A Feeling of Guilty

843 78 0
                                    

Sophia berjalan memasuki gedung kantor. Pagi ini, ia berangkat ke kantor sendiri. Aria menemani kedua orang tuanya ke Bandung dan akan kembali besok. Saat Sophia hendak memasuki lift, seorang resepsionis memanggilnya.

"Ibu ini ada titipan." Perempuan cantik itu menyerahkan sebuah bungkusan kepada Sophia.

"Darimana?" Sophia mengernyitkan dahinya saat menerimanya. "Seorang kurir mengantarnya tadi pagi."

"Baiklah. Terimakasih ya." Sophia berjalan memasuki lift dengan menenteng bungkusan yang diserahkan resepsionis.

Saat sudah di ruangan, ia membuka bungkusan itu yang ternyata berisi kotak makan. Saat membukanya dan mengetahui isi dari kotak makan itu, Sophia langsung tersenyum. Ia tahu persis siapa pria yang mengantar bungkusan ini tadi. Sophia hafal dengan aroma nasi goreng ini. Sophia mencari ponselnya di tas dan melihat ada sebuah pesan masuk.

Aku tahu kamu belum sarapan pagi ini.

Senyum Sophia semakin lebar. Renno benar-benar tahu kalau Sophia sering melewatkan sarapan pagi karena ia sering bangun kesiangan.

-00-

Sophia memarkirkan mobilnya di halaman rumah Renno. Malam ini, ia ingin menemui Renno dan ia tahu kalau Renno tidak akan mengambil pekerjaan di hari Kamis. Sophia turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah yang lampunya menyala terang. Pintu depan tidak terkunci sehingga Sophia dengan leluasa memasuki rumah. Ia berjalan semakin ke dalam rumah dan ia mendengarkan suara petikan gitar dari halaman belakang. Dari tempat Sophia sekarang, ia bisa melihat punggung Renno dari jendela yang terbuka lebar.

"Hai."

Sophia mengagetkan Renno. Melihat kedatangan Sophia, Renno langsung meletakkan gitarnya dan menghampiri Sophia. Ia dengan serta merta memeluk Sophia dengan erat.

"Aku sangat merindukanmu." Bisiknya. Ia berkali-kali mengecup puncak kepala Sophia.

"Kok kamu bisa ke sini?" seolah menyadari kalau Sophia tidak seharusnya berada di sini hari ini, Renno langsung melepaskan pelukan.

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkannya. Malam ini, aku ingin bersamamu." Ucap Sophia dengan senyum tersungging di bibirnya yang dipoles lipstik nude.

"Kamu mau minum apa?"

"Kopi." jawab Sophia yang dibalas anggukan oleh Renno. Ia langsung berjalan menuju dapur dan Sophia memilih duduk di tempat Renno duduk tadi. Ia meraih gitar Renno yang diletakkan asal. Sejak berkenalan dengan Renno, Sophia sudah belajar cara bermain gitar. Ia memetik senar-senar gitar dan menggumamkan sebuah lagu.

Knock knock knocking on heaven's door.... Knock knock knocking on heaven's door...

"You really know how to sing Sophia."

Suara Renno membuat Sophia menghentikan nyanyiannya. Ia meletakkan gitar dan menerima secangkir kopi dengan krimer dari Renno. Renno duduk di samping Sophia lalu memasangkan selimut di kaki Sophia yang tidak tertutup.

"Cuacanya lagi dingin. Nanti kamu masuk angin kalau enggak diselimutin."

Sophia tersenyum sendiri melihat sikap Renno. Pria ini sungguh terlalu baik padanya.

"Terima kasih nasi gorengnya." Ucap Sophia setelah menyeruput kopinya.

Renno tertawa mendengarnya.

"Resepsionismu mengiraku kurir. Mungkin aku harus sedikit berdandan kalau kesana lagi."

Sophia hanya tersenyum kecil mendengarnya karena ia merasakan kepahitan dari ucapan Renno. Selanjutnya, yang terjadi adalah Sophia bersandar pada pundak Renno dan menikmati hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya.

A 1000 Miles To Marry You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang