di kemudi mobil. Ia tentu saja tahu betapa lelahnya Aria hingga ia harus tidur di dalam mobil. Sophia membuka pintu mobil dan langsung membuat Aria terbangun.

"Sudah selesai, Phi?" tanya Aria. Ia mengusap-ngusap wajahnya yang tampak mengantuk.

"Sudah, Ri. Kita bisa ke hotel sekarang." Jawab Sophia sembari memasang seatbelt.

A 1000 Miles To Marry You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang